Winda tidak bisa berhenti tersenyum ketika mengingat semalam, bagaimana ia dan Seno bercinta habis-habisan. Wajahnya memerah serta tertawa cekikikan seperti orang yang baru dimabuk asmara.
"Ih, bos kok abis pulang dari Paris jadi kek orang stres sih?" Yuni langsung berbicara seperti itu di depan Winda.
Winda yang ketahuan sedang tertawa sendirian merasa malu karena dilihat oleh Yuni.
"Ngangetin tau gak sih, Yun."
"Ya maaf bos. Lagian ada berita apa sih bos kok kayaknya bahagia banget. Hamil ya?"
"Pinginnya sih gitu. Tapi belum dikasih."
"Cara yang saya kasih tau udah dilakuin belum, bos? Ampuh loh."
Wajah Winda bersemu merah, karena ya—cara itu telah ia lakukan tadi malam, "Apaansih kamu."
Yuni tertawa pelan, "Yaudah deh. Saya ke dapur dulu ya bos."
"Hm."
Setelah melihat Yuni ke dapur. Winda kembali tersenyum seperti orang gila. Ia jadi tidak sabar untuk menyambut Seno pulang ke rumah nanti malam.
"Kok udah kangen ya sama Seno. Apa WA aja kali ya." Ucap Winda sendirian lalu mengirim pesan pada Seno.
****
Kevin memarkirkan mobilnya di depan kafe milik Winda. Ia menghela napas dan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk memberi tahu yang sebenarnya tentang kejahatan Seno pada wanita yang sangat ia sayangi itu.
"Win, kamu harus tau yang sebenernya." Kevin berucap sendiri lalu segera turun dari mobilnya.
Kevin masuk ke dalam kafe Winda. Dimana para pelanggan terlihat begitu ramai karena ini merupakan jam makan siang. Kevin melihat kesana kemari, mencoba mencari Winda.
Pria itu pun tersenyum ketika melihat Winda sedang sibuk melayani pelanggan. Kevin langsung berjalan mendekati Winda. Dan tentu saja—respon Winda sangat dingin padanya.
"Win."
Winda yang masih sakit hati pada Kevin terlihat begitu malas melihat pria itu. Memorinya kembali berputar di malam Kevin mencaci makinya habis-habisan.
"Mau apa Lo?" Tanya Winda ketus, "Kalau mau nyalahin gue dan bikin gue sakit hati lagi mending pergi aja dari sini."
"Aku mau minta maaf." Ucap Kevin pelan.
Aku? Sejak kapan Kevin menggunakan kalimat tersebut. Oh—mungkin saja ia memang berniat untuk menyatakan perasaannya seteleh membongkar semua rencana Seno. Mungkin.
"Males gue basa-basi. Mending Lo pergi aja." Winda berjalan menuju dapur tapi tangannya langsung dicegah oleh Kevin.
"Win, aku ngerasa bersalah banget karna udah ngomong kasar sama kamu malam itu. Aku khilaf karna shock kamu ternyata istri Seno."
"Walau Lo shock atau apa kek. Tapi gak pantes Lo ngomongin gue perempuan jahat. Sedangkan gue sama sekali gak tau kalau Seno masih ada hubungan sama Mirna. Toh, ternyata itu juga gak bener kok. Seno beneran udah putus sama Mirna."
"Jadi kamu yakin Seno serius sama kamu?"
"Ya, yakin lah. Seno udah banyak berkorban buat gue," Jawab Winda malas, "Udalah, Vin. Gue males bahas masalah masa lalu Seno. Gue sama Seno udah buka lembaran yang baru."
Kevin semakin kasihan melihat Winda yang menurutnya sudah tertipu oleh Seno. Dalam hati ia berkata untuk harus bisa menyelamatkan Winda dari jebakan Seno.
"Tapi kamu harus tau, kalau Seno gak serius sama kamu, Win. Seno cuma mau balas dendam sama kamu." Jelas Kevin.
"Lo mau fitnah Seno ya?"
"Gak, Win. Justru aku nyelamatin kamu. Biar kamu gak semakin terlarut sama dia. Seno gak baik, Win."
"Vin, sumpah deh. Gue gak nyangka Lo tega ngomongin sahabat Lo kayak gini. Inget Vin, Seno tu temenan sama Lo udah lama banget. Dan Lo tega, ngatain Seno jahat?"
"Win, harus dengan cara apa biar kamu percaya kalau Seno cuma pengen balas dendam sama kamu?"
"Dengan bukti. Tapi gue yakin, Seno tulus sama gue. Gue yakin!"
"Seyakin itu kamu?"
