Permainan keduanya berlanjut, kini Rafa yang memimping permainan setelah Quen melakukan tugas yang selalu membuat Rafa ketagihan. Wanita itu tidak berhenti mendesah ketika Rafa terus mengerakkan pinggul di belakang tubuh Quen.
Semakin lama, hentakan itu semakin cepat, membuat Quen tidak berhenti menjerit kala rasa nikmat bergetar di dalam tubuh hingga ke nadi.
"Ugh… ah.."
Hampir dua jam Rafa dan Quen melakukan permainan panas, hingga hasrat keduanya tertuntaskan, bersamaan jatuhnya tubuh Rafa di atas ranjang. Rasa lelah mulai di rasakan, begitu pun dengan Quen yang tidak berhenti mengimbangi semua permainan di lakukan oleh pelanggan setianya, hingga keduanya tertidur dalam keadaan polos.
***
Sera terbangun, berharap semua yang terjadi kemarin hanyalah mimpi. Tidak ingin hal itu benar-benar terjadi padanya. Namun, kenyataan sebenarnya, itulah yang telah terjadi, kesucian selama ini di jaga telah di renggut oleh seseorang yang sangat di bencinya.
"Rafa! Aku membencimu!" teriak Sera, kali ini gadis itu tidak meneteskan air mata, hanya hembusan napas kasar dan ekpresi wajah sulit di artikan itulah yang terlihat di wajah Sera kali ini.
Kebencian terhadap Rafa semakin menjadi, bahkan kini telah mendara dangin, tidak ingin, apalagi sampai menemui pemuda itu lagi. Hanya satu harapan Sera kali ini, jangan sampai kesalahan yang telah di lakukan dengan Rafa membuatnya hamil. Sera belum siap, apalagi sampai hamil di luar nikah.
"Semua laki-laki sama! Rafa maupun Leon sama bejatnya. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka, tidak ingin!" oceh Sera terus menerus, sambil beranjak dari dari duduknya karena sejak tadi ia hanya tertidur di lantai di dalam kamar kontrakannya.
Tidak ingin memiliki urusan dengan kedua laki-laki yang telah membuatnya merasakan sakit, membuat Sera memilih untuk meninggalkan kota yang di tempatinya, ingin pergi jauh, mencari kehidupan baru di kota yang baru.
Sebulan telah berlalu, kekehawatiran Sera akhirnya menghilang merasa lega ketika ia mendapat tamu bulanan. Akhir-akhir ini ia merasa takut jangan sampai apa yang tidak di inginkan terjadi, hamil di luar nikah.
"Uf… akhirnya," ujar Sera sambil mengganti pembalut di dalam toilet.
Wajah Sera kembali terlihat ceria, berbeda dengan tiga hari yang lalu, ketika tanggal tamu bulanannya tidak kunjung tiba. Sera tersenyum menatap pantulan wajahnya di cermin, meskipun dalam sebulan ini ia merasa sangat takut.
Memang benar, setelah melakukan sesuatu tidak di inginkan, pasti akan membuat siapapun merasa takut. Dan, mungkin inilah yang di rasakan Sera ketika menunggu tamu bulanan itu tiba.
"Sera, kamu masih di dalam," teriak seorang wanita yang bernama Rani, sambil mengetuk pintu toilet di gunakan olehnya.
Rani adalah teman kerja Sera. Ya… kini Sera bekerja sebagai petugas kebersihan di dalam sebuah perusahaan besar di kota di tempati saat ini, atas bantuan Rani akhirnya Sera bisa bergabung sebagai petugas kebersihan di perusahaan itu.
Tidak masalah bekerja sebagai petugas kebersihan asal bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari bagi Sera itu tidaklah masalah, selagi pekerjaan di lakukan halal, kenapa tidak!
Tanpa menjawab pertanyaan Rani, Sera membuka pintu toilet, tersenyum melihat temannya.
Merasa ada yang aneh dengan sikap Sera, karena selama sebulan mengenal Sera, sekalipun Rani tidak pernah melihat Sera tersenyum ceria seperti itu.
"Kamu kenapa Sera?" tanya Rani merasa bingun dengan perubahan teman kerjanya itu.
"Tidak kenapa-kenapa, memang aku kenapa?" tanya Sera kembali.
