Adelia menoleh dan mendapati jika salah satu anak muridnya memanggil, terlihat Nayla melambaikan tangannya dengan senyum manis gadis cilik tersebut. Adelia mengajak suaminya untuk menyapa Nayla sebelum mereka menuju meja yang sudah di pesan Nathan.
"Nayla di sini juga ternyata," ujar Adelia sambil tersenyum.
"Iya Bu, Nayla lagi makan sama ayah. Bu Adel dengan siapa?" tanya Nayla polos sambil menatap Nathan.
Raffael hanya diam memperhatikan interaksi putrinya dan juga Adelia serta mencoba mengingat-ingat siapa pria yang tengah bersama guru putrinya, karena Raffael merasa familiar dengan pria tersebut.
"Oh, ini suami ibu."
'Suami? Jadi wanita ini sudah bersuami? Aku pikir dia masih gadis,' batin Raffael sambil sesekali mencuri pandang dengan ekor matanya ke arah Adelia.
Nathan mengangguk singkat menyapa Nayla, gadis itu tampak diam setelah mendapatkan jawaban dari Adelia, entah kenapa Nayla merasa kecewa saat tahu jika suami gurunya ternyata sangat tampan.
"Ya sudah, ibu duluan ya Nayla!" pamit Adelia dan mengangguk pada Raffael.
Nayla menekuk wajahnya saat Adelia sudah pergi dengan Nathan, dia terlihat tidak bersemangat dan kini hanya memainkan sumpit miliknya. Raffael sedikit heran karena tadi Nayla begitu bersemangat saat ingin makan di sini, tapi setelah menyapa gurunya justru gadis kecil itu terlihat lesu.
"Nayla kenapa?" tanya Raffael yang kini menopang dagunya memperhatikan putrinya.
"Bu Adel ternyata sudah menikah," sahut Nayla sambil mengikuti gaya sang ayah.
"Lalu jika sudah menikah memangnya kenapa?" tanya Raffael.
"Nayla berharap jika bu Adel bisa jadi bunda Nayla, Ayah boleh menikah lagi asalkan dengan bu Adel atau orang yang mirip dengan bu Adel," sahut Nayla yang mana membuat Raffael terkejut, sebab dirinya sudah sejak lama di jodohkan oleh ibunya dan Nayla juga menolak usulan neneknya tersebut. Gadis kecil itu tidak mau jika harus kembali memiliki ibu tapi Adelia jadi pengecualian, dan yang jadi kendala justru wanita yang disukai oleh Nayla sudah menikah.
Raffael akui jika Adelia memang sangat cantik, terlihat seperti masih gadis. Dirinya saja dibuat terkesima melihat Adelia pertama kali, wanita itu mampu menjaga jarak dengan pria asing sosrti Raffael yang baru pertama kali dia temui.
***
Di sisi lain, Adelia tengah menikmati makanannya bersama dengan Nathan, mereka berdua terlihat lebih seperti pasangan kekasih daripada suami istri.
"Tadi siapa, Sayang?" tanya Nathan sambil menyuapi Adelia.
Wanita itu belum menjawab karena masih mengunyah makanannya, lagipula Nathan pasti marah jika dia bicara saat mengunyah makanan dengan alasan takut tersedak. Setelah menelan makanannya, barulah Adelia menjawab pertanyaan Nathan.
"Tadi itu muridku, namanya Nayla."
"Aku merasa tidak asing dengan pria yang tadi bersamanya," ujar Nathan menanggapi jawaban Adelia.
"Tadi pagi, Nayla mengenalkan pria itu sebagai ayahnya. Aku juga tidak tahu, Mas, soalnya tidak terlalu memperhatikan juga. Mungkin saja itu rekan bisnismu atau teman sekolahmu dulu?" tanya Adelia.
Nathan terlihat memikirkan ucapan istrinya, dia memang merasa tidak asing dengan wajah pria tadi.
"Ah sudahlah, aku tidak mau memikirkannya. Lagipula jika kami bertemu lagi dan sedikit bicara, mungkin saja aku bisa mengingatnya," ujar Nathan.
Adelia mengangguk setuju, sebab dirinya juga tidak pernah bertemu dengan ayah Nayla, selesai makan Nathan kembali ke kantor dan mengajak istrinya tapi Adelia menolak dan mengatakan jika tidak ingin mengganggu konsentrasi Nathan dan lebih memilih pulang untuk menyiapkan makanan untuk nanti malam, Nathan sudah meminta Adelia memasak makanan kesukaannya.
