"Kami di hadang oleh orang yang tidak di kenal saat berada di jalan pulang makanya kami telat sampai rumah. Aku pikir tidak perlu cerita karena aku sudah selamat. Hanya Chloe yang terluka! Untungnya ada orang yang menolong kami! Soal sopir yang Ayah kirim ternyata dia bekerjasama dengan mereka!" Jawab Valen sambil menunduk.
Tuan Stevan mengerut keningnya karena penasaran siapa yang menolong Valen. Karena Tuan Rafael pasti mengirim vampir sehingga mereka tidak mungkin di kalahkan oleh manusia biasa.
"Siapa yang sudah menolong mu?" Tanya Tuan Stevan.
Valen terdiam sembari menatap ayahnya dengan cemas.
"Dia ... "
Tuan Stevan memukul meja dengan sangat keras karena Valen terlihat ragu menjawab pertanyaannya.
Valen pun terkejut sehingga ia merasa ketakutan.
"Katakan siapa yang sudah menolong mu! ..." Kata Tuan Stevan dengan tatapan yang tajam.
"Aku tidak mengenalnya ... " Jawab Valen sambil menunduk. Valen terpaksa berbohong karena dia tidak ingin Ayahnya mencaritahu tentang Justin.
Melihat tatapan Valen yang berkaca-kaca, Tuan Stevan pun menarik nafas dalam karena ia menyadari kalau dia sudah terlalu keras pada anak tunggal nya itu.
"Kamu istirahat saja di kamarmu! Biarkan Ayah yang mengurus semua ini! Dan kamu jangan mencoba membohongi ayah lagi jika kamu tidak mau ayah kurung!" Setelah mengatakan itu Tuan Stevan segera keluar dari ruang kerjanya.
Valen menarik nafas lega karena Ayahnya tidak memasaknya lagi.
'Maafkan aku ayah! Tapi aku akan mencaritahu siapa diriku dan apa yang Ayah sembunyikan selama bertahun-tahun ini dariku! Maaf juga ' Batin Valen.
Setelah itu Valen segera meninggalkan ruang kerja Ayahnya.
Keesokan Paginya.
Stevan duduk di ruangannya sembari menatap keluar jendela.
"Apakah kamu sudah menemukan siapa orang yang sudah menolong Valen semalam?" Tanya Tuan Stevan pada Ricard.
"Tidak tuan ... " Jawab Ricard.
"Kenapa kamu tidak bisa mencaritahu tentang dia? Apakah kemampuanmu sudah hilang?" Tanya Tuan Stevan sembari mengerutkan keningnya.
"Karena dia tidak meninggalkan jejak apapun. Sepertinya dia adalah orang yang kita pikirkan!"
Mendengar jawaban Richard, Tuan Stevan memiliki pikiran untuk menjadikan orang yang menyelamatkan Valen semalam sebagai pengawal Valen.
"Bagaimanapun caranya temukan dia! Karena aku ingin dia menjadi pengawal Valen!" Kata Tuan Stevan.
"Baik Bos!" Ricard merasa yakin kalau dia akan menemukan orang yang sudah menolong Valen sehingga langsung menyanggupi perintah Tuan Stevan.
"Satu Minggu lagi ulang tahun Valen! Usianya sudah genap 20 tahun. Aku ingin kamu urus semua keperluan pestanya! Karena sudah saatnya aku memberikannya hadiah yang Ibunya siapkan untuknya!" Kata Tuan Stevan.
"Saya akan mengurus semuanya. Dan aku juga sudah menghubungi psikiater untuk membantu nona Valen melupakan trouma nya atas kematian Thomas."
"Bagus ... Atur pertemuan mereka. Tapi ingat, jangan membuatnya berpikir kalau kita menuduhnya gila. Dia gadis yang sehat dan tidak boleh terbebani oleh rasa bersalah!" Ujar Tuan Stevan.
"Baik bos!"
Setelah bicara dengan Ricard, Tuan Stevan pun pergi tanpa mengatakan apapun karena ada hal yang lebih penting yang perlu ia urus.
