Chereads / Gairah Cinta Duda Tampan / Chapter 19 - GCDT 19

Chapter 19 - GCDT 19

"De, ini tas lu. Lu boleh pulang duluan, kami masih pengen seneng-seneng di sini," Laras datang mengendong Lea sambil menenteng tas milik Dea.

"Ma, tante Dea kok pulang ga seru ah," Lea merajuk rupanya, kasih sayang Dea yang tulus membuat anak kecil itu seakan tidak bisa lepas dari dirinya.

"Tante Dea-nya udah capek, Sayang," Laras mencoba menghibur sang putri bibirnya cemberut tapi begitu menggemaskan, Dea melepas rangkulan Rama lalu maju menghampiri Lea mencium i pipi gembul itu.

"Kapan-kapan kita pergi bareng-bareng lagi oke," Dea juga ikut membujuk tapi Lea masih saja cemberut.

"Kiss tante dulu," Dea menyodorkan pipinya berharap dicium oleh Lea, namun anak itu masih marah karena merasa waktu bermain dengan tante kesayangannya terpangkas, Lea menatap tajam Rama dan membuat pria itu gemas.

'Mirip Alex sekali anak itu, tidak suka kesayangan miliknya diganggu, tapi Dea adalah istriku jadi terserah kalau mau kuajak pulang sekarang,' Rama bergumam dalam hati.

Dea memukul kepala Dendi karena mengapit kedua pipinya lalu mengoyang-goyangkan, Rama yang melihat menjadi murka segera dia dorong Dendi dengan kasar membuat Dendi terjelembab kebelakang.

"Dendi!" Dea memekik terkejut, saat Dea ingin melangkah menolong Dendi, pergelangan tangan Dea di tarik Rama, "kita pulang!" seru Rama geram, dan menarik Dea dari sana dengan perlahan, tidak tega jika harus menyeret wanita yang dia cintai.

"Mas, tunggu sebentar," Dea mencoba berontak, kepalanya berulang kali menengok kearah belakang tempat sahabatnya tadi jatuh, lalu menarik tangannya agar terlepas dari Rama, namun karena tenaganya kalah kuat tangannya tetap di pegang Rama.

"Mas, tunggu itu Dendi jatuh, Dea mau...." huek, tangan Dea yang bebas menutup mulutnya, rasa mual pun kembali melanda Dea. Rama menghentikan langkahnya dan memeluk istri tercintanya.

"C'k keras kepala," gerutu Rama gemas.

"Kita pulang ya, kamu istirahat, kamu kayaknya kurang sehat," Rama membujuk wanita keras kepala itu. Dea menggeleng dan masih menatap pada Dendi yang sudah berdiri dan juga sedang menatap dirinya.

"Jika kamu ga pulang bareng, Mas. Jangan salahkan mas kalau ada apa-apa sama temen-temen kamu," Rama mencoba mengancam wanita-nya dengan menunjuk beberapa bodyguard yang mengikuti mereka, Rama tahu Dea paling tidak suka jika ada yang mengganggu orang terdekatnya.

Dea mendengus kesal, lalu menghempaskan tangan Rama dan berjalan menuju mobil yang sudah dibukakan oleh supir. Menghempaskan bokongnya dan memilih menatap pemandangan, sedang Rama tersenyum lega.

Setidaknya ancaman itu akan membuat istri penurut yang berubah menjadi pembangkang akan menuruti semua keinginannya. Rama segera masuk dan duduk di sebelah Dea, matanya tidak lepas dari istrinya.

Beberapa bulan tidak menyentuh dan memeluk Dea, hanya memandang seperti ini membuat jiwanya terasa sakit. Istrinya kabur tanpa memikirkan dirinya yang kelabakan dan kelimpungan, begitu bertemu malah mementingkan orang lain, ingin sekali menghukum istrinya ini dengan mengurungnya di kamar hanya berdua, pasti terlihat menggemaskan jika dia merajuk.

Membayangkan wajah Dea cemberut karena kesal padanya membuat Rama gemas, segera di tarik nya sang istri hingga kini berada dipelukannya.

"Jangan main kabur-kabur lagi, aku hampir gila saat melihat kamar kita kosong," Rama berkata sambil menghujani kepala Dea dengan kecupan.

