Chereads / Trapped in Love in The Game / Chapter 21 - Saling menyerang

Chapter 21 - Saling menyerang

Casey menangkup sebelah pipinya seraya menatap datar Erica yang kini berada di depan kelas, sedang mempresentasikan hasil kerjanya. Bukan tugas kelompok melainkan individu. Jujur saja, presentasi Erica bisa dibilang bagus bahkan selesai itu dosen memujinya dan seluruh anak di kelas memberikan tepuk tangan karena kagum dengan si bunga fakultas tersebut. Casey mendengus.

"Kenapa saat tugas kelompok dia menjadi beban, giliran seperti ini saja," gumam Casey pelan. Saat tugas kelompok tempo lalu, Erica memang benar mengerjakannya malam itu juga. Dan itu pertama kalinya Erica serius mengerjakan tugas bagiannya sendiri, Casey tersenyum puas gertakannya membuahkan hasil yang lumayan memuaskan. Setelah mendapat nilai, Erica kembali duduk di samping Casey. Gadis itu menyenderkan kepalanya pada bahu Casey, merasa seluruh ketegangannya sebelum presentasi kini sudah sirna tergantikan dengan perasaan lega.

"Fuah ... lega sekali. Gwen, bagaimana presentasiku? Tidak aneh, kan?" tanyanya.

Casey menggeleng seraya tersenyum. "Sangat bagus," puji Casey. "Aku harap saat ada tugas kelompok lagi, kau bisa mengerjakannya sama seperti tugas individu," lanjutnya.

Erica yang awalnya tersenyum puas langsung berubah kikuk, merasa tersindir. "Ahaha ... iya, tentu saja."

Semua anak sudah mendapat giliran presentasi menandakan kelas pun berakhir. Dosen kembali memberi tugas untuk minggu depan sebelum keluar dari kelas. Casey sudah mulai merasa lelah dengan tugas yang terus datang menghantam dirinya, ia harus terus mempertahankan benteng pertahanannya agar tak semakin goyah. Lagipula, sebenarnya dari awal tidak ada yang menyuruhnya untuk benar-benar fokus pada perkuliahan. Ini hanya dunia game, yang harus ia fokuskan adalah misinya agar bisa kembali ke dunia nyata. Misinya untuk semakin dekat dengan pria yang sudah ia pilih sebelumnya sampai mendapatkan happy ending.

Erica mengajak Casey untuk ke kantin, perutnya sudah meraung meminta makan. Casey pun sama. Mora dan Hanna sudah duluan berada di kantin karena kelas mereka baru dimulai nanti siang. Hari ini, Casey tetap memilih menu termurah hanya berbeda varian saja. Minumannya air putih, karena jangan sampai dirinya terkena dehidrasi. Sedangkan Erica memilih menu mahal dan menggiurkan sampai Casey hampir tak bisa menahan air liurnya. Sejak awal dirinya melihat menu kantin, menu yang dipesan Erica lah yang sudah ia impikan. Casey iri sekali, Erica sudah pasti anak orang kaya sama seperti Eric dan sebangsanya. Ah, dia baru sadar. Dari penampilan saja sudah sangat jauh dari dirinya. Erica bak bidadari, Casey sudah tak perlu diibaratkan. Dia memang sungguhan pelayan.

Setelah makanan siap, mereka menghampiri Mora dan Hanna yang sudah bersenda gurau sedari tadi. Entah kenapa Casey jadi benar-benar masuk ke dalam circle mereka. Sepertinya Casey harus mencari teman lagi yang sedikit waras dan setipe dengannya. Mirip Eleana juga boleh, ia butuh seseorang yang memiliki mulut sadis.

Baru saja ingin menyantap makanan, lagi-lagi ia dikejutkan dengan segerombolan laki-laki yang menghampiri meja mereka.

"Apa kita boleh makan di sini?"

"Ah, senior Zayn, Harry dan Eric! Tentu saja boleh!" sahut Hanna dengan senang.

Casey dan Eric beradu pandang, pria itu tersenyum tipis padanya. Casey memperhatikan Eric yang mengitari meja lalu berhenti dan duduk di samping Casey. Gadis itu mengunyah makanannya dengan pelan, dari sekian kursi kenapa Eric duduk di sampingnya? Padahal kursi terdekatnya tadi adalah kursi di samping Erica. Sedangkan orang yang duduk di samping Erica adalah Zayn.

"Gwen seperti biasa makan dengan lahap, ya," sapa Eric memperhatikan Casey menyantap makan siangnya. Casey hanya bisa memaksakan tersenyum dengan mulut penuh nasi. Hal itu malah membuat Eric gemas. Sedangkan Erica menatap mereka dengan pandangan sulit diartikan. Tak lama, senyuman menghiasi wajah cantik Erica.

