Kepala Sekolah memberikan sambutan kepada seluruh siswa di dalam aula. Semuanya menyambut gembira perayaan kedatangan siswa baru disana. Setiap tahun calon werewolf akan belajar ilmu mengenai kaumnya disana selama empat tahun. Setelah itu mereka bisa terjun ke masyarakat dan membaur bersama kehidupan manusia biasa. Sangat penting untuk belajar ilmu mengenai werewolf agar tidak mengganggu interaksi dengan manusia biasa.
Kepala Sekolah tampaknya merupakan seorang laki-laki yang cukup ramah dan humoris. Selama penyambutan, beliau banyak menyampaikan sesuatu yang menghibur para siswa baru supaya tidak tegang dan takut menjelang tahun ajaran baru. Kepala Sekolah juga tidak lupa memperkenalkan seluruh guru yang mengajar disana. Dari fisik yang terlihat, para guru memang kaum werewolf sejati. Kulit mereka berwarna coklat, kecuali Guru Sejarah yang memang seorang vampir. Penjelasan yang diberikan Bianca nampaknya menarik perhatian Sophia.
Sejak awal pembukaan acara, Sophia sudah dibuat kagum dengan perubahan fisik para guru menjadi serigala besar di hadapan siswa. Mereka sengaja berubah untuk membiasakan siswa melihat perubahan mereka kelak setelah berusia 17 tahun. Sophia sudah tidak sabar menunggunya.
"Aku berharap bisa berubah menjadi serigala coklat yang besar dan mengagumkan," ujar Bianca dengan pandangan berseri-seri. Dia menyukai fisik beberapa guru disana yang menampakkan kebesaran raga ketika berubah menjadi serigala. Para Guru memang memiliki perubahan yang mengagumkan.
"Kalau kamu menjadi serigala, pastilah serigala yang luar biasa keren," balas Sophia yang membuat gembira Bianca. Kedua sahabat itu saling melempar pujian dengan tulus.
"Kira-kira diantara seluruh siswa yang belajar disini, adakah kemungkinan tidak bisa berubah menjadi serigala?" lanjut Sophia penasaran.
Bianca terdiam sejenak sambil mengerucutkan bibirnya. Sepertinya gadis itu sedang berpikir keras. Dia pun menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya tidak ada, karena yang bersekolah disini memang hanya siswa terpilih yang jelas-jelas kaum werewolf. Tidak peduli mereka werewolf murni atau campuran tetapi yang diundang pastilah yang bisa berubah bentuk," jelas Bianca yang membuat Sophia menjadi lega. Gadis itu memang takut seandainya dirinya tidak bisa berubah wujud apalagi kulitnya memang berbeda dengan kaum werewolf pada umumnya.
"Aku berharap bisa berubah menjadi serigala putih yang kuat," ujar Sophia penuh harapan. Gadis itu menatap ke arah Kepala Sekolah yang sedang berada di dalam wujud serigala putih dengan ekor berbulu hitam. Sosoknya terlihat kuat dan tangguh. Sophia sangat menyukainya.
Seluruh serigala yang merupakan jelmaan para guru berkeliling untuk mengenal para siswa dari jarak dekat. Siswa pun diperbolehkan menyentuh bulu mereka dan menumbuhkan keberanian menghadapi serigala. Seorang siswa werewolf tidak boleh takut pada apapun.
Serigala putih mendatangi Sophia dan Bianca. Dia menatap ke arah kedua gadis secara lekat. Sophia bisa merasakan sebuah hawa panas yang menjalar di tubuhnya ketika mereka berinteraksi.
"Selamat datang," sapa Kepala Sekolah kepada mereka.
"Terima kasih, Pak Kepala Sekolah!" sahut Sophia yang membuat Bianca menatap heran ke arahnya.
"Siapa namamu?" tanya serigala.
"Namaku Sophia dan dia adalah Bianca. Kami bersahabat," balas Sophia.
Serigala menatap ke arah Sophia dan Bianca secara bergantian. Bianca mengelus bulu di leher serigala yang terlihat halus.
"Darimana asalmu?" tanya serigala.
"Aku berasal dari suku Barat. Margaku adalah Adam, namaku Sophia Adam," ungkap Sophia dengan bangga. Dia memang mengagumi keluarganya yang terkenal sebagai salah satu keturunan hebat disana.
"Adam, kalian merupakan keturunan Peter Adam yang tersohor disana. Selamat datang di Werewolf Academy. Jadilah siswa yang pandai dan membanggakan leluhurmu Peter Adam," kata serigala sebelum berbalik meninggalkan mereka. Sophia begitu senang mendapat sambutan yang cukup akrab dari kepala sekolah.
"Dia serigala yang baik. Aku tidak menyangka kalau mereka mengenal kakekku," sahut Sophia pada Bianca yang sedang terpana mengagumi beberapa serigala yang menghampiri siswa lainnya.
"Apa? Bagaimana bisa mereka mengenal kakekmu? Apakah kamu bisa mendengar apa yang mereka katakan dalam wujud serigala?" tanya Bianca heran. Sophia menatap lekat Bianca.
