Valen mendongak sembari menyeringai jijik. "Kamu menghancurkan ku ... Tidak bisakah kamu memberitahuku lebih dulu kalau kita akan ke pantai ini lagi? Dan aku tidak mungkin melupakan pantai ini. Tempat dimana aku tidak sengaja menginjak mu sekaligus mendapatkan perlakukan kasar darimu. Sekarang kulitku akan rusak karena aku tidak melakukan persiapan apapun, aku juga belum mandi dan menggunakan sunblok."
"Oh ... Jadi kamu belum mandi, kalau begitu mari kita mandi .... " Ucap Justin sembari melepas semua pakaiannya hingga menyisakan celana dalamnya yang sampai lutut.
Melihat Justin telanjang dada, Valen histeris sehingga ia langsung menutup matanya. "Aaa .... Lelaki mesum ... Kenapa kamu membuka bajumu?"
Justin tersenyum licik, setelah itu mengangkat Valen lalu membawanya menyentuh air, seketika itu Valen histeris dan ketakutan.
Dengan cepat tubuh mereka di hempas ombak. Valen benar-benar marah sama Justin karena dia diajak mandi di laut tanpa menggunakan krim pelindung tabir surya.
Sesaat kemudian Valen keluar dari air sambilb menyeka wajahnya dari air laut. "Lelaki mesum ... Aku akan membunuhmu ... "
Melihat tatapan mengerikan Valen, Justin langsung bangun dari duduknya lalu berlari menghindari amukan Valen.
"Lelaki mesum ... ... Jangan lari kamu ... berhenti .... Aku akan membunuhmu ... "Teriak Valen sambil berlari mengejar Justin.
Setelah berlarian Valen pun duduk di atas pasir dengan nafas yang terenggah-enggah.
Tepat saat itu ia merasakan hangat di bagian pundaknya. Seketika itu Valen memegang pundaknya sembari menoleh kearah belakangnya.
"Pakai handuk kecil ini untuk mengeringkan badanmu!" Kata Justin sembari duduk di samping Valen.
"Darimana kamu mendapatkan handuk?" Tanya Valen dengan heran.
"Kamu tidak perlu tahu ... " Jawab Justin tanpa ekspresi.
Valen menarik nafas dalam.
"Baiklah, lupakan soal handuk! Sekarang, bolehkan aku meminta bantuan mu?"
Valen menatap Justin dengan ekspresi yang memelas.
"Bantuan apa?"
"Tolong antar aku pulang! Aku janji akan mencuci handuk ini walaupun aku tidak bisa mencuci. " Jawab Valen yang sudah mulai bosan karena tubuhnya terasa sangat lengket.
"Oke."
Setelah itu Mereka berdua berjalan menuju tempat parkir. Saat itu Justin melirik Valen yang masih kedinginan, dengan segera pangeran Justin menarik Valen ke pelukannya.
Valen langsung kaget melihat tindakan Justin.
"Aku hanya ingin membantumu! Jadi, jangan berpikir terlalu banyak!" Kata Justin tanpa melihat Valen yang sekarang berjalan di sampingnya dan menempel dengan tubuhnya.
"Terimakasih untuk kesekian kalinya!"Ucap Valen dengan malu-malu.
"Iya." Ucap Justin dengan singkat tanpa melihat Valen.
Setelah terdiam beberapa saat, Valen kembali melirik Justin. Dengan sedikit ragu Valen bertanya,"Apa kamu percaya cinta? "
"Tidak ... "Jawab Justin tanpa ekspresi.
"Kenapa? "
Sebentar lagi mereka sampai di parkiran. Tapi, Justin malah berhenti lalu menoleh kearah Valen dengan tatapan yang mengerikan.
"Karena aku tidak pernah mengenal cinta ... Lagi pula, dalam duniaku tidak ada yang lebih penting selain bertahan hidup. Cinta hanyalah kelemahan bagi Klan ku." Kata Justin.
Valen terdiam sambil menatap jauh kedalam mata Justin.
"Apa kamu bukan manusia? "
Mendengar pertanyaan Valen, Justin pun terdiam membisu karena ia baru sadar sudah membongkar identitas secara tidak langsung.
"Kenapa kamu hanya diam? " Tanya Valen dengan penasaran.
"Tidak semua pertanyaan butuh jawaban."
Valen menarik nafas dalam.
"Baiklah, aku tidak akan bertanya apapun lagi. Tapi, bolehkah aku tahu siapa namamu? Dan dari mana kamu?" Kata Valen sembari berdecak pinggang karena dia baru ingat kalau belum kenalan dengan Justin dengan benar.
"Panggil saja Justin! Aku berasal dari ibu kota." Jawab Justin dengan singkat.
Valen tersenyum. " Halo Justin ... Namaku Valen, dan aku berasal dari ibu kota juga. Apakah kamu mau datang ke rumahku jika aku undang? Aku ingin memperkenalkan orang yang menyelamatkan aku pada orang Ayahku!"
"Akan aku pikirkan."
"Baiklah, kalau begitu ayo kembali ke Hotel ku dulu untuk mengambil barang-barang ku! "
"Oke." Justin mengangguk lalu membawa Valen kembali ke Hotel.
'Lelaki yang kemarin aku lihat berwajah pucat dan menyebalkan ternyata sengat tampan. Sekarang aku yakin kalau dia adalah manusia karena jika dia Vampir maka dia tidak mungkin berani terkena panas!' Batin Valen sembari tersenyum memeluk pinggang Justin dari belakang.
Setelah mengantar Valen ke Hotel, pangeran Justin pun segera pergi ke kamarnya dengan perasaan yang tidak enak.
'Sepertinya aku jatuh cinta pada gadis itu. Tapi, dia manusia biasa yang tidak mungkin bisa hidup dengan seorang Vampir. Apakah aku harus menggigit nya agar bisa hidup bersama? Tapi, aku belum menemukan apa alasan nya para Vampir itu memburunya!' Batin Justin sembari menatap keluar jendela.
Setelah membatin Justin segera bersiap-siap untuk pulang sebelum malam tiba. Karena dia harus kembali fokus pada tujuannya dan harus melupakan rasa cintanya dulu.