Setelah itu Belle menarik nafas lalu menatap suaminya.
"Aku tidak punya waktu banyak. Hanya ini yang bisa aku lakukan buat anak kita. Jika aku tetap berada di dekat kalian maka mereka akan tahu tentang anak kita karena dia lahir dengan keistimewaan. Tapi, aku janji akan kembali menemui kalian suatu hari nanti!" Kata Belle tanpa menjawab pertanyaan suaminya. Ia lalu menyerahkan anaknya pada Stevan tanpa sempat memberikan nya minum air susunya.
"Putriku adalah anak manusia. Tidak ada yang namanya kelahiran istimewa. Dan aku tidak akan meninggalkan kamu saat dalam bahaya seperti ini. Jadi, ayo kita lawan Vampir itu sama-sama!" Kata Stevan dengan percaya diri.
"Kamu tidak tahu apa yang sedang kita hadapi. Walaupun Raja Erick tidak pernah muncul dalam setahun ini tapi Klan Vampir tetap yang terkuat. Mereka pasti akan merebut anak kita untuk dijadikan santapan mereka!" Kata Belle.
"Aku tidak mau kehilangan kamu! Bagaimana aku bisa membesarkan anak kita tanpa kamu?" Teriak Stevan sambil memegang erat tangan Belle.
Stevan yang kuat dan di takuti oleh banyak orang itu menangis sejadi-jadinya.
Belle tidak sanggup mendengar suara tangis suaminya sehingga ia segera memalingkan wajah.
"Jika kamu ingin bertemu denganku lagi maka tolong jaga anak kita! Dan jangan biarkan dia mendekati bukit serigala! Ini sudah takdir kami sebagai manusia serigala. Namun, takdir anakku berbeda denganku. Oleh karena itu jauhkan dia dari hal-hal yang berbau serigala jika kamu tidak mau dia mati secara mengenaskan! Sekarang pergilah sejauh mungkin dari kota ini! Karena mereka sepertinya sudah tahu tentang kita." Kata Belle sambil mencium anak dan suaminya bergiliran untuk menghapus jejak nya yang ada dalam diri suami dan anaknya agar mereka tidak bisa ditemukan.
Setelah itu Belle segera melompat dari jendela dengan sangat cepat untuk mengalihkan perhatian Vampir itu.
Belle harus pergi secepat mungkin sebelum keberadaan nya diketahui sedang bersama suami dan anaknya.
Setelah Belle pergi, lampu menyala dan cahaya bulan purnama kembali muncul.
Stevan seperti orang gila. Ia meletakkan bayinya di ranjang bayi lalu berlari ke balkon.
"Belle ... Dimana kamu? Kenapa kamu meninggalkan aku ... " Teriak Stevan berulang kali sambil mengucapkan kalimat yang sama.
Stevan menangis sejadi-jadinya karena ia belum siap ditinggalkan oleh Belle.
Tepat saat itu, suara tangis anaknya membuat Stevan berhenti berteriak. Ia lalu menoleh kearah dalam.
Terngiang permintaan terkahir Belle untuk menjaga bayi mereka sehingga Stevan segera berlari masuk untuk menenangkan bayi nya yang menangis dengan kencang.
"Tenanglah sayang! Ada Ayah disini! Ayah akan menjagamu dengan mempertaruhkan nyawa ayah sendiri. Malam ini juga ayah memberimu nama Rafela Valen yang artinya Perempuan yang mampu menyembuhkan kesedihan orang. Kamu akan menjadi penyembuh kesedihan ayah setelah ibumu pergi. Dan malam ini juga ayah akan membawamu pergi ke kota lain! " Kata Stevan sembari menimang anaknya dengan lembut
Ajaibnya, anak itu langsung diam dan tersenyum seolah ia menyukai nama yang baru saja diberikan oleh ayahnya. Seketika itu Stevan merasa sedikit lebih tenang setelah melihat senyum anaknya yang lucu dan menggemaskan.
"Tuan ... "
Stevan menoleh kearah sumber suara sambil menggendong putrinya.
"Ada apa?"
"Kita di serang oleh makhluk yang mengerikan. Bagaimana ini?" Kata Ricard yang merupakan orang kepercayaan Stevan.
