Chapter 24 - Tergoda

Keesokan Paginya.

Justin kembali ke hotel itu karena dompetnya ketinggalan. Semalam ia tergesa-gesa sehingga ia tidak tahu kalau dompetnya jatuh kebawah kolong ranjang.

Tepat saat itu terdengar suara pintu yang di ketuk. Seketika itu Justin menoleh kearah pintu dengan heran.

"Salamat pagi ... " Valen tersenyum manis ketika melihat Justin membuka pintu.

Valen menarik nafas dalam karena orang yang dia cari masih ada di kamarnya.

Justin mengerutkan alisnya. " Kenapa kamu kemari? Dan bagaimana kamu bisa tahu kalau aku ada di kamar?"

"Memangnya kamu sudah kemana? "Tanya Valen tanpa menjawab pertanyaan Justin.

"Pulang ... " Jawab Justin dengan singkat.

Valen tersenyum. "Syukurlah kamu kembali lagi. Sekarang apa aku boleh masuk? Aku haus dan ingin minum ... "

Justin memperhatikan Valen yang sedang menenteng kotak makanan. Seketika itu ia bisa menebak apa yang akan Valen lalukan dengan makanan itu.

'Semoga saja dia mau mengizinkan aku masuk!' Batin Valen dengan penuh harap.

Setelah lama berfikir, Justin mengangguk lalu mempersilahkan Valen masuk, dengan senang hati Valen masuk dan duduk di sofa. Entah kenapa Justin tidak bisa menolak permintaan Valen.

Sesaat kemudian.

Valen dan Justin duduk dengan tenang di sofa.

"Mmm ... Apakah aku mengganggumu? " Tanya Valen ketika ia merasa tidak nyaman dengan sikap diam Justin.

Justin langsung menggeleng. "Tidak, hanya saja aku sudah keluar dari hotel ini semalam! Jadi, aku tidak boleh lama-lama disini!"

Mendengar jawaban Justin, Valen langsung cemberut karena itu bukan jawaban yang diinginkannya.

Justin melirik Valen yang menunduk dengan cemberut. "Kapan kamu akan pulang ke rumahmu? "

"Nanti sore. Karena Ayahku sudah menelpon ku. Tapi, aku malas kembali ke rumah Ayah." Jawab Valen sembari menunduk.

Justin duduk di sebarang Valen, matanya yang sayu dan wajahnya yang tampan tampak aneh. "Kenapa?"

Valen menatap mata Justin dengan senyum menghias wajahnya. "Karena aku merasa kesepian dan di kekang."

Justin terdiam. Ia tidak suka ikut campur dengan urusan orang lain. Oleh karena itu ia tidak ingin bertanya lebih banyak tentang kehidupan Valen.

"Sebelum aku pulang. Aku hanya ingin mengatakan dua hal!" Kata Valen dengan pelan.

"Apa itu?"

Valen menarik nafas dalam. Setelah itu ia menatap tajam kearah Justin." Terimakasih sudah banyak menolongku! Sepertinya aku jatuh cinta padamu!"

Ukkhuk ... Ukhukkk ... Ukhukk ...

Tepat saat itu, Justin terbatuk beberapa kali karena tenggorokan nya terasa gatal mendengar pengakuan Valen yang begitu polos.

Seketika itu Valen panik dan dengan segera dia mengambil minum lalu memberikanya pada Justin.

Tanpa sengaja Valen menggenggam tangan Justin, seketika itu Justin terkejut lagi hingga gelas yang di pegangnya jatuh ke lantai.

"Ahhh ... Justin ... Kamu kenapa jadi gemetar begini? Gelasnya pecah ... " Valen kaget melihat pecahan gelas yang berserakan di lantai.

Justin menatap tajam ke arah Valen sembari menelan ludah berkali-kali.

'Kenapa aku merasa keringat dingin begini, aku sudah biasa melihat gadis cantik dan seksi selama ratusan tahun, tapi kenapa melihat gadis yang di depanku ini, aku malah menjadi grogi dan gemetar?'Batin Justin.

Valen merasa aneh saat melihat ekspresi Justin yang ketakutan. Karena tidak fokus, tangan Valen terluka oleh pecahan gelas yang dia pungutnya di lantai.

"Ahhh ... " Valen merintih ketika menyadari tangannya terkena beling, seketika darahnya mengalir dari ujung jarinya.

Melihat Valen terluka, Justin menjadi panik, ia pun segera mengambil telunjuk Valen dan memasukkanya ke dalam mulutnya.

Seketika Valen kaget saat melihat apa yang di lakukan Justin, jantungnya pun berdetak lebih kencang.

Setelah menghisap darah di telunjuk Valen, mata Justin dan Valen langsung beradu sehingga Justin terdiam mematung, karena dia benar-benar tergoda dengan bibir cantik Valen. Ia lupa kalau darah yang baru saja ia hisap adalah darah manusia bukan hewan.

Tanpa sadar wajahnya mendekat ke wajah Valen, namun Justin segera berhenti ketika sudah sangat dekat dengan wajah Valen.

Menyadari Justin tidak meneruskan niatnya, Valen langsung mengambil inisiatif dengan menarik wajah Justin menggunakan kedua tangannya.

Setelah itu dia mencium bibir mungil Justin yang menurut Valen itu adalah bibir yang paling seksi yang pernah dia lihat.

Justin mengedip-ngedipkan matanya, beberapa saat kemudian dia menikmati ciuman lembut Valen sehingga ia pun memeluk pinggang Valen dan membalas ciumannya.

Tanpa sadar tubuh mereka berdua sudah rebah di atas tempat tidur dalam keadaan masih berciuman.

Beberapa saat kemudian Valen melepas ciuman Justin karena dia merasa kehilangan nafas.

Tepat saat itu, Valen menatap wajah tampan Justin dan dada bidangnya yang lebar serta tubuhnya yang kekar.

"Maaf karena sepertinya aku jatuh cinta padamu, dan aku tidak perduli jika kamu menganggapku perempuan murahan hanya karena mengungkap perasaanku duluan padamu ... Kamu adalah cinta pertamaku ... "Kata Valen sambil tersenyum malu karena ini merupakan kedua kalinya ia mengucapkan nya.

Mendengar pengakuan Valen yang sangat polos untuk kedua kalinya, ekspresi Justin menjadi aneh.