Adelia baru saja turun dari taksi yang tadi sengaja di pesannya, padahal sebelum pergi ke kantor Nathan menawarkan dirinya untuk mengantar Adelia tapi lagi-lagi wanita itu menolak sebab tidak ingin suaminya kelelahan. Saat Adelia mendorong pintu masuk, dia terlihat pucat saat mendapati orang yang akhir-akhir ini membuatnya banyak pikiran, baru saja dirinya mencoba melupakan rasa sakit akibat ucapan pedas mertuanya kini justru orang tersebut ada di rumahnya sambil melipat tangan.
"Oh, ini wanita yang membuat putraku sekarang jadi pembangkang? Bahkan Nathan menolak untuk makan siang denganku karena kamu yang menghasutnya, iya kan?" tuding Riska sambil menunjuk Adelia yang mematung bingung dengan ucapan mertuanya.
"Maksud Mama?" tanya Adelia tidak mengerti.
"Alaaaah, tidak usah berpura-pura bingung seperti itu! Nathan tidak jadi makan siang denganku dan Marissa karena kamu yang mencegahnya 'kan? Jangan picik Adel! Relakan saja Nathan menikah lagi daripada dia selingkuh di luar sana saat kecewa denganmu yang tidak bisa memberikan keturunan," sarkas mertuanya membuat hati Adelia terasa sesak. Haruskah Riska berkata seperti itu? Apakah belum memiliki anak di usia pernikahan tiga tahun bisa di katakan mandul sementara banyak pasangan lain yang menanti kehadiran anak di tengah pernikahan mereka sampai sepuluh tahun lamanya, Adelia dan Nathan baru tiga tahun dan dengan seenaknya Riska mengatakan jika Adelia mandul, apalagi wanita baya itu juga menjelekan dirinya yang kini seolah dianggap musuh oleh mertuanya sendiri, padahal tahun-tahun sebelumnya Riska begitu baik terhadap Adelia hingga membuat Nathan yang notabene adalah anaknya sendiri merasa cemburu pada Adelia.
"Ma, aku tidak melarang mas Nathan makan siang dengan Mama, memang tadi saat Adel ke kantor, di sana sudah ada Marissa tapi mas Nathan tidak mengatakan apapun dan langsung mengajak Adel makan di luar." Adelia berusaha menjelaskan yang terjadi karena dia memang tidak tahu jika Riska mengajak Nathan makan siang bersama.
"Nggak usah ngeles, makin kesini kamu makin kurang ajar ternyata," ujar Riska sambil berlalu dan menubruk bahu Adelia dengan sengaja.
Adelia hanya mendesah lelah melihat punggung mertuanya yang semakin menjauh, dia sama sekali tidak tahu jika Nathan diajak makan siang.
Enggan memikirkan hal itu lebih jauh Adelia lantas berlalu ke kamar untuk membersihkan diri dan menyiapkan makan malam untuk suaminya. Dirinya terus saja melamun saat tengah mengiris bahan masakan karena memikirkan ucapan-ucapan Riska hingga Adelia sadar akibat sakit dari lukanya yang tanpa sengaja jarinya teriris karena melamun.
"Ya tuhan, kenapa rasanya sakit saat mendengar mama mengatakan dan meminta untuk suamiku menikah lagi sementara aku masih istrinya dan suamiku juga mencintaiku, apa waktu tiga tahun bisa mengklaim seseorang mandul?" batin Adelia sambil mengobati lukanya. Dia kembali melanjutkan acara memasaknya sebelum Nathan pulang.
Hari semakin beranjak malam tapi Nathan belum juga pulang membuat Adelia sedikit cemas, tidak biasanya Nathan pualng terlambat seperti saat ini. Adelia mencoba menghubungi ponsel Nathan tapi rupanya nomor suaminya itu tidak aktif membuat Adelia semakin gusar.
"Kamu di mana, Mas?" Adelia terus berusaha menghubungi Nathan meskipun hasilnya tetap sama, dia juga terus memasang telinganya baik-baik takut tidak mendengar suara mobil Nathan datang.
Ting!
Ponsel Adelia berbunyi membuat wanita itu segera membukanya karena mengira pesan tersebut dari Nathan, tapi mata Adelia mendadak panas saat melihat pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
"Tidak mungkin," ujar Adelia dengan air mata menetes dan ponselnya yang kini sudah ikut jatuh.