Chapter 27 - Berubah

Justin masih terdiam. Ia tidak tahu apa yang di pikirkan oleh Tuan Stevan, namun ia masih bisa merasakan aura jahat dari dalam diri Tuan Stevan.

Tanpa mengatakan apapun, Justin berdiri.

"Anda mau kemana? Bukankah pembicaraan kita belum selesai?" Tanya Tuan Stevan dengan sinis.

"Aku akan mempelajarinya terlebih dahulu. Jika bagus, maka aku akan menandatangani nya!" Setelah mengatakan itu, Justin dan Mike segera keluar dari ruangan membawa surat perjanjian kontrak itu.

Sikap Justin membuat Tuan Stevan marah. Ia memukul meja sembari menggertakkan giginya. Seketika itu Ricard bergidik ngeri.

"Anak muda itu sudah menganggap remeh siapa Stevan Collin. Lihat saja dia nanti!" Kata Tuan Stevan dengan marah.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? "Tanya Ricard dengan ragu.

"Aku akan memikirkan nya nanti. Sekarang, kamu cari tahu dimana Valen, apakah dia sudah kembali kuliah?"

"Saya akan mencaritahu!"

"Baiklah, ayo kita pergi sekarang!" Karena tidak ada urusan lagi, Tuan Stevan mengajak Ricard pergi. Ia juga sudah kehilangan mood untuk makan.

Ricard mengangguk dan mengikuti bosnya dengan patuh.

Malam Hari. 

Malam ini Valen pulang ke rumah dan menemukan Ayah nya sudah berada di ruang tamu dengan ekspresi yang gelap.

"Ayah ... " Mulut Valen bergetar karena ketakutan.

"Darimana kamu? Kata Ricard, kamu tidak kuliah selama dua hari ini." Tanya Tuan Stevan dengan suara yang berat.

"Aku ... " Valen menunduk. Padahal ia sudah memprediksi kalau ayahnya tidak akan pulang selama dua hari. Tapi, ternyata dia salah. 

"Valen jawab ... !" Tuan Stevan berteriak kepada Valen karena tidak sabar menunggu jawaban Valen.

"Aku pergi ke bukit Serigala ... " Jawab Valen dengan tegas.

Ekspresi tuan Stevan menjadi semakin buruk. Ia tidak menduga kalau Valen akan pergi ke Bukit serigala lagi.

"Kenapa kamu kesana? Kenapa kamu tidak patuh pada ayah? " Teriak Tuan Stevan.

"Karena aku penasaran .... Aku ingin tahu siapa aku? Aku ingat kalau mulutku berlumuran darah dan mataku berubah kecoklatan setiap kali aku marah. Aku hanya ingin tahun siapa yang membunuh Thomas. Karena aku pikir kalau akulah yang membunuhnya ... " Jawab Valen dengan lantang karena ia sudah tidak bisa menahan diri lagi.

Plak ... 

"Ahhh ... " Satu tamparan mendarat di pipi Valen sehingga ia langsung merintih kesakitan.

Chloe dan semua pelayan yang melihat adegan itu merasa kasihan pada Valen. Tapi mereka tidak ada yang berani maju untuk membantu Valen.

"Ayah sudah mengatakan padamu untuk melupakan kejadian itu! Thomas mati di makan binatang buas bukan kamu. Selain itu, kamu hanya manusia biasa jadi untuk apa kamu mencari tahu lagi?" Kata Tuan Stevan dengan perasaan bersalah. 

Valen menyeka air matanya dengan kasar. Setelah itu ia menatap tajam kearah Ayahnya. Seketika Tuan Stevan bergidik ngeri sekaligus khawatir Valen akan berubah dan dilihat oleh orang banyak.

"Sikap Ayah membuatku semakin yakin kalau aku bukan manusia biasa. Mungkin aku Vampir atau manusia serigala. Apa aku benar?" Ucap Valen sembari menggetarkan giginya.

Tuan Stevan terkejut, ia tidak berharap kalau Valen akan berani menatapnya seperti itu.