"Apakah kamu tidak bisa mendengar mereka?" tanya Sophia.
"Aku memang tidak bisa mendengar mereka. Hanya siswa berusia 17 tahun yang bisa berkomunikasi dengan werewolf yang sedang berubah wujud," ungkap Bianca.
"Astaga, lagi-lagi aku bertingkah aneh," tanggap Sophia sedih. Dia tidak menyangka semakin banyak hal-hal yang berbeda dari dirinya dibandingkan rekan-rekan sebayanya.
"Sudahlah, jangan bersedih. Kelak kita akan mencari tahu alasan di baliknya," janji Bianca untuk menghibur Sophia supaya tidak muram. Gadis itu mengetahui cara bersikap di hadapan Sophia.
"Apakah kamu tahu bahwa orang tuaku merupakan seorang tetua dari suku selatan yang begitu dihormati," kata Helen untuk membanggakan dirinya. Beberapa siswa perempuan memang berkumpul di sekelilingnya untuk mengagumi kecantikan dan darah bangsawan yang mengalir di tubuhnya.
"Seandainya aku adalah laki-laki, mungkin aku akan langsung terpesona pada kecantikan Helen," ungkap Sophia yang membuat Bianca tertawa.
"Jangan berpikir yang aneh. Dia memang cantik tetapi aku tidak menyukai karakternya. Apakah kamu bisa mendengar apa yang mereka bicarakan?" tanya Bianca. Dia penasaran karena banyaknya gadis yang berkumpul di sekitar Helen.
"Oh, mereka mengagumi kecantikan Helen yang merupakan putri seorang tetua di selatan. Helen mengatakan kedua orang tuanya sangat bangga melihat putri mereka bersekolah di werewolf academy. Selain itu mereka hanya membahas tips kecantikan ala Helen, apakah kamu mau mendengarnya?" tawar Sophia.
"TIDAK. Aku tidak mau membuang energi dan pikiranku untuk membahas sesuatu yang tidak penting seperti itu. Bukankah lebih baik membicarakan sesuatu yang menarik seputar sekolah," tanggap Bianca yang membuat Sophia ikut tertawa dengan ekspresi wajahnya.
"Jangan terbiasa mendengarkan pembicaraan orang lain dan menyebarkannya," bisik guru sejarah yang terdengar oleh Sophia. Gadis itu langsung menoleh ke arah guru sejarah yang sedang melihat ke arahnya. Sophia merasa heran darimana guru mengetahui percakapannya.
"Jangan lakukan hal itu! kita memiliki kode etik untuk merahasiakan beberapa hal yang kita dengar, Sophia," lanjut guru sejarah.
Sophia menelan ludahnya sembari menggerakkan bibirnya. Dia sedang mencoba berkomunikasi dengan sang guru.
"Maafkan saya, Pak. Saya tidak tahu kalau tidak semua orang bisa mendengar pembicaraan orang lain," bisik Sophia kepada guru sejarah. Sang Guru tersenyum manis kepadanya dari jarak yang cukup jauh.
"Kemampuan tersebut tidak dimiliki semua orang, Sophia. Kamu adalah gadis istimewa," balas sang guru. Sophia merasa senang dan sebuah senyuman terkembang di wajahnya.
"Terima kasih, pak guru," sahut Sophia lirih.
Acara penyambutan kembali dilakukan dengan pembagian kamar di asrama. Seluruh siswa baru mendengarkan penjelasan dari guru dengan penuh konsentrasi. Hanya ada dua macam kelompok disana. Mereka membagi berdasarkan aroma serigala pengendus. Karakter werewolf dapat diketahui dari aroma darah mereka. Darah yang aromanya manis menggambarkan pemilik yang berwatak lembut dan penuh perhatian. Sedangkan darah yang beraroma segar mengambarkan sosok yang pemberani dan penuh semangat. Serigala pengendus mendatangi satu persatu siswa baru dan mengelompokkan mereka berdasarkan aroma darahnya.
Bianca senang karena dirinya tergolong serigala berdarah manis dan berada di asrama SWEET BLOOD. Wajahnya langsung tersenyum kegirangan. Beruntung dirinyatidak berada di dalam asrama yang sama dengan Helen di FRESH BLOOD. Helen memang gadis yang penuh semangat.
Serigala pembau mendatangi Sophia dan mulai mengendus aroma darahnya. Butuh waktu yang cukup lama bagi serigala untuk menentukan tempat yang tepat bagi Sophia.
"Aroma darah yang berbeda," kata serigala pembau kepada Kepala Sekolah.
Sophia yang mendengarkan pembicaraan mereka langsung terdiam. Dia takut seandainya dirinya tidak mendapatkan asrama karena perbedaan darahnya.
"Apa kamu yakin?" balas kepala sekolah sambil melihat kearah serigala pembau yang berada di samping Sophia.
"Tentu saja," sahut serigala pembau yang menatap lekat ke arah Sophia. Gadis itu nampak ketakutan setelah mengetahui pembicaraan serigala dan Kepala sekolah. Dimanakah Sophia akan ditempatkan?