"Senyuman itu? Ah… sudahlah, kamu terlihat cantik jika tersenyum seperti itu."
"Hahaha…" Sera tertawa "Memang kenapa dengan senyumanku."
Sera faham maksud kata temannya, karena ia juga sadar selama sebulan ini, ia jarang tersenyum, apalagi sampai tertawa seperti ini, itu semua karena ulah Rafa.
"Ngak papa, kamu sangat cantik jika tersenyum seperti ini."
"Benarkah?"
"Hem-em," angguk Rani.
"Baiklah, aku berjanji mulai hari ini aku akan terus tersenyum sama seperti ini, kita kembali bekerja?"
"Ayo."
Keduanya keluar dari dalam toilet, berjalan menuju ruangan dimana biasanya para petugas kebersihan berkumpul. Melihat para petugas kebersihan berkumpul di dalam ruangan, membuat Sera dan Rani ikut bergabung.
"Lusa pemilik perusahaan ini akan datang kemari, aku sangat berharap semua bagian perusahaan ini di bersihkan dengan baik dan benar, karena pemilik perusahaan ini sangat bersih, tidak suka melihat jika ada debu menempel di cermin. Aku sangat berharap kalian semua mengerti dan paham dengan ucapanku," ujar Bu Desi yang tidak lain kepala kebersihan di perusahaan RM Group.
Mendengar ucapan Bu Desi, Sera dan Rani saling tatap menatap, masih kurang paham dengan maksud ucapan tersebut.
"Maksudnya apa sih Ra?" tanya Sera belum mengerti.
"Tau," ujar Rani sambil mengankat bahu dan kedua tangannya.
Masih belum mengerti dengan penjelasan baru saja di sampaikan Bu Desi, membuat Sera memberanikan diri untuk bertanya.
"Maaf Bu, saya baru masuk, tidak mengerti dengan ucapan anda."
Bu Desi tersenyum, beruntung wanita itu baik dan ramah, hingga membuat Sera tidak merasa takut.
"Lusa pemilik perusahaan ini akan datang, jadi saya minta kepada kamu dan yang lainnya untuk membersihkan setiap sudut dalam perusahaan ini, kamu sudah mengerti Sera?" tanya Bu Desi pelan.
"Iya. Bu, terimakasih."
Setelah itu, Sera memilih untuk bergabung dengan petugas kebersihan lainnya, nampaknya mereka semua berdiskusi untuk membagi pekerjaan yang akan di kerjakan besok.
Huf… sepertinya besok kami semua akan bekerja seharian, guman Sera.
Namun, itu telah menjadi tugas dan pekerjaan Sera ketika di terima bekerja di perusahaan RM Group.
Sementera di kota di tempati Rafa. Pemuda itu nampak semakin frustasi, sebulan tidak menemukan keberadaan Sera membuatnya terlihat kacau. Hal di inginkan tidak terjadi, padahal ia sangat berharap Sera akan menjadi penghangat ranjangnya ketika mengambil hal berharga darinya.
Namun, kenyataannya wanita itu memilih menghilang tanpa kabar, sehingga membuat Rafa semakin kacau, semua pekerjaannya tidak beres, karena di dalam benaknya hanya ingin menemukan keberadaan Sera.
Sera dan Sera hanya itu yang ada di dalam pikiran Rafa di setiap harinya. Bahkan selama sebulan ini, Rafa tidak pernah meniduri wanita manapun, hasrat dalam dirinya seolah padam bersamaan menghilangnya Sera dari kota ini.
Apa mungkin Rafa merasa bersalah dengan apa yang telah di lakukan? Atau dia mulai jatuh cinta? Atau dia hanya merindukan kehangatan tubuh Sera.
Jujur Rafa tidak bisa melupakan kejadian yang telah di lakukan sebulan yang lalu dengan Sera, suara desahan, ringgisan Sera, bahkan hembusan napas Sera masih tergian dengan jelas di telinganya.
"Akh… apa yang terjadi denganku? Menghilangnya Sera begitu membuat diriku frustasi."
Tidak tahan dengan tekanan di rasakan, membuat Rafa memilih untuk mengunjungi beberapa perusahaannya yang ada di luar kota.