Oleh karena itu, Pangeran Justin ingin menciptakan keajaibannya sendiri dengan mengubah Gabriel tanpa berpikir lebih panjang lagi.
Malam itu, Gabriel membuka matanya perlahan setelah tertidur selama tiga hari.
Keesokan paginya, Gabriel menoleh kearah kanan dan menemukan wajah lelaki yang dia cintai.
"Selamat datang di duniaku sayang!" Kata Pangeran Justin sambil tersenyum.
Gabriel tidak merespon perkataan Pangeran Justin, ia malah kaget saat mendapati tubuhnya tengah terbaring lemah di atas tempat tidur besar dan mewah itu.
Setelah itu, Gabriel mencoba bangkit dengan sisa tenaga yang dimilikinya.
"Apa yang kamu lakukan padaku? Kenapa tubuhku sangat lemah?" tanya Gabriel sembari menatap tajam kearah Pangeran Justin.
Pangeran Justin terdiam. Ia tiba-tiba ragu untuk mengatakannya.
Gabriel pun turun dari ranjang lalu mencoba melangkahkan kakinya secara perlahan.
Namun, ia berhenti saat ia menemukan bayangan wajahnya di cermin. Seketika Gabriel menatap cermin itu karena ia merasa ada yang aneh dalam dirinya.
Betapa terkejutnya ia saat melihat pantulan wajahnya didalam cermin.
Wajah pucatnya terlukis samar didalam cermin.
Gabriel pun bisa menebak kalau Pangeran Justin sudah membenarkan apa yang pernah ia katakan padanya. Yaitu, merubahnya menjadi Vampir.
Gabriel semakin yakin setelah ia melihat bekas luka masih tampak jelas dilehernya.
"Luka itu akan hilang empat hari lagi .... " Kata Pangeran Justin ketika melihat Gabriel memegang lukanya.
Setelah itu, Pangeran Justin mendekat ke tempat Gabriel berdiri.
"Kenapa kamu melakukannya? Bukankah aku tidak setuju?" Tanya Gabriel sembari menatap Pangeran Justin dengan tajam.
Pangeran Justin kembali terdiam.
"Kenapa kamu melakukannya? " Teriak Gabriel dengan kencang sembari memukul dada pangeran Justin secara bertubi-tubi untuk melampiaskan kekesalan hatinya.
Pangeran Justin masih diam seperti patung karena dia sudah menduga kalau Gabriel akan marah padanya.
"Kenapa kamu tidak pernah menerima perbedaan kita?"tanya Gabriel lagi yang mulai meredakan pukulannya lantas berhenti sama sekali. Digantikan tangis yang mulai merebak diwajahnya.
"Aku adalah Pangeran dari kerajaan Vampir yang paling di segani. Dan bagi Klan vampir hidup itu cuma sekali, mencintai juga sekali. Memiliki atau mati dan kami tidak boleh hidup berpasangan dengan manusia. Itu adalah prinsip kami dan " Kata pangeran Justin dengan tegas. Sifat kebangsawanannya tampak dari gaya bicaranya yang elegan saat mengucapkan prinsip hidup bangsa vampir.
"Tapi aku tidak pernah menyetujui rencana mu ... Aku tidak ingin menjadi pembunuh seperti bangsamu ... "
"Kami hanya minum darah hewan ternak. Meski kami sangat ingin minum darah manusia, tapi kami sekuat tenaga tidak melakukannya. Memang ada sebagian dari bangsa kami yang berburu darah manusia, tapi tidak denganku ... Selain itu, kami diawasi oleh pemburu Vampir. Jika kami membantai manusia maka mereka akan membunuh kami ... " Kata Pangeran Justin.
Gabriel tersenyum pahit.
"Jadi ada etika di dunia mu yang mulia pangeran Justin?"sindir Gabriel dengan sinis
"Dunia kita bukan dunia ku ... " Kata pangeran Justin.
"Tapi aku tidak mau menjadi bagian dari bangsa mu. Aku ingin menjadi manusia kembali. Aku ingin pulang ... " Setelah mengatakan itu, Gabriel hendak meninggalkan kamar pangeran Justin tapi dicegah.
