Chapter 2 - 1 | Awakening

(Bab 5 : 1)

Dia terbangun di sebuah lembah yang tak dikenal. Manusia berlalu lalang, memandangnya dengan penuh keheranan. Mengapa manusia cantik tidur dengan pakaian seperti itu di tengah lembah?"

2021 - Akhir tahun, peradaban manusia modern.

Awan mendung, menggantung duka. Jajaran manusia dengan jas hitam dan pakaian gelap berwarna senada, mengelilingi makam yang masih basah tanahnya. Bunga ditabur di atasnya, kelopak demi kelopak jatuh, tepat mengubur manusia yang dipendam di bawah sana. Tak ada keajaiban untuk orang yang telah hilang nyawa dan hempas raga masuk ke dalam bumi, hidup kembali adalah hal yang mustahil. Dia paham benar, bagaimana konsep kehidupan berjalan.

Inilah perjanjiannya. Sebuah kalimat yang tak pernah diperbarui dari tahun ke tahun dan abad ke abad. Katanya, sebelum ia dikirim sebagai pendosa yang berbaur dengan manusia di bumi, ia hanya punya satu konsep kehidupan. Bertemu dan berpisah.

"Apa perjanjiannya?" bisikan datang tanpa wujud. Wanita itu bergeming tak bergerak. Tatapannya hanya untuk makam di depannya.

"Inikah perjanjiannya?" Lagi! Ia diganggu. Bahkan di saat seperti ini? Gila! Raganya berdiri di depan makam. Memakai gaun cantik berwarna merah maroon yang mencolok dibandingkan dengan lainnya. Bukan keinginannya, si manusia tua yang sudah matilah yang menginginkan dia datang dengan pakaian seperti ini. Tepat di malam sebelum kematiannya, si pria tua berbisik. Katanya, Nona harus datang dengan pakaian yang cantik. Bukan untuk pesta akhir tahun, tetapi untuk menghadapi kematian yang tak lama lagi.

"Dia adalah manusia pertama dalam perjanjiannya ternyata," gumamnya. Ia menoleh, menatap pria yang baru saja datang.

"Berhenti memisahkan diri dari tubuhmu. Jika tak bisa kembali maka—"

"Maka aku akan mati?" Ia berpura-pura terkejut. "Aku takkan mati semudah itu, Decurion." Senyumnya tipis. Setipis lapisan es di kutub utara yang akan mencair kalau terkena panas. Benar, inilah kemampuannya yang unik, berbeda dari jenis dewa dan iblis manapun. Sakrilegi, memisahkan diri dari raganya. Mengawasi dari kejauhan tanpa harus datang ke tempat raga itu berada.

"Decurion," panggilnya. Menuang teh pu'erh masuk ke dalam cangkir kecil di tengah meja. "Perjanjiannya adalah aku akan menyaksikan kematian orang-orang yang mengabdi padaku. Aku harus merasakan betapa menyakitkannya hal itu," ungkapnya. Nada bicara yang pelan dan hati-hati. Sesekali tersenyum, bak orang gila.

"Daeva ...." Seorang pria memanggilnya. "Kembalilah pada ragamu sekarang. Dia ingin kau hadir di hari kematiannya, bukan malah minum teh di sini."

Daeva, itulah namanya. Lengkap orang biasa memanggilnya dengan sebutan Daeva Desmonav. Seorang wanita, ah tidak! Lebih tepatnya adalah sesosok kutukan yang membawa banyak dosa di setiap langkah kakinya. Tujuannya tak pernah ada. Hidupnya bak sampan kecil yang terombang-ambing di tengah laut. Perjanjiannya dengan sang agung, Loralei di Sheol tanah iblis hampir seribu tahun silam, membawanya ke sebuah tempat yang disebut sebagai tanah manusia. Bumi adalah tempatnya berpijak.

Sebuah perjanjian yang dibuat oleh Daeva Desmonav dengan Sang agung Loralei di Sheol tanah iblis adalah pasal kehidupan abadi untuk menebus segala dosa. Menyalakan batu kuasa dan mengakhiri semua keabadian yang ada. Beratus-ratus tahun Daeva hidup dengan ribuan memori yang tak pernah hilang dari dalam kepalanya. Ia menyaksikan dunia berubah. Ia melihat manusia berevolusi menjadi lebih modern dan mengingat segala macam bentuk kehidupan dan kematian.

