Pemandangan kota di tempati Sera terlihat begitu sangat ramai. Namun, itu semua tidak membuat suasana hati dan perasaan gadis itu membaik, justru hatinya semakin hancur, meronta, ingin melampiaskan.
Sesaat ia berpikir, dengan siapa akan berbagi semua masalah ini. Dulu ketika masih bersama dengan kekasihnya, apa pun di lakukan Sera tidak pernah sungkang untuk mengatakan. Namun, saat ini? Semuanya telah hancur. Hubungan dengan kekasihnya putus begitu saja, dan harga dirinya telah di renggut paksa oleh pemuda sangat di benci!
Sera tidak berhenti merutuki dirinya sendiri, kesalahan besar telah mencintai Leon selama dua tahun, kini telah terbalaskan dengan sebuah penkhianatan besar.
Melihat pemuda kita cintai bersama dengan wanita lain, bahkan dengan gampangnya saling berciuman di hadapannya, sesuatu sangat menyakitkan bagi Sera pribadi.
Kenapa Sera berpikir demikian? Karena selama dua tahun, Sera selalu berbagi setiap masalah dengan Leon kekasihnya, baik buruknya hanya Leon pemuda satu-satunya mengerti akan dirinya. Tapi yang terjadi semalam, membuat hati Sera hancur tak ber arah.
"Kenapa!" teriak Sera di dalam mobil taxi di tumpangi, mungkin tidak sadar jika ia masih di jalan menuju rumah kontrakan telah di tempati selama dua tahun terakhir.
"Sudah sampai Nona," ujar supir taxi.
"Terimakasih Pak, ini uangnya."
"Kembalinya Non?"
Tanpa menghiraukan ucapan supir taxi. Sera berlari, melewati pintu pagar rumah kontrakannya, yang hanya setinggi perut. Gadis itu tidak berhenti meneteskan air mata, rasa sakit di alami semalam membuat hati dan pikirannya terasa kacau.
Setelah membuka pintu rumah kontrakannya. Sera melempar tas selempang baru saja di gunakan ke lantai, kembali menangis, hingga tubuhnya terpaku jatuh duduk di lantai.
"Aaa… kenapa ini terjadi denganku! Apa salahku? Kenapa kesialan ini terjadi hanya kepadaku," teriak Sera, terus menyalahkan diri dengan semua hal yang telah di alami semalam.
Jika saja hanya melihat Leon berselingkuh, mungkin Sera tidak akan merasa sesakit dan seperih ini. Namun, kesucian telah di jaga selama ini telah di renggut paksa oleh pemuda sangat di benci.
"Berengsek! Semua peria sama saja, hanya memamfaatkan kepolosan wanita, apa kesenangan mereka hanya melampiaskan hasrat kepada wanita lain? Leon menkhianatiku karena tidak bisa menemukan satu hal sangat di inginkan dariku. Sementara Rafa, pemuda sialan! Pemuda berengsek! tidak tau malu! Dengan gampan merenggut hal berharga dariku, ia hanya memamfaatkan ketidak sadaranku, lalu membawaku ke kamar Hotel, hua… Rafa! kamu memang berengsek!" teriak Sera di dalam rumah kontrakannya, suaranya terdengar pilu, merasakan rasa sakit teramat sangat di dalam hatinya.
Merasa lelah, setelah melampiaskan segala rasa berkecamuk di dalam hati, membuat Sera tertidur di lantai, meringkuk. Seolah rasa sakit di dalam hatinya telah membuat tubuhnya panas. Sehingga tidak merasakan dingin ketika tidur di atas lantai keramik dalam rumah kontrakannya.
***
Rafa melangkah cepat, keluar dari dalam ruangan kantornya, berjalan menuju lif, setelah selesai menelpon seseorang. Mengingat percintaan semalam, membuat juniornya tidak berhenti menegan, hingga membuatnya merasakan sakit.
Setelah 15 menit melajukan mobil sport Bugatti miliknya. Kini ia telah sampai di depan sebuah Hotel, Hotel sama di gunakan semalam bersama dengan Sera.
Sangat cepat Rafa turun dari dalam mobil, melangkah penuh wibawa, namun terlihat cepat masuk ke dalam Hotel, seolah di tunggu oleh tamu atau keliennya.
Hingga sampai di lantai dua, tepat di depan pintu kamar nomor 19. Tanpa mengetuk pintu Rafa langsung masuk.