"Kamu manusia biasa sayang ... " Ucap Tuan Stevan dengan suara yang mulai merendah. 

"Aku akan mencaritahu sendiri! Oleh karena itu Ayah jangan mencoba menghalangiku!" Setelah mengatakan itu Valen segera berlari ke kamarnya. 

Tuan Stevan duduk di sofa dengan perasaan yang kacau. 

'Belle ... Maafkan aku! Aku hanya takut identitas Valen akan terungkap sehingga ia di buruk oleh Klan Vampir. Aku tidak mau kehilangan dia seperti kehilangan kamu!' Batin Tuan Stevan sembari meneteskan air mata karena sangat menyesal.

Beberapa Saat Kemudian. 

Di tengah malam yang sunyi, Valen tertidur dengan pulas di kamarnya.

Tepat saat itu ia mendengar suara lonceng berdenting keras dan angin semakin menggila. Valen pun terbangun, namun ia terkejut saat ia melihat lampu di rumahnya mati, seketika kamar itu diselimuti oleh kegelapan yang begitu pekat.

"Ayah ... " Valen berteriak memanggil Ayahnya dengan panik.

Namun, tidak ada yang mendengar suaranya.

"Valen ... "

Valen bergetar ketika ia mendengar suara seorang perempuan dari arah jendela.

"Siapa kamu?" Tanya Valen sembari mencari sumber suara.

Tidak lama kemudian, Valen melihat sosok perempuan cantik  muncul di hadapannya bersama cahaya kebiruan. Seketika Valen terkejut sekaligus penasaran dengan lelaki itu.

"Siapa kamu!" Tanya Valen dengan gemetar.

"Kamu akan tahu siapa aku jika kamu mau mengikuti ku! Selain itu, aku akan menunjukkan identitas mu yang selama ini disembunyikan oleh Ayah mu. Usiamu  sudah genap  dua puluh tahun. Oleh karena itu, kamu harus bersiap untuk segala kemungkinan buruk yang akan menghampiri mu!" Kata perempuan itu.

Untuk sesaat, Valen terdiam.

'Siapa perempuan  ini? Kenapa aku merasa sangat dekat dengannya? Tapi, siapapun dia, aku akan mengikuti nya karena aku ingin tahu identitas asliku!' Batin Valen.

Setelah membatin, Valen pun mengulurkan tangannya. Seketika ia menghilang dari kamar nya bersama perempuan itu.

"Kenapa kita ada disini? Tempat apa ini?" Tanya Valen dengan bingung saat melihat bangunan yang begitu tinggi dan megah di hadapannya.

"Ini adalah istana kakek dan nenek mu!  Dan malam ini adalah malam kematian mereka dan seluruh Pack." Jawab perempuan itu sembari menatap tajam kearah istana yang indah dan terlihat nyaman itu.

'Istana? Kakek nenek ku? Siapa yang dia maksud? Ayah tidak pernah mengatakan kalau aku memiliki kakek dan nenek yang tinggal di sebuah istana.'Batin Valen.

"Ayo masuk!" Kata perempuan itu  setelah lama terdiam.

"Tunggu! Di sana ada penjaga, bagaimana kita bisa masuk?" Tanya Valen dengan heran.

"Mereka tidak bisa melihat kita. Hanya kita yang bisa melihat mereka!"  Jawab perempuan itu sembari mengajak Valen berjalan.

Valen tetap mengikuti perempuan itu  walaupun ia masih belum mengerti.

Tidak lama setelah itu, Valen diajak berhenti di sebuah kamar yang bagus. Seperti kamar seorang tuan putri.

"Kenapa lelaki itu ada di kamar perempuan itu? Apakah dia suaminya atau ayahnya?" Tanya Valen ketika melihat seorang lelaki sedang membangunkan seorang perempuan yang sedang tertidur.

"Berhentilah bertanya! Kamu cukup menonton setiap adegan dengan fokus agar semua pertanyaan mu terjawab!" Jawab perempuan itu sambil tersenyum.