Aku berpikir jika membiarkan gadis ini pergi bersama Mamy, pasti dia akan di pertemukan dengan lelaki yang kini sedang membooking nya. Ini awal dari kehancuran masa depan Reina yang masih terlentang panjang ke depan. Masa depan yang cerah masih bersiap menunggu kedatangan Reina, dan itu harus hancur begitu saja.
Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku harus membuat Reina terbebas dari mucikari tersebut. Aku harus mencoba untuk menggantikannya, semoga ini bisa membantu dan Reina bisa pulang ke rumah nya. Ya, benar. Hanya ini satu-satunya cara supaya Reina tidak dijadikan pemuas nafsu laki-laki hidung belang itu.
Aku tidak mau Reina jadi seperti ku, yang hilang masa depan nya hanya karena uang saja. Masih banyak kerjaan lain yang akan Reina dapatkan, meski bukan di tempat ini.
Terlihat Reina sedang ditarik-tarik tangan nya, sangat kasar sekali sehingga dia meraung ke sakitan. Akan tetapi Mamy tidak memperdulikan nya, dia malah semakin kasar memperlakukan Reina meski dia sudah sangat kesakitan.
"Sakit Mam, jangan seperti ini! Awww, sakit." Teriak Reina meringis kesakitan. Dia tetap menahan tubuhnya agar Mamy tidak dapat membawa nya untuk dijual ke para pria bejat di luaran sana.
Ku hampiri Mamy untuk menghentikan apa yang kini sedang dilakukannya kepada gadis malang itu, dan membiarkan dia membawa ku.
"Hentikan, Mam! Jangan paksa Reina seperti itu! Jangan biarkan dia melayani mereka tanpa dia mau! Aku tidak mau kau melakukan, apa yang telah kau lakukan kepada ku!" Sentak ku marah, dengan perbuatan Mamy kepada Reina yang memaksanya untuk melayani pria yang kini sedang menantikan nya.
"Apa maksud kamu, Nes? Kamu mau membela dia? Kamu pikir, dia ada di sini untuk aku jadikan anak angkat? Bukan. Dia Mamy bayar, untuk kerja seperti ini dan ini sudah tanggung jawab dia harus mau melayani mereka. Sama halnya dengan kamu." Wanita ini, astaga. Nada bicaranya sangat-sangat keras sekali. Mungkin akan terdengar sampai ke seluruh bangunan ini, saking kerasnya.
Lihat urat syaraf yang berada di lehernya, seakan mau keluar saja dengan sendirinya. Dalam hatiku berdoa, semoga urat syaraf itu putus saat dia sedang teriak-teriak begitu. Mungkin aku akan bahagia jika melihat dia terbujur kaku akibat suka marah-marah.
Ku hembuskan nafas panjang ku, untuk berbicara dan membuat wanita ini lebih tenang dulu.
Ku usap-usap punggungnya yang sedikit agak bungkuk itu, supaya dia mau mendengarkan aku bicara dan tidak marah-marah lagi. Aku pikir dia memang tidak sadar apa? melihat badannya yang kini tidak sempurna itu karena terlalu banyak dosa dengan banyak nya memakan uang dari hasil menjual orang. Melihat kondisi seperti itu, seharusnya dia sadar diri dong dan mau berhenti sebelum nyawanya diambil sama Tuhan. Tapi ya sudahlah, aku tidak mau memikirkan dia! Bodo amat mau dia seperti apa, yang pasti aku harus membebaskan Reina sekarang.
Tanpa aku berpikir panjang, aku langsung berbicara kepada Mamy tentang maksud yang kini aku sudah pendam.
"Gini, Mam. Aku mau berbicara sesuatu, tentang hal ini! Bagaimana kalau untuk saat ini, aku yang menggantikan dia? Biarkan dia berbaur dengan tempat ini dulu! Nanti kalau sudah terbiasa Reina pasti mau, Mam. Aku yakin itu." Bujuk ku dengan sangat hati-hati, supaya wanita ini mau mengerti dan mengikuti saranku.
Mungkin ini awal dari caraku untuk membebaskan Reina dari tempat ini. Sebaiknya akan ku biarkan Reina tinggal di sini untuk sementara waktu, sebelum aku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk nya.