Sementara itu Valen sudah siap untuk berangkat kuliah. Namun, Ayahnya kembali membuat perintah untuk melarangnya keluar rumah selama satu Minggu. Setidaknya setelah kondisi mental Valen baik-baik saja.
Tuan Stevan juga harus memastikan emosi Valen kembali stabil agar ia tidak berubah menjadi manusia serigala.
Dengan berat hati Valen mematuhi perintah ayahnya. Dan yang lebih menyebalkan lagi adalah, ponselnya di sita dan interaksi dengan dunia luar pun di tutup. Hanna sebagai sahabat baiknya pun tidak diperbolehkan untuk datang menemui Valen.
Satu Minggu Kemudian.
"Bawa nona Valen ke hotel Horison nanti malam!" Bisik Ricard pada Chloe.
"Memangnya ada apa?" Chloe mengerutkan keningnya karena bingung.
"Kamu jangan banyak tanya, sebaiknya kamu ikuti perintah dariku saja!" Kata Ricard dengan ketus.
Chloe menarik nafas dalam, ia lalu mengangguk. "Saya akan laksanakannya!"
Setelah itu Chloe segera mengajak Valen ke Hotel yang dimaksud setelah berhasil membujuknya.
Hotel Horison.
Malam pun tiba. Valen menikmati malam itu dengan segelas anggur di dalam kamar tidurnya karena dia tidak di izinkan keluar oleh Chloe sebelum ada perintah langsung.
Tepat saat itu Ricard datang. Chloe pun langsung menyambutnya dengan sopan dan hormat.
Melihat Ricard datang, Valen cembrut lalu membuang muka.
"Selamat malam Nona muda!"Ricard menyapa dengan sopan.
"Apakah kamu kesini atas permintaan Tuan Stevan yang terhormat? Kali ini apa yang harus aku lakukan sehingga dia memintaku datang kesini? Apakah dia ingin mengurungku di tempat yang jauh darinya? "Tanya Valen dengan ekspresi yang sangat gelap.
"Tuan hanya ingin nona menikmati hari ulang tahun nona di hotel ini. Tuan juga sudah menyiapkan kejutan untuk anda disini!" Jawab Ricard.
Valen menyeringai kearah Ricard." Ulang tahun macam apa ini? Tidak ada pesta dan tidak ada tamu. Hanya ada wajah-wajah yang membosankan seperti kalian yang aku lihat. Selain itu aku tidak membutuhkan kejutan apapun selain kebebasan!"
Ricard tidak menghiraukan perkataan Valen karena dia kenal betul dengan watak gadis cantik yang manja dan sedikit pemarah itu. Ia lalu duduk di sofa tanpa menunggu dirinya di persilahkan.
"Hi ... Paman kenapa kamu duduk di situ? Bukankah aku belum mempersilahkan kamu?" Teriak Valen dengan ekspresi yang masam.
Ricard tersenyum lalu bangun dari duduknya. "Oh ... Aku minta maaf! Ini kado dari Tuan Stevan untuk nona! Tuan Minta maaf karena tidak bisa langsung memberikan nya karena tuan harus berangkat ke Jerman sore tadi."
Valen mengepalkan tangannya. Walaupun ia sedikit tidak suka pada ayahnya tapi ia ingin mendengarkan ucapan ulangtahun dari ayahnya. Karena sejak kecil hingga sekarang ia tidak pernah mendengar nya.
"Kenapa bukan dia yang menemui ku dan langsung memberikannya padaku? Apakah dia sangat membenci hari kelahiran ku?Bahkan ia tidak pernah mengizinkan aku membuat pesta untuk merayakan ulang tahunku. Semua teman-teman ku mengejekku! "Tanya Valen dengan cemberut.
"Tuan sibuk!" Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Ricard.
Dengan kesal Valen merebut hadiah itu dan membukanya dengan kasar.
Tatapannya berubah menjadi buas setelah dia membaca kartu ucapan selamat yang ada di dalam kado.
"Tidak cukupkah dia lupa hari ulang tahun putrinya setiap tahun? Sekarang giliran ingat dia malah tidak tahu usia putrinya sekarang"Valen berteriak ketika mengatakan itu sambil meneteskan air mata.
