"Ayahnya tentu saja marah, tapi mau bagaimana lagi jika ini sudah menjadi keputusanmu. Anggap saja yang Ayah lakukan ini adalah tes untukmu di masa depan, saggup atau tidak memilih keputusan lebih baik daripada saat ini. Karena bagaimana pun laki-laki dituntut mengambil keputusan dengan cepat, tepat, dan jelas."
"Hubungan kerjasama antar Ayah dan keluarga Firda bagaimana?"
"Itu soal gampang. Ayah bisa mencari lagi investor lain yang mau diajak kerjasama oleh perusahaan Ayah. Kamu jangan memikirkan hal itu."
Yos mengangguk mengerti. Sesuatu yang dia hadapi ternyata tidak sesulit yang dia bayangkan. Ayahnya tidak sekejam itu padanya. Yos juga merasa senang karena memilih keputusan yang tepat.
Tok tok tok'
Suara ketukan pintu lalu sedetik kemudian, mereka memasuki kamar Yos tanpa menunggu lebih dulu aba-aba dari dalam kamar.
"Wah sepertinya ada yang sedang romantis-romantisan di kamar, nih." Yasmin memberi sedikit sindiran halus.
"Apaan sih, Kak."