"Cepat lakukan, aku benar-benar tidak tahan!" pinta Rafa kepada seorang wanita yang telah menunggunya. Terlihat dengan jelas wanita itu hanya menggunakan lingerie berwarna maron, pewarna bibir sedikit menantang. Dan. di tangannya terdapat sebuah gelas, berisi dengan minuman telah di campur dengan sesuatu, tentu akan membuat tubuh Rafa memanas hebat ketika meminumnya.
"Minum dulu Beb," pinta wanita itu menyerahkan gelas di tangannya, untuk Rafa raih. Sementara jari-jari tangannya telah bermain di wajah hingga leher Rafa.
Tanpa menanyakan apa pun. Karena memang itu selalu keduanya lakukan ketika ingin bermain-main di dalam sebuah kamar Hotel. Rafa langsung meraih gelas berisi dengan minuman, meminumnya hingga tandas.
"Ah…" pekik Rafa ketika menghabiskan minumannya hanya sekali tegukan "Aku ingin kamu melayaniku seperti biasanya. Aku benar-benar tidak tahan."
Wanita itu tersenyum senang, mendengar kata di lontarkan pemuda di hadapanya, seolah dia satu-satunya wanita yang bisa dan mampu membuat seorang Rafa terpuaskan dengan setiap permainan irotis selalu di lakukan ketika bergoyan di atas tubuh kekar itu.
"Pastinya bayaranku juga bertambah bukan? Emua…" lumatan mulai di lakukan di leher "Kali ini aku ingin lebih, aku akan membuat kamu lupa dengan semua masalah kamu rasakan hari ini," ujar wanita bernama Quen.
Siapa yang tidak mengenal Quen, wanita panggilan selalu memasang tarip harga tinggi, hanya orang-orang super duper kaya yang bisa memboking harga tubuh dan permainannya. Selain itu, siapa pun yang telah menggunakan jasanya pasti akan ketagihan. Hingga tidak jarang para pengusaha mengocek tabungan hanya untuk mencicipi tubuhnya yang menggoda.
"Lakukan apa pun, aku akan memberikan harga sesuai dengan permainanmu!"
Quen tersenyum, kedua tangannya mulai beraksi, tidak lupa bibirnya kini mulai melakukan pemanasan di bibir hingga leher Rafa.
Jari-jari lentik, dengan cat kuku berwarna merah kini telah melucuti kemeja di gunakan oleh Rafa. Listip di gunakan kini mulai nampak belepotan di bibir Rafa, semua itu terjadi karena ciuman panas keduanya lakukan terlalu mendominasi, menusuk kesetiap saraf adrenalin, bergetar hebat hingga ke nadi.
Quen mendorong tubuh Rafa, hingga terjatuh ke atas ranjang. Mulai melepas lingerie tipis di gunakan hingga menampakkan bentuk tubuh sintal, montok dan berisi.
Seringai tipis terlihat di ujung bibir Quen, ketika melihat Rafa tidak berkedip menatap keindahan tubuhnya. Mungkin ia sangat mencintai tubuhku, itulah terlintas dalam pikiran Quen.
Dengan gesit, mendominasi, Quen mencium bibir Rafa, dengan salah satu tangan mulai menyentuh dan bermain dengan si Junior kini semakin menegan, bahkan urat-uratnya terlihat dengan jelas, jika gairah dalam diri Rafa sangat besar.
Semakin lama, tangan Quen bergerak sangat cepat pada junior, membuat pemiliknya menutup mata dengan desahan kecil keluar dari dalam mulutnya.
"Ah…"
Sungguh di lakukan Quen membuat Rafa lupa dengan Sera, gadis semalam telah ia renggut kesuciannya.
Tubuh Rafa mengejang, eragan-eragan kecil terus terdengar ketika Quen bermain dengan si junior menggunakan bibir. Lumatan terasa lembut, kian membungcah ketika batang itu terasa hampir sampai di dalam tenggorokan.
"Ah… Quen, apa telah kamu lakukan?"
Kata di lontarkan Rafa, semakin membuat gairah dalam diri Quen bertambah, gelora, bercampur hasrat panas menyatu menjadi sebuah eragan-eragan besar di antara keduanya.
Rafa semakin terbuai, larut akan indahnya permainan panas di lakukan Quen, hingga semburan larva itu terjadi. Quen tersenyum puas, meraih tisu tersedia di atas nakas, untuk di gunakan membersihkan wajah karena cairan itu keluar tepat di wajahnya.
"Kamu benar-benar hebat Quen," puji Rafa dengan nada suara parau, hembusan napas masih tidak beraturan "Bisa melakukan semua aku inginkan."
TO BE CONTINUED
Salam Berdebar...