Setelah bertarung cukup lama, Doma terpaksa meminta pasukanya untuk mundur karena suatu alasan, Akhirnya pertarungan di Ibukota berakhir dan membuat seisi kota berantakan, namun di karenakan sebuah inisiatif dari Tim Arslan, evakuasi akhirnya berjalan lancar, dan hanya memakan korban luka ringan saja.
Meskipun demikian, banyak keruguan yang akan di alami oleh Ibukota saat ini, banyak nya aset negara yang hancur dan banyaknya gedung ya ng robih akibat serangan tersebut, di tambah beberapa tempat sumberdaya di sana hampir sepenuhnya tak bisa di gunakan kembali. Dan bukan hanya itu saja, mereka bahkan tak menemukan apa-apa dari hasil penyelidikan mereka, termasuk tujuan musuh yang bahka tak pernah mereka ketahui sebelumnya.
Namun William yang tak kunjung kembali kini mulai berhasil menghubungi mereka melalui jalur server yang biasaa mereka gunakan, William juga melaporkan bahwa Sang Raja yang tadinya di sandera oleh pemimpin pemimmpin penjahat tersebut kini sudah di bawa entah kemana.
Mendengar hal itu, Rayya dan Arslan mulai mengingat tentang apa yang di laporkan oleh Shadow saat mereka di Rumah Sakit waktu itu, mereka berfikir bahwa kudeta yang dari dulu mereka khawatirkan kini mulai terjadi di sekeliling mereka, dan awal dari tragedi tersebut adalah hilangnya Sang Raja.
Meskipun begitu, mereka tak pernah tahu apa maksud dan tujuan mereka mengkudeta kerajaan dan bahkan menyewa namgsa lain.
"Pangeran!" Sofia memanggil Arslan dengan canggung.
"iya" jawab Arslan.
"Saya tida terlalu mengerti apa yang terjadi, tapi saya hanyaingin menyarankan gar pangeran meminta bantuan kepada Negeri tetanggap yang sangat dekat hubungannya dengan kerajaan ini" ujar Sofia memberikan saran.
"Tidak masalah, jangan terlalu cepat menyimpulkan hal ini. Yang terpenting sekarang adalah, kita harus kembali ke gedung untuk memeriksa anak gadis itu" Jawab Arslan. Dengan kekhawatirannya,dia segera mengajak yang lainnya ke atas gedung untuk memeriksa keadaan di atas sana.
Sesampainya mereka di gedung lantai 2, mereka segera membuka pintu lif dan bers]jalan di lorong, karena mereka harus berjalan menggunakan tangga untuk memeriksa keadaan dalam gedung secara menyeluruh.
"Aaaaaaaaaa" Sofia berteriak dengan kerang di sebuah ruangan di sekitar sana.
"Ada apa Sofia" ujar Arslan yang berada di dekatnya sambil memegang pundaknya untuk menyadarkan Sofia.
Sofia yang tadinya menutup mata kini memberanikan diri membuka matanya dan langsung memeluk Arslan dengan penuh ketakutan.
"Ada apa?" tanya Arslan.
Tanpa mengatakan apapun Sofia menunjuk kearah sebuah ruangan, di sana ternampak beberapa orang dengan tubuh yang mengering dan seperti telah terserap semua cairan dalam tubuhnya.
Arslan mencoba menenangkan Sofia dengan mengelus kepalanya dengan lembut.
Arslan lalu membawa Sofia terus berjalan naik ke atas, karena terlalu beresiko meingalkan Sofia sendirian.
Sementara itu di sisi lain, Rayya dan Chantikamemeriksa tempat yang berbeda di sana, mereka mulai menemukan seseorang yan masih tersadar di sana yan nampak sangat ksusahan untuk bernafas dan bertahan karena banyaknya darah yang di serap darinya.
Dengan segera, Rayya membawanya ke ruang laboraturium untuk memberikan pertolongan pertama dengan memberikan tabung oksigen dan memeriksa golongan darahnya agar bisa di salurkan kepada orang tersebut.
Setelah semuanya siap, Rayya membeiarkan orang itu istirahan dan segera menghubungi Arslan agar mereka berkumul.
"Arslan, aku temui aku di tempat laboraturium kanta 35 ruangan nomer A333DF" Rayya mencoba menghubungi Arslan melalui pesan suara diakrenakan jaringan komunikasi mulai memburuk kembali, itu menandakan bahwa pertarugan belum berakhir.
