Bram yang berada di ruang kerja menerima panggilan telpon dari Diman. Bram sebenarnya malas untuk mengangkat telpon dari para sahabatnya, apa lagi kalau Deki, lelaki yang menculik Nona yang menyebabkan dia tidak bisa dekat dengan dirinya.
Drt ... drt ...
"Hmm, ada apa?" tanya Bram yang enggan untuk mengangkat telpon dari Diman. Dia tahu kalau Deki ada di sana, tapi dia mengacuhkannya.
"Itu, Deka sudah sadar. Apa kita tidak lihat dia? Kalau iya ayo kita lihat sekarang. Jika memang kau mau Bram," ucap Diman.
"Dia lebih mementingkan wanita daripada temannya, kau bisa lihat Diman, wanita juga yang membuat kita hancur dan kita sengsara," ketus Deki yang menyahut dari seberang telepon.