'Kamu yang membuat aku begini, Mas. Apa salahku hingga kau tega membohongiku, baru dua tahun kita menikah dan kau sudah tidak sabar ingin menimang bayi, hingga kau menuruti keinginan mama untuk menikah lagi,' gumam Dea dalam hati.

'Jangan salahkan aku jika saat ini aku selingkuh dan mulai mencintai pria yang selalu menghibur diriku atas luka yang kalian berikan,' sayang itu hanya bisa Dea ucapkan dalam hati.

"Kita pulang atau kamu mau kita berkeliling kota ini dulu?" Rama mencoba memberi penawaran, bermaksud membuat mood istrinya agar kembali dan bisa ceria lagi.

"Terserah," jawab Dea pasrah, sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu liburan ini hanya dengan Abraham, pria yang sudah membuat cinta untuk Rama, suaminya menjadi terkikis.

"Ya, sudah kita berkeliling dulu, kalau mau mampir kemana bilang mas ya?" Dea hanya mengangguk mengiyakan perkataan Rama.

'Yank, maaf aku ninggalin kamu,' lirih Dea dalam hati, sedih mengingat tadi adalah kecupan terakhir yang Abraham berikan, tidak tahu kapan lagi akan bertemu. Karena semalam Abraham sudah mengatakan akan keluar negeri sebentar jika liburan ini selesai, dan mengurus bisnis yang opanya berikan sebagai warisan.

SKIP

Suasana di pantai sepeninggal Dea, Dendi dan yang lain begitu marah karena Rama datang tiba-tiba dan langsung membawa Dea pulang.

Sebenarnya bisa saja tadi Dendi mengejar dan mencegah Dea pulang bersama suami penghiyanat itu, tapi para bodyguard itu menghalangi dan langsung merampas tas milik Dea.

"Kenapa lu tadi ga nonggol pas Dea di bawa pulang pria itu?" tanya Dendi pada Abraham, geram akan kelemahan pria yang mengaku mencintai sahabatnya. Abraham menengadahkan kepalanya menatap langit biru, lalu tersenyum samar

"Belum saatnya suaminya tahu, jika dia tahu sekarang saya yakin suaminya akan membawa Dea pergi jauh dari kita," benar yang dikatakan Abraham, jika Rama tahu hubungan mereka, tidak mungkin Dea akan dia sembunyikan dan mereka tidak bisa berkomunikasi lagi.

Dan para sahabat Dea pasti akan kena dampaknya karena dianggap mendukung perbuatan yang menurut Rama adalah jahat dan tidak manusiawi karena mendukung perselingkuhan.

Dari Dea juga Abraham mengenal sosok Rama, pria itu sebenarnya sangat mencintai istrinya, tetapi entah atas alasan apa akhirnya Rama mendua.

"Tapi kita kalian masih bisa kok saling hubungan lagi," Abraham menjeda kalimatnya, "mungkin beberapa Minggu saya ga bisa hubungi Dea dulu, saya harus ke Australia. Pusat perusahaan saya di sana sedang ada masalah, saya juga sudah mengatakan pada Dea kemarin malam," Abraham bernafas sejenak.

"Jadi, saya minta tolong pada kalian, sering-seringlah hubungi dia, terutama kamu," menjawil pipi chubby Lea, "hibur dan buat Tante Dea tersenyum saat om bule bekerja, kalau om bule pulang kita piknik lagi oke?" Abraham mengulurkan jari kelingking sebagai perjanjian, sedang Lea memiringkan kepala menatap Abraham tidak paham.

Abraham cemberut dan memasang wajah memelas, tiba-tiba Dendi mengulurkan kelingkingnya dan menautkan pada kelingking Abraham, Lea pun ikut-ikutan.

"Thank's bro," ucap Abraham seraya menepuk pundak Dendi pelan, Dendi hanya mengangguk. Sebenarnya Abraham sangat percaya jika Dendi ikut menjaga Dea, dilihat dari cara pria itu menatap dan memperlakukan wanita-nya, dia tidak akan membiarkan Dea terluka.

Mereka pun akhirnya melanjutkan acara liburan yang mereka ciptakan untuk menghibur Dea, namun wanita itu sudah pulang terlebih dahulu. Ada beberapa hati yang merasa kesepian saat wanita berlesung pipi itu tidak ada, liburan yang hampir menyita waktu kurang lebih tiga atau empat hari membuat ruang yang ramai karena celotahan dan tawanya kini sepi.