Chereads / REBUTAN CINTA / Chapter 15 - AKU SUKA KAMU 2

Chapter 15 - AKU SUKA KAMU 2

Bukan bermaksud merasa cantik, tapi kenapa aku merasa Pak Cakra juga menyukaiku, ya? Pasti dia akan merasakan patah hati yang sama dengan Kakak Afkar Maulana sebab cintanya bertepuk sebelah tangan. Maaf tapi hati aku sudah menjadi milik Mas Hari Abimanyu seorang tiada yang lainnya.

Setelah makan siang dengan Mas Hari Abimanyu dan Mbak Syakila aku semakin yakin orang yang paling aku cinta hanya dia dan keputusan untuk menolak cinta Kakak Afkar Maulana sudah tepat.

"Kak Afkar aku jawab sekarang atau nanti saja ketika di rumah?" tanyaku pelan-pelan dengan volume suara kecil agar tidak ada yang mendengarkan tapi ternyata Nirwana pasang telinga.

"Kak Afkar nembak kamu Aryna? Kamu jadi perempuan jangan genit kenapa? Bukannya kamu lagi dekat dengan Hari Abimanyu itu!" hardik Nirwana.

"Dia pacar aku," jawabku spontan secara langsung aku sudah membuat Kak Afkar Maulana patah hati terlihat matanya berkaca-kaca seolah dia tidak percaya jika diriku sudah jadi milik orang lain.

"Benarkah itu?" tanya Nirwana memastikan.

"Iya, benar. Buat apa aku berbohong Nirwana? Mas Hari Abimanyu memang benar pacarku," jawabku memperjelas pernyataanku sebelumnya.

"Maaf Mas Afkar aku tidak bermaksud menyakiti hati kamu, tapi jujur lebih baik kan?" gumamku dalam hati. Sebetulnya tidak tega melihat mata Kak Afkar memerah seperti menahan sakit hati hanya saja dia diam tanpa suara.

"Kak Afkar aku boleh minta nomor whatsapp kamu tidak?" tanya Nirwana genit kepada Kak Afkar Maulana laki-laki yang tampan duduk tepat di depan aku.

"Boleh dong, sini ponsel kamu biar aku ketik," sahut Kak Afkar yang meminta ponsel Nirwana. Biasanya dia pendiam dan sangat cuek pada perempuan mendadak dia bersikap manis ke Nirwana ada apa?

"Ini Kak Afkar," jawab Nirwana seraya menyodorkan ponselnya.

Beberapa detik kemudian

"Nomor aku sudah aku save ya, aku beri nama Kak Afkar, kalau ada waktu chat biar kita saling kenal, ok cantik!" ucap Afkar sambil mengedipkan mata kanannya ke Nirwana, gadis itu pun terlihat sangat gembira sampai loncat.

"Makasih Kak Afkar, pasti nanti aku chat kok," timpal Nirwana dengan wajah yang berseri-seri.

"Baru beberapa jam yang lalu dia bilang suka ke aku sekarang sudah genit dengan wanita lain di depan mataku, aneh!" pekikku dalam hati.

Sebenarnya terserah Kakak Afkar Maulana saja, aku tidak cemburu. Namun aku merasa kurang pantas saja bersikap manis-manis terhadap perempuan lain ketika baru saja merasakan sakit hati. Kasian Nirwana jika hanya dijadikan pelampiasan rasa kecewanya.

"Nirwana sebaiknya kamu jangan berharap berlebihan dengan Kak Afkar ya?" ujarku.

Niat baik memang terkadang tidak diterima dengan baik ya? Alih-alih berterima kasih sebab sudah diingatkan, dia malah marah dan menuduhku sembarangan.

"Kenapa bicara seperti itu? Maksud kamu apa? Cemburu, tidak suka jika aku dan Kak Afkar dekat. Ingat dia itu punyaku!" pekik Nirwana membuat aku malu.

"Kecilkan suara kamu nanti semua orang jadi dengar," kataku berusaha mengingatkan Nirwana dia malah semakin marah.

"Aku tidak peduli! Biar saja semua orang tahu jika aku suka Kak Afkar Maulana!" teriaknya.

"Aku juga suka kamu kok," timpal Kak Afkar membuat aku sangat terkejut.

"Astaghfirullah Kak Afkar Maulana kenapa sikapnya begitu buruk? Dia apa lupa baru menyatakan cinta kepadaku sekarang sudah menerima perasaan Nirwana. Apa betul Kak Afkar suka Nirwana?" tanyaku dalam hati.