Stevan terdiam sejenak.
"Apakah cuma kamu yang selamat?" Tanya Stevan.
"Banyak. Kami diselamatkan oleh Nyonya Belle. Ia datang diwaktu yang tepat." Jawab pengawal itu.
Stevan terkejut. Ia tidak menyangka kalau istrinya rela menunjukkan dirinya demi menyelamatkan pengawalnya.
"Dimana istriku sekarang?" Tanya Stevan dengan panik.
"Nyonya Belle pergi bersama orang-orang aneh itu. Karena mereka berlari sangat cepat, kami tidak bisa melihat kemana lagi mereka. Sepertinya mereka bukan manusia."
"Sekarang kamu dan yang lain harus meninggalkan rumah ini! Bawa mereka ke rumahku yang ada di pusat kota A. Kamu juga harus membawa anakku! Jaga dia baik-baik!" Kata Stevan sembari memberikan putrinya kepada pengawal kepercayaan nya itu.
Ricard terdiam. Ia masih belum mengerti kenapa bosnya melakukan ini. Anak yang ada di gendongannya sekarang masih terlalu kecil sehingga ia ragu.
"Tuan ... Anda tidak ikut dengan kami?"
"Aku harus menyelamatkan istriku!" Jawab Stevan sembari mengambil pistolnya.
"Tapi tuan! Yang anda hadapi itu bukan manusia tapi Vampir."
Stevan menatap tajam kearah pengawalnya, "Bagaimana kamu tahu?"
"Aku melihat wajah pucat, gigi taring dan mata merah mereka yang persis seperti yang ada di dalam film. Aku pun membuat kesimpulan kalau mereka adalah Vampir. Sedangkan Nyonya Belle adalah manusia serigala."
Stevan terkejut. Ia pikir hanya dirinya yang tahu identitas Belle.
"Tutup mulutmu! Jika kamu masih mau hidup maka kamu harus merahasiakan tentang apa yang kamu lihat dan tahu. Jika kamu bocorkan maka aku akan membunuhmu beserta keluarga mu!" Kata Stevan mengancam Ricard.
Seketika itu Ricard ketakutan. "Saya janji tidak akan mengungkit kejadian malam ini!"
"Bagus. Sekarang bawa semua barang-barang penting yang ada disini! Lalu segera berangkat tanpa menoleh! Pastikan kalau putriku baik-baik saja!" Kata Stevan.
"Baik bos!"
Setelah itu Stevan membawa senjatanya lalu pergi meninggalkan rumah itu dengan cepat untuk menemukan keberadaan istrinya.
Beberapa Jam Kemudian.
"Istriku ... " Stevan berlari sambil membawa pistol nya saat ia melihat Belle duduk sendirian di tengah hutan yang tidak jauh dari rumah Stevan.
Belle tidak bergeming sedikitpun walaupun ia mendengar suara suaminya.
"Belle ... Kenapa kamu hanya diam? Lihatlah aku!" Kata Stevan sambil mengangkat dagu Belle.
Belle pun mendongak dengan pelan.
"Apa yang terjadi denganmu?" Tanya Stevan dengan heran.
"Pergilah ... " Ucap Belle dengan suara lemah sambil menahan air matanya.
Bau harum darah yang keluar dari tangan Stevan membuat Belle menggila, namun ia berusaha untuk menahan dirinya.
Stevan menyadari tatapan Belle yang tertuju kearah lengannya yang tergores ranting kayu saat ia berlari mencari keberadaan Belle.
"Aku bilang pergi ... " Teriak Belle disaat nafsunya sudah sangat menyiksanya.
"Aku tidak akan pergi! Aku akan pergi dari sini asalkan bersamamu. Karena anak kita butuh kamu sayang!" Kata Stevan sambil menyentuh tangan Belle.
Seakan tersengat listrik, naluri memburunya membuatnya semakin gila saat merasakan sentuhan tangan Stevan.
"Aku tidak pernah mencintai kamu! Dan aku menyesal bisa memiliki anak darimu! Jadi, jika kamu tidak mau aku membunuh anak itu, maka bawa dia pergi jauh dari tempat ini!" Kata Belle dengan tegas.
