Fiona memberi isyarat dengan menunjuk gaya pakaiannya. "Gue boyish, tomboi, ya gitu deh. Bahkan mungkin juga dengan penampilan gue yang begini orang-orang nganggep tuh anak nakal."
"Kenapa lo harus peduli dengan tanggapan orang lain?"
Fiona heran dengan jawaban Yos, padahal dia sendiri tahu manusia satu tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. "Ya karena kita makhluk sosial, Yos."
"Tapi, enggak harus membahagiakan semua orang, Fi. Bukannya, cukup dengan orang yang sama lo?"
"Mama? Ya, mungkin ayah juga. Tapi, mereka enggak akan selamanya bisa nemenin gue, kan?"
"Masih ada gue, Fi. Gue sayang sama lo. Itu cukup, kan?"
Fiona tersenyum miris, dia tahu betul apa kata selanjutanya yang akan Yos katakan. "Sebagai—"
"Adik? Or friends? Yas, its enough for me, Yos."
"I-ya." Yos tidak dapat mengelak. Itu benar, tetapi hanya salah satu yang benar.
"Jadi, apa yang mau lo omongin sama gue?"