"Kau sangat suka menu itu ya, Gwen. Setiap hari selalu memakan salad dan burger, aku sampai hafal," ujar Erica.

"Oh! Atau risotto apel! Gwen, apa kau tidak bosan memakan itu terus? Sekali-kali cobalah menu yang dipesan Erica, itu sangat enak. Aku jamin itu," tambah Mora.

"Sepertinya Gwen sangat menerapkan pola hidup sehat, minumnya saja air putih." Kini Hanna berbicara.

"Haha! Pola hidup sehat bagian mana? Setelah makan ini, ia akan memakan cemilan yang begitu banyak di kelas, Erica cerita padaku!" sahut Mora, Erica hanya tertawa mendengarnya. Casey masih membiarkan mereka hingga makanannya sudah tertelan sempurna.

"Benar kan, senior? Tingkah Gwen memang selalu lucu!"

Zayn dan Harry hanya bisa tertawa menanggapi mereka.

Erica menyodorkan isian menu miliknya pada Casey. "Kau mau?" tawarnya.

Casey tersenyum tipis. Ia masih bisa sabar dengan perlakuan mereka terhadapnya. "Tidak apa-apa. Ini memang menu favoritku, kalian makanlah dengan lahap. Mereka akan menangis jika tak kunjung dimakan," ujar Casey dengan tatapan dibuat sendu. Lalu kembali melanjutkan makannya. Tak peduli dengan reaksi Erica dan yang lain setelahnya.

"Menu ini enak, kok. Aku pernah memakannya, jadi wajar saja jika Gwen menyukainya." bela Eric tak disangka-sangka. "Kalian bisa mencobanya jika penasaran," lanjutnya.

"B-begitukah? Mungkin nanti aku mencobanya," sahut Hanna, sedangkan Mora mengusap tengkuknya sedikit malu.

Di saat mereka fokus dengan makanan masing-masing, terkadang Zayn dan Harry mengajak ketiga perempuan itu berbincang. Eric yang tak kunjung menyentuh makan siangnya, kini mendekatkan wajahnya pada Casey. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya. "Bukankah uang sakumu cukup untuk memilih menu yang termahal sekali pun?" bisiknya pelan.

Netra Casey membulat, tak disangka Eric akan bertanya hal itu. Bukan berarti dia tak mampu, tapi merasa tak pantas dan sayang uang saja, lebih baik ditabung. Walaupun dirinya tak tahu untuk apa menabung di dunia ini. Kehidupannya sudah terjamin oleh keluarga Wilson. Tapi sebagai pelayan, mau di mana pun dirinya berada, ia tetap merasa tak pantas untuk menghambur-hamburkan uang. Lagipula makanan yang dibuat oleh Riley dan chef yang lain lebih lezat.

"Tidak apa-apa, aku memang suka menu ini," jawab Casey sama pelannya. Ia menatap piring Eric yang masih penuh dengan makanan. Tanpa sadar ia mengambil sebuah tomat dari piring tuan mudanya. "Kenapa belum makan? Ah, Kau kan tak suka ini, kenapa tak bilang? Sini, biar aku saja yang memakannya."

Eric terkejut dengan tingkah Casey, seluruh orang yang ada di meja itu sama kagetnya. Bertanya-tanya kenapa bisa Casey bersikap seperti itu pada seseorang seperti Eric.

"Gwen ...," panggil Eric.

"Hm?" sahut Casey seraya mengunyah tomat tersebut. Masih belum sadar.

"Senior tak suka tomat?" tanya Mora. Pertanyaan Mora membuat Casey tersadar. Ia lupa perbuatannya tadi pasti membuat semuanya salah paham! Bodoh sekali Casey! Kakinya gemetar karena bingung harus mencari alasan apa.

"Ah, iya. Aku sedikit tak suka. Gwen mengetahuinya karena selama bertukar pesan, kami bercerita banyak hal, terima kasih, Gwen. Sudah memakan tomatku," ujar Eric, menoleh ke arah Casey seraya tersenyum manis. Casey hanya bisa membalasnya dengan tertawa kikuk.

"Kalian sudah lama berteman?" tanya Zayn.

"Ya, kami awalnya teman online."

"Wow! Bagaimana bisa?" timpal Harry.

"Ceritanya panjang, kalau aku ceritakan bisa sepanjang tembok cina," jawab Eric asal membuat yang lain tertawa. Casey bisa bernapas lega. Eric bisa membalikkan situasi kembali normal, menutupi kesalahan dia yang konyol. Casey beralih menatap Erica yang kini tak banyak bicara, hanya terus mengaduk makanan mahal dan menggiurkan itu. Entah Casey harus merasa senang atau khawatir saat ini. Tapi melihat reaksi Erica, tentu saja Casey merasa puas.