Tidak mungkin aku membiarkan Reina keluar, tanpa membawa sepeser uang atau tempat tinggal. Ini kota J, kota yang sangat besar. Dia tidak akan bisa pergi sendiri tanpa ada seorangpun yang dia kenal. Jadi, aku harus mempunyai rencana untuk mencarikan dia tempat tinggal juga pekerjaan supaya Reina bisa menjalani kehidupan nya yang lebih baik.
Wanita yang kini sedang termenung seketika diam seakan mematung sembari terus menatap wajah Reina, yang terus berganti menatap Wajahku. Dia mondar-mandir di hadapan aku dan Reina, mungkin sedang memikirkan apa yang kini aku katakan dan dia olah di otaknya.
Kepalanya manggut-manggut seakan mengerti tentang apa yang aku bicarakan, dan tanpa pikir panjang dia menyetujui semua perkataan ku.
Dia mengizinkan aku untuk menggantikan Reina kali ini, menemui wanita yang kini sedang menunggu Reina di tempat yang kini sudah ditentukan.
Wanita itu bergegas pergi keluar dan membiarkan kami hanya berdua di kamar. Aku mendekat untuk bicara dengan Reina supaya dia juga merasa tenang sebelum aku tinggalkan dia sendiri. Memberi tahu Reina apa yang harus dia lakukan selama aku pergi, agar dia bisa menjaga diri baik-baik. Aku khawatir jika nanti aku sedang tidak ada, wanita yang pincang itu membawanya kepada pelanggan lain.
Mengapa aku mempunyai kecurigaan seperti itu kepada dia, sebab itu pernah terjadi sebelumnya kepada gadis yang gagal aku tolong tempo hari. Gadis yang usianya masih sangat muda bahkan lebih kecil dari Reina.
Dia memang mengizinkan untuk aku gantikan nya, akan tetapi setelah aku pergi Mamy ternyata memaksa dia untuk melayani pria yang datang ke tempat itu. Lalu gadis itu kini malah menjadi seperti ku.
Aku tidak mau semua itu terulang kembali, membuat gadis ini terjerumus sama saja aku membuat Aneska baru lagi. Setelah aku meyakinkan Reina bisa melakukan apa yang aku pinta, aku segera keluar menuju Mamy yang kini sedang menunggu ku di luar. Seperti biasa menyaksikan aku pergi bersama bodyguard nya ke tempat yang kini sudah ditentukan.
Tiba-tiba Reina menggengam tangan ku, dengan mimik wajah yang sangat memelas seakan ada sesuatu yang dia katakan terhadap ku.
"Ada apa?" Seruku sambil menghampiri kembali Reina.
"Aku lapar kak. Seharian aku belum makan apa-apa, karena aku tidak nafsu makan." Lirih Reina sambil memegang perutnya dengan wajah meringis.
"Ya, ampun. Tunggu saja di sini! Akan ku pesankan makanan untuk mu, nanti akan ada kurir yang mengantar nya untukmu. Kau tunggu saja, dan ikuti apa yang tadi aku bilang!" Aku memintanya untuk menunggu, dan mengingat apa yang tadi aku katakan.
Setelah aku meyakinkan bahwa Reina sudah terpenuhi, aku gegas pergi keluar tanpa kembali menoleh kearah kamar yang kini terdapat Reina.
Di luar sudah ada Mamy menunggu ku, dengan sebuah mobil mewah yang akan membawa ku. Pikiranku sangat kacau sekarang, tapi aku harus bisa melakukan tanggung jawab yang sudah aku janjikan.
Aku pikir yang membawa ku bodyguard si Mamy, ternyata dia orang yang katanya membooking Reina sehingga aku terkaget sekali.
Mamy mendekat padaku, berbisik di telinga ku menyampaikan apa yang ingin dia katakan. Mamy berkata bahwa aku harus melakukan sesuatu setelah nanti aku selesai bersamanya.
Ku hampiri mobil itu, sesudah menemui Mamy barusan supaya cepat selesai dan aku bisa kembali pulang ke tempat ini. Setelah ku masuk kedalam mobil, aku sedikit aneh ketika menatap wajah yang sudah duduk di dalam mobil ini sebab aku tidak menyangka pria yang membooking Reina dia adalah pria yang telah aku kenal.