Di tempat yang berbeda William dengan siap menanggapi kejadian dan membiarkan tempat evakuasi terus tertutup, karena jika terus terjadi hal seperti ini, maka seluruh kota akan manjadi medan tempur, cepat tanggap adalah slah satu sikap yang selalu di utamakan oleh divisi William.
Setelah memusatkan perhatian pada evakuasi, Kini William mulai mengirimkan beberapa database di seluruh militer pertahanan di kota tersebut agar membentuk siaga level Emergency di seluruh distrik.
Dalam kegundahannya karena khawatir denagn Raja dan pangeran, kini dia harus memikirkan dimana Kakaknya berada yaitu Sebastian. Namun meskipun begitu, William tetap melakukan yang terbaik dengan tugasnya.
Dia adalah bawahan Rei yang nomer Dua, dia adalah orang yang d tugaskan dalam mengatur pertahanan di bawah perintah Arslan, sehingga dengan kecerdasannya tersebut di usianya yang masih sangat muda, dia sudah bisa memerintah ratuan tentara pertahanan.
Jika William adalah seorang pemimpin pertahanan, maka Rayya adalah Divisi Hunting, dan mayoritas bawahan Rayya adalah orang-oran dari pinggiran, Rayya tidak pernah tertarik merekrut orang kota meskipun hebat, karena baginya orang kota hanyalah orang lemah yang tak memiliki banyak kelemahan termasuk manja.
Tak seperti William yang memiliki anggotanya sendiri di bidang militer pertahanan, Rayya justeru memiliki anggotanya yang bahkan menyebar di berbagai daerah, karena dari awal tugas Rayya adalah Hunting dan penyergapan, maka tak heran jika Rayya kerap kali melakukan Solo Hunting jika terjadi hal tiba-tiba. Tak hanya itu saja, Rayya juga adalah orang yang paling tua di antara William dan Arslan, namun dia masuk SMA karena ingin memastikan bahwa Arslan baik-baik saja, bisa di katakan bahwa itu dilakukan karena faktor kesetiaannya kepada Tuannya.
Status kota yang kini sudah menjadi siaga Level Emergency mulai di jaga oleh Militer di berbagai distrik. William bahkan menarik beberapa pasukan di perbatasan barat dan utara untuk mundur dan membantu di pusat kota.
Sementara itu Arslan msih memikirkan sesuatu dari dalam gedung tersebut, Rayya tak bisa apa-apa karena terganggunya jaringan informasi dan komunikasi, Rayya bahkan tak bisa memerikan perintah apapun kepada para Hunter. Rayya bukanlah William yang pandai dalam melakukan Hacking dan Blocking. Bahkan William yang menguasai teknik tersebut kini tak bisa melakukan apapun dengan alasan bahwa Server utama mereka sudah di kuasai musuh.
Meskipun tidak ternampak kehadiran musuh, kini di sekitar kota mulai tampak seperti kota mati yang sepi dan penuh dengan ketakutan, orang-orang sudah di kumpulkan dalam Raungan anti bencana dalam sebuah ruangan khusus pengungsian.
Karena tak memiliki listrik yang berfungsi, seluruh alat teknologi ampir 90% tak berfungsi termasuk lif, sehingga Arslan harus berjala menggunakan Tangga sambil menjaga Sofia. Sofia yang mengalami cedera di bagian kakinya hampir tak bisa jalan, suasana menegangkan di tambah dengan lampu alarm bahaya yang berkedip dengan hidran air yang terus menetes dari atas membuat suasana semakin dramatis.
Sofia yang terlihat sangat kedinginan akibat terus di siram oleh hidran kebakaran yang terus menyala sejak tadi membuat Arslan harus membuka mantelnya, bahkan memberikan mantel khusus miliknya agar Sofia tak kedinginan.
Kini Arslan sedang dalam keadaan tanpa Armour dan tanppa pelindung apapum, yan tersisa hanyalah kemampuan bertarung dan insting lemahnya karena semakin lelah secara tiba-tiba.
Semakin lama berjalan, Arslan semakin merasakan lelah yang tak wajar, entah apa yang terjadi kepada merekaa, namun secara tiba-tiba Arslan melihat ada bercak merah yang mengalir di genangan air tersbut yang membuatnya pusing dan akhirnya terjatuh "Ehh, apa yang terjadi padaku. Kenapa aku tiba-tiba terluka?" Ujar arslan sebelum pingsan karena terlalu banyak kehilangan darah.
BERSAMBUNG....