"Benarkah itu? Jika benar kita hari ini jadian kan?" tanya Nirwana gadis yang sama sekali tidak malu.

"Iya, benar sekali aku suka kamu Nirwana dan mulai hari ini kamu pacarku," ungkap Kak Afkar Maulana.

Menyukai orang kemudian dengan mudah melupakannya itu namanya bukan cinta tapi hanya perasaan sesaat yang datang dan pergi tanpa permisi seperti angin.

Baiklah Afkar Maulana terserah kamu mau suka atau pacaran dengan siapapun, Aku Aryna Zakia Rahma juga tidak peduli dan artinya tidak perlu bagiku untuk menjawab pertanyaan dari kamu meskipun hanya lewat chat.

Setelah bel berbunyi aku lanjut fokus bekerja, tidak mau repot mengurus percintaan Afkar, Nirwana, semua itu tidak penting. Terpenting hanya ada Mas Hari Abimanyu dalam hati aku.

Ponselku bergetar ada pesan dari Mas Hari Abimanyu, hanya dia yang selalu rajin kirim pesan setiap saat tanpa melihat waktu dan tempat. Seperti biasa jika aku mau mainan ponsel maka harus ke toilet terlebih dulu biar aman tidak ketahuan pengawas galak.

Di toilet

[Iya, sayangku kita nanti makan malam bersama. Mas Hari Abimanyu mau ajak aku makan di mana?] Balasku.

Isi pesan Mas Hari Abimanyu mengajak makan malam bersama setelah pulang kerja nanti, dia dan aku kini enak jadi tetangga bisa bertemu kapan pun yang kami mau. Namun aku membatasi diri bertemu pacar tidak boleh berduaan apalagi sampai larut malam.

Beberapa detik kemudian

[Makan nasi goreng lagi, ya. Aku suka nasi goreng si bapak itu, di mana tempat pertama kali kita jadi pacar.] Balas Mas Hari Abimanyu.

Nasi goreng makanan sederhana enak dan membuat perut kenyang. Satu porsi harganya cukup murah hanya Rp 15.000. akan tetap setiap harga makanan tidak akan sama ya, di setiap daerah. Jika di sini Jakarta harganya segitu.

[Ok! Semangat kerja ya, sisa beberapa jam lagi. I love you.] Balasku.

Aku tidak pernah bosan mengatakan tiga kata itu tapi lebih sering hanya lewat chat sedangkan secara langsung pakai mulut aku malu.

[I love you too, sampai bertemu nanti sayangku yang paling cantik.] Balas Mas Hari Abimanyu.

Begini rasanya punya pacar selalu berbunga-bunga di hati. Syukurlah tidak tumbuh bunga sungguhan di dalam hati aku, misal bisa tumbuh sungguhan mungkin hatiku sudah jadi taman bunga.

Baru sampai Nirwana marah, perasaan baru ditinggal lima menit.

"Kamu kalau pergi buang air kecil jangan lama-lama!" hardik Nirwana.

"Iya," jawabku singkat padat dan jelas.

"Iya, iya, iya begitu saja terus!" gerutu Nirwana.

"Iya, maaf tapi perasan baru lima menit," jawabku sambil melihat jam di tangan kiriku.

Dia bisa mengomel terhadap orang lain tapi lupa bercermin padahal dia jika pergi ke toilet lebih dari sepuluh menit dan aku hanya dia tidak protes.

"Kalau ditegur jawab terus! Kerja!" Nirwana berlagak seperti yang punya perusahaan, dia seenaknya menyuruhku padahal tanpa disuruh pasti akan kerja sebab memang ini pekerjaanku.

"Iya, bawel," timpalku.

Pak Cakra mendekati aku dan Nirwana tiba-tiba menyapa ramah.

"Aryna pakai sarung tangan, saya lihat kamu tangannya merah," ungkapnya membuat aku sedikit canggung.

"Untuk saya?" tanyaku heran.

"Iya untuk kamu, ambillah!" katanya senyum.

"Makasih banyak Pak," sahutku sambil menerima pemberian dari beliau.

Aku berpikir seharusnya aku tidak mau menerima pemberian sapu tangan dari Pak Cakra tapi jika tadi menolak di depan semua orang, kasian beliau nanti menjadi malu dan menjadi gosip satu perusahaan.

"Sama-sama, pakailah!" Pak Cakra menyuruhku memakai sarung tangan berwarna ungu pemberian dari dia. Meskipun hati menolak tapi aku tidak tega mempermalukan Pak Cakra sehingga aku pakai saja di hadapan dia.