Stevan terkejut mendengar pengakuan Belle.
"Kamu bohong!" Ujar Stevan dengan mulut yang gemetar.
"Hahaha ... Dasar manusia bodoh! Aku menikahi kamu untuk mengambil energi mu! Kamu hanya manusia biasa yang lemah sehingga aku tidak mungkin benar-benar mencintai mu. Terimakasih karena sudah memberikan kesempatan padaku untuk memanfaatkan kamu!" Setelah mengatakan itu, Belle berdiri dengan susah payah.
Stevan pun meneteskan air mata. Ia tidak menyangka kalau perempuan yang dia cintai selama ini tidak pernah mencintai nya.
Dengan Ekspresi gelap, Stevan mengangkat senjata apinya lalu mengarahkannya ke arah Belle.
Belle pun tersenyum sambil menutup matanya. Ia lebih memilih mati dalam keadaan di benci oleh suaminya daripada melihat suaminya sedih karena kehilangan dia.
Tepat saat Stevan akan melepaskan pelatuknya, tiba-tiba bayangan hitam membawa Belle pergi dalam sekejap mata.
Seketika itu Stevan kaget lalu memutar bola matanya untuk mencari keberadaan Belle.
"Dimana dia?" Tanya Stevan sembari memutar tubuhnya untuk menemukan keberadaan Belle.
Setelah menelusuri tempat itu, Stevan menemukan tubuh Belle terkapar di tanah dan berlumuran darah. Hati Stevan sangat sakit sehingga ia menangis sejadi-jadinya.
'Aku akan merawat putriku dengan baik! Dan aku tidak akan pernah membiarkan dia tahu siapa dirinya. Karena dia adalah manusia biasa bukan makhluk mengerikan seperti ibunya.'Batin Stevan sembari memeluk jasad Belle.
Tidak lama setelah itu, jasad Belle menghilang dari pelukan Stevan.
Back.
Air mata Stevan jatuh setelah ia mengingat akhir kisah yang menyedihkan puluhan tahun lalu itu dengan sangat jelas.
'Belle maafkan aku! Aku yang sudah bersalah! Harusnya aku tidak melakukannya!' Batin Stevan sambil terisak.
Sesaat kemudian, Stevan keluar dari kamarnya setelah ia mendengar kalau Valen sudah pulang.
"Bibi ... Dimana Ayahku? " tanya Valen pada salah satu pelayan yang membukanya pintu.
"Bibi tidak tahu kemana tuan pergi. Tadi Bibi lihat tuan sedang berdiri di depan pintu. Tapi, tuan pergi lagi bersama asistennya!" Jawab Bibi Wen.
"Kenapa kamu pulang nya lama sekali?" Tanya Tuan Stevan yang tiba-tiba sudah berada diantara Valen dan Bibi Wen.
"Tumben Ayah di rumah. Biasanya selalu sibuk walaupun malam. " Kata Valen dengan ketus tanpa menjawab pertanyaan ayahnya.
Tuan Stevan menarik nafas dalam. Setelah itu ia membuka mulutnya kembali. "Ikuti aku!"
"Kemana?"
"Ke ruang kerja ayah!" Setelah mengatakan itu tuan Stevan segera pergi menuju ruang kerjanya.
"Nona ... Sebaiknya ikuti saja perkataan Tuan!" Kata Bibi Wen yang tidak kau melihat pertengkaran antara Valen dan ayahnya lagi seperti yang terjadi tiga hari yang lalu.
Valen meminta Chloe untuk meletakkan kopernya di kamar. Setelah itu ia mengikuti ayahnya ke ruang kerjanya.
Ruang Kerja Tuan Stevan.
"Ayah ... Aku sangat lelah dan ingin istirahat! Tidak bisakah kita bicara besok saja?" Kata Valen setelah ia duduk di depan ayahnya dengan malas.
"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu pulang menggunakan Taxi? Bukankah aku mengirim supir untuk menjemput mu? " Tanya Tuan Stevan yang berpura-pura tidak tahu dan ingin tahu cerita lengkapnya dari Valen, terutama tentang transportasi yang membawanya pulang.