"Alah. Udahlah Vin. Mending Lo enyah dari hadapan gue sekarang. Males tau gak!"
Winda langsung berjalan menuju dapur. Tangannya kembali dicegah oleh Kevin tapi perempuan itu langsung menepisnya kasar.
"Berenti nemuin gue. Dan berenti fitnah Seno yang enggak-enggak!" Perintah Winda dengan menatap Kevin tajam.
Kevin memejamkan matanya sejenak. Lalu menghela napas. Ia mengutuk kebodohannya sendiri karena tidak sempat meminta file rekaman ucapan Seno ketika akan menjebak Winda.
"Win, seharusnya kamu percaya sama aku."
Kevin pun keluar dari kafe. Ia berniat menenui Mirna untuk meminta file rekaman tersebut.
****
Suasana hati Winda menjadi agak berantakan karena ulah Kevin tadi siang. Sehingga membuatnya pulang lebih cepat sore ini, padahal pelanggan masih sangat banyak. Tapi ia terpaksa memberikan amanah pada Yuni untuk mengurus kafe nya.
Sesampainya di rumah, Winda pun memutuskan untuk mandi dan ingin pergi tidur. Tapi tiba-tiba bik Ijah datang ke kamarnya.
Wajah bik Ijah terlihat ketakutan dan sedikit gugup menatap Winda.
"Kenapa, Bik? Kok mukanya kaya gitu? Habis lihat hantu ya?" Tanya Winda penasaran.
"Duh, gini non. Sebelumnya saya minta maaf sama non Winda."
"Minta maaf kenapa, Bik?"
Bik Ijah memberikan bingkisan kepada Winda. Bingkisan yang beberapa hari lalu di antar oleh Mirna. Tak disangka bik Ijah lupa memberikannya pada Winda karena sudah lewat beberapa hari.
"Ini, non. Ada bingkisan dari perempuan yang namanya Mirna. Ituloh non yang dulu pacaran sama den Seno." Ucap bik Ijah polos.
Winda agak kaget mendengar penuturan bik Ijah, "Mirna? Ngasih bingkisan?"
"Iya, non."
"Yaudah. Makasih ya, Bik."
"Iya, non. Sekali lagi, maafin saya ya non."
"Iya, Bik. Gak papa. Bik Ijah istirahat aja ya. Nanti biar saya yang masak buat Seno."
"Sip, non."
Bik Ijah pun keluar kamar Winda dengan perasaan gembira karena memang ia ingin segera tidur dan istirahat.
Sedangkan Winda yang penasaran langsung membuka bingkisan tersebut. Isi di dalamnya terdapat amplop tebal dan perekam suara kecil.
Winda membuka amplop tersebut dan melihat banyak sekali foto tidak senonoh antara Mirna dan Seno. Sekitar puluhan foto ada disana. Lengkap dengan tanggal dan tahun dimana foto itu di ambil.
Kedua mata Winda membulat terkejut. Ia melihat satu persatu foto tersebut. Dimana yang membuatnya kaget adalah—jika foto itu ada yang di ambil sekitar sebulan yang lalu. Winda teringat dimana waktu itu ia dan Seno sedang bertengkar karena Kevin datang ke kafe nya mengajaknya sarapan.
Winda pun dibuat tak percaya dengan foto itu. Ia menganggap kalau mungkin bisa saja foto itu merupakan hasil editan.
"Gak. Gak mungkin. Seno tu gak mungkin kaya gini." Winda berucap positif sambil menyeka rambutnya ke belakang.
Wanita itu lalu memutar perekam suara yang dikirim oleh Mirna. Ia memutarnya dan betapa terkejutnya ketika ia mendengar Seno sedang menceritakan semua keburukannya. Dari mulai saat mereka tinggal bersama saat masih SMP sampai akhirnya mereka dijodohkan.
Yang lebih membuat Winda kaget dan sakit hati adalah, ketika ia mendengar jelas Seno berencana untuk membalas dendam pada Winda karena berani melawannya saat awal-awal pernikahan.
"Ini, ini benaran Seno?" Winda berucap gemetar. Ia kembali mengingat ucapan Kevin tadi siang, "Jadi-apa yang dibilang Kevin itu bener? Jadi Seno memang cuma mau balas dendam sama aku?"
Winda menjatuhkan rekaman suara tersebut. Ia menangis gemetar karena kaget. Tubuhnya lemas sekali, bahkan ucapan Seno semakin lama semakin terdengar jahat.
"Seno, kamu jahat!"
Padahal, yang sudah kita tahu jika itu merupakan rekaman lama yang mana saat itu Seno belum tertarik pada Winda.