"Kamu tidak bisa pergi meninggalkan aku .... "seru pangeran Justin dengan cepat, membuat Gabriel mengurungkan niatnya.
"Aku ingin pergi dari tempat ini?" Kata Gabriel dengan sinis
"Tapi sinar matahari akan membakar tubuhmu hingga menjadi abu jika kamu keluar pagi ini ... " Jawab Pangeran Justin.
"Benarkah? Bukankah kamu selalu bepergian di siang hari ... ?"timpal Gabriel dengan bingung.
"Aku memiliki kekuatan yang tahan dengan sinar matahari. Aku juga bisa menyembunyikan identitas ku dengan mudah sehingga aku terlihat seperti manusia pada umumnya. " Tutur Pangeran Justin.
"Bukankah kamu yang menggigitku, itu artinya aku bisa menjadi sepertimu. Bukan begitu?" tanya Gabriel dengan heran.
"Kamu akan menjadi sepertimu setelah menikah denganku dan kamu akan menjadi vampir seutuhnya ... "
"Oh ... Duniamu benar-benar membingungkan .... "Gabriel menyunggingkan senyum kecutnya setelah mendengar jawaban pangeran Justin.
Setelah mengatakan itu, Gabriel berlari kearah meja kecil yang berada di dekat jendela. Ia lalu mengambil pisau yang tajam dari atas buah-buahan itu.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Pangeran Justin dengan cemas.
"Yang mulia pangeran Justin, terimakasih karena kamu sudah memberikan aku kebahagiaan. Aku juga sangat mencintai mu. Tapi, aku tidak bisa mengkhianati bangsaku sendiri dengan menjadi vampir yang terkenal sebagai penghisap darah. Aku pun sudah tahu kalau orang tuaku mati di bunuh oleh Vampir. Oleh karena itu, untuk menghormati lelaki yang aku cintai dan orang tua serta bangsaku yang juga aku cintai, maka aku lebih baik memilih mati!" Ucap Gabriel dengan berlinang air mata.
Setelah mengatakan itu, Gabriel menusuk lehernya.
"Tidak ... " Teriak Pangeran Justin. Setelah itu ia berlari cepat menopang tubuh Gabriel yang hampir menyentuh lantai.
"Gabriel ... Kenapa kamu harus melakukan ini? Aku tidak sanggup kehilangan kamu ... Tolong bertahanlah!" Kata Pangeran Justin sambil menatap Gabriel yang tersenyum padanya.
Darah keluar begitu banyak dari leher Gabriel yang masih setengah manusia itu. Oleh karena itu ia tidak bertahan lama lalu mati di pelukan Pangeran Justin.
Back.
Tanpa sadar, air mata Pangeran Justin menetes kembali di pipinya mengingat Gabriel. Sudah dua ratus tahun tapi ia kembali teringat hanya karena melihat foto Valen.
Setelah itu, Pangeran Justin membuat panggilan kepada Mike.
"Halo bos?" Terdengar suara Mike dari seberang telpon.
"Jangan menyelidiki anak Tuan Stevan. Karena aku yang akan melakukannya sendiri!" Kata Justin.
"Oke bos."
Setelah mengakhiri panggilan, Justin pun segera berangkat menuju kampus yang disebutkan oleh Mike.
Itu sudah jam delapan pagi, Valen berangkat ke kampus bersama Chloe dan Hanna.
"Nona, apa yang anda pikirkan?" Tanya Chloe dengan heran saat melihat nona yang dia layani itu hanya terdiam sambil melihat keluar jendela. Hanna yang sampingnya hanya sibuk dengan ponsel sehingga ia tidak menyadari sikap aneh Valen.
"Aku sedang berfikir ... " Jawab Valen dengan tidak bersemangat.
"Apa itu?" Chloe mulai penasaran begitu pun juga dengan Hanna.
"Aku sedang berfikir tentang siapa ibuku." Jawab Valen lagi.