Ricard menjadi bingung "Mmmm ... Bukankah usia Nona sekarang sudah 21 tahun? "
Ekspresi Valen menjadi berubah semakin gelap.
"Tuan, Nona muda berusia 20 tahun sekarang!"Chloe menjelaskan kepada Ricard dengan hati-hati sembari meredam emosi Valen.
"Hahahaha ... Iya iya, ini kesalahan saya yang menulis angka salah ... " Kata Richard sambil tertawa karena dia memang salah tulis.
Valen kehilangan kesabarannya. "Sekarang juga kalian semua pergi dari sini tinggalkan aku sendiri! Pergi ..."
Valen berteriak sambil melemparkan benda-benda yang ada di dekatnya ke arah Ricard dan semua pengawalnya.
Karena mereka tau karakter Valen, mereka pun langsung berlari keluar dari kamar Valen.
Setelah semua orang pergi, Valen menangis sambil membaca satu lagi kartu ucapan yang ada di dalam kado.
Seketika itu Valen langsung membacanya.
'Hi ... Anakku! Saat kamu membuka kotak kado ini, itu artinya usiamu sudah 20 tahun. Kamu pasti tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik seperti ibu. Semoga kamu memaafkan Ibu yang tidak bisa menemanimu tumbuh hingga remaja. Tapi, percayalah kalau ibu selalu melindungi dan berada di dekatmu tanpa kau sadari. Karena usiamu sudah 20 tahun maka tugas Ibu sudah bisa kamu gantikan. Oleh karena itu pakailah kalung yang Ibu berikan ini. Karena kalung ini akan menuntun kamu pada jati dirimu sebenarnya!'
Air mata Valen mengalir deras setelah tahu kalau kado itu sudah disiapkan lama oleh ibunya.
"Ibu ... " Ucap Valen sembari menatap bandul kalung yang indah itu.
Setelah puas menangis, Valen pun langsung memakai kalung itu. Seketika itu ia pingsan.
Di waktu yang sama, Tuan Stevan yang akan kembali ke kamarnya setelah mengikuti rapat bersama Kliennya terkejut saat ia merasa mengenal seorang pemuda yang baru saja melewati nya.
Karena penasaran, Tuan Stevan pun mengikutinya dari belakang dengan diam-diam.
Pemuda itu pun menyadari dirinya sedang di ikuti sehingga ia segera mengelabui Stevan.
"Kemana dia? "Tuan Stevan menatap kesemua arah untuk menemukan orang yang dia ikuti.
Beberapa saya kemudian, ia mendapatkan serangan dadakan dari arah belakang nya.
Tuan Stevan pun dengan cepat menangkis serangan itu dengan kemampuan bela dirinya yang tidak diragukan lagi.
"Tunggu ... Aku bukan musuhmu!"
"Kenapa kamu mengikutiku?" Tanya pemuda itu dengan ketus.
Tuan Stevan menyingkirkan kaki pemuda itu dan memperbaiki Jas nya.
"Kenzo ... Lama tidak bertemu!" Ucap Tuan Stevan sembari tersenyum manis.
Kenzo mulai mengenali suara dan gerakan Tuan Stevan. "Tuan Stevan ... Apakah itu anda? "
"Ternyata ingatanmu masih sangat baik Alpha Kenzo ... " Tuan Stevan mengetahui identitas Kenzo sekaligus posisinya.
"Kenapa anda mengikuti saya diam-diam? "Tanya Kenzo tanpa basa basi.
"Mari kita bicara dengan santai, kalau kamu tidak keberatan maukah kamu ke kamarku untuk bertamu?" Tuan Stevan harap-harap cemas kalau dia tidak akan di tolak oleh Kenzo.
"Baiklah!" Kenzo langsung menyetujui nya karena ia tidak ingin ada orang lain di Hotel itu mendengar percakapan mereka.
Tuan Stevan pun menarik nafas lega karena Kenzo tidak menolaknya. Setelah itu ia membawa Kenzo menuju kamarnya.