"Kau sudah menyaksikan banyak kematian, mengapa kau menyebut bahwa ini adalah yang pertama?" Decurion kembali membuka suaranya. Dia bukan manusia, bukan laki-laki juga bukan perempuan. Dia tak berwajah, hanya bayangan hitam yang bisa divisualisasikan oleh Daeva sesuka hatinya.

"Pak tua ...." Daeva memanggilnya. Tatapan matanya naik, memancarkan cahaya hijau dari sana. "Pulanglah ke Sheol. Aku tak berteman dengan siapapun yang berhubungan dengan Loralei."

"Loralei mengutusku untuk menemanimu, Nak."

Daeva tersenyum seringai. Tehnya sudah penuh. Namun, ia tak akan meminum itu. Daeva tak perlu makan juga tak perlu minum. Bahkan di dalam tubuhnya, tak ada yang berfungsi. Semuanya mati. Ia bergerak dan hidup atas dasar sihir dari Loralei.

"Pulanglah, ini peringatan yang terakhir," ucapnya sembari menjentikkan jari. Seketika angin berembus dengan sedikit kencang. Membawa dedaunan dari luar untuk datang masuk ke dalam rumah. Bangunan ini tak akan rubuh, meskipun angin badai menerpanya dan gempa hebat mengguncangnya sebab rumah ini tak nyata. Semuanya adalah sihir milik Daeva.

"Kau akan menyihirku?" Tawa Decurion menyela. Menggema, bak ada di dalam gua. "Ingatlah Daeva, sihirmu berasal dari Loralei dan Lembah Sheol. Little Sweatmeat yang menganugerahkan itu untukmu."

Daeva tak menggubris. Ia terus memainkan jari jemarinya. Membawa apapun datang dan terbang menghadang bayangan hitam di depannya. "Jika aku merampalkan sumpah dan mantra lalu menjadikan dirimu hidup, kau akan paham betapa menyedihkannya hidup menjadi manusia abadi, Decurion. Selama kau adalah bayangan atau kabut hitam yang berkumpul dan diberi nyawa sihir oleh Loralei, kau tak akan bisa mengerti apapun." Daeva menarik tangannya naik ke atas. Beberapa benda melayang di udara. "Aku tahu benda apapun tak bisa membunuhmu. Namun, jika aku melubangi atap rumah ini dan membuatmu terkena sinar, kau akan hangus."

Decurion menghentikan tawanya. "Daeva ...."

"Hariku sedang tak baik, Decurion. Aku harap kau bisa bekerjasama. Kembalilah pada Loralei untuk sementara waktu dan tinggalkan aku sendiri."

Decurion tak mau menggubris itu. Bayangannya semakin membesar. Menutup sebagian atap bangunan mewah ini. Melahap berbagai macam cahaya dari dalam ruangan. Menggelapkan keadaan. Mantra Daeva tak terlalu kuat untuk melawan Decurion dengan level tertinggi. Mau tak mau, Daeva mencari cara yang lain.

Ia menghentikan sihir. Benda-benda jatuh dengan kasar. Angin kembali normal dan suhu seperti biasanya.

"Turunlah. Aku tak suka gelap." Daeva meminta. Detik berlalu, bayangan hitam kembali normal. Iblis ini keras kepala. Semua jenis iblis pengikut Loralei tak ada yang normal. Tak ada yang mau mendengarkan apa kata Daeva.

"You must go home now, Decurion." Daeva menggerakkan tangannya dengan cepat. Membuka portal ajaib yang menyedot Decurion masuk ke dalam sana.

"Daeva!" Ia berteriak. Seakan dilahap habis oleh portal, bayangan hitam Decurion hilang begitu saja. Hanya meninggalkan aroma bunga yang khas. Daeva menatap seluruh bagian ruangan mewah miliknya. Pintu utama disegel dengan menggunakan sihir yang ada di dalam matanya. Tak ada celah untuk Decurion kembali masuk ke dalam rumahnya. Daeva melindungi bangunan ini dengan sihir terkuat yang ia punya.

"Buka segelnya Daeva!" Suara menggema. "Daeva!"

"Aku kan membuka segelnya setelah hari membaik, Decurion."

... Bersambung ...