Dino hanya bisa diam saja, dia mau apa lagi toh, hari malam. Mau cari di mana dan rumah dukun itu juga tidak tahu sama sekali. Ian sudah tidak bisa berkata apapun lagi, dia hanya bisa memandang ke atas yang tentu saja narsih masih di atap dan kepala di jatuhkan ke bawah dan rambutnya turun ke bawah dan mengenai kaki mereka.
"Mang geser sedikit, sudah suara dia cempreng dan sekarang dia seperti itu, dia pikir rambutnya bagus apa? Udah gersang belum cuci rambut entah pun ada kutunya, masih saja di gerai dan mengenai kakiku, dasar mau aku buat adonan itu si mbak manisnya dinosaurus itu," ucap Ian yang kesal.
Mang Dadang hanya bisa menghela nafas panjang, Ian selalu mengoceh saja, tidak bisa membuat tenang, mana di atas menangis dan di bawah mengoceh tapi matanya tertutup. Dino memijit kening karena si Ian masih belum menutup mulutnya.
"Bukan dia yang di jadikan adonan, kamu yang saya jadikan adonan, mau kamu?" tanya Dino yang sudah kesal dengan kelakuan ian.