Chereads / Hasrat Ceo Gila / Chapter 7 - Apa Dia Memiliki Kekasih?

Chapter 7 - Apa Dia Memiliki Kekasih?

Waktu terus berlalu, seperti yang telah di katakan Bu Desi. Hari ini pemilik perusahaan akan mengunjungi perusahaannya, sekaligus memeriksa kinerja para karyawan.

Semua petugas kebersihan di minta untuk datang lebih awal daripada hari sebelumnya, itu semua agar perusahaan besar itu di bersihkan kembali, sama seperti di lakukan oleh petugas kebersihan di pagi hari.

Sera dan Rani telah sampai di perusahaan RM Group, sama seperti petugas kebersihan yang lainnya.

"Pekerjaan kita harus selesai tepat jam 7.30, kerena pemilik perusahaan akan tiba pukul 08.00." jelas Bu Desi pada semua bawahannya.

"Siap Bu," seru semua para petugas kebersihan nampak kompak.

Setelah itu, mereka semua berhambur melakukan tugas masing-masing, ingin agar semua pekerjaan mereka cepat selesai.

"Ah... akhirnya selesai juga," ujar Sera sambil mengusap keringat yang telah membanjiri dahi, hingga menetes kewajahnya. bahkan baju kaos di gunakan nampak basah, beruntung ia tidak menggunakan pakaian seragam sama di gunakan oleh semua para petugas kebersihan lainnya.

Begitupun dengan Rani, keduanya menggunakan pakaian berbeda karena tau pakaian mereka akan kotor, bau keringat ketika di gunakan untuk membersihkan kantor dengan cepat. Berbeda dengan hari sebelumya, bekerja tanpa harus di kejar waktu, hingga pakaian seragam di gunakan tidak bau keringat.

Setelah semua pekerjaan selesai, Rani maupun Sera memilih untuk berganti baju, agar bisa ikut menyambut kedatangan pemilik perusahaan RM Group.

"Cepetan Ra, sudah hampir jam 08.00," pinta Sera terus menatap jam tangan mungil melingkar sempurna di pergelangan tangannya, jam tangan baru yang telah di beli di pasar beberapa hari yang lalu. Tidak perlu mahal asal merasa cocok dan nyaman di gunakan itu jauh lebih baik bagi Sera.

"Iya, sabentar, aku merias wajahku dulu, agar terlihat berbeda," ujar Rani sambil mengedipkan salah satu mata, melewati menuju cermin.

Mendengar itu, Sera memutar bolah mata jengah, mengikuti langkah kaki Rani menuju cermin.

"Kamu tidak merias wajah kamu?" tanya Rani beralih sejenak menatap wajah Sera yang nampak terlihat polos tanpa polesan sedikit pun.

"Untuk apa?" jawab Sera malas.

"Siapa tau hari ini hari keberuntungan kita, Bos jatuh cinta sama kamu atau aku, hehehe, kali aja berharap lebih."

Pletak...

Satu jentikan mendarat di dahi Rani.

"Aduh, sakit Ra?" ringgis Rani.

"Kamu sadar dengan apa kamu katakan? Mana mau Bos besar pemilik perusahaan besar sama wanita seperti kita, udah miskin, tidak memiliki jabatan. Kalau mengharap jangan terlalu tinggi, sakit kalau terjatuh."

Setelah menyelesaikan kalimatnya Sera memilih untuk mencuci wajahnya, lalu membersihkan dengan tisu yang selalu tersedia di dalam toilet.

"Ya... kali aja ini keberuntungan kita."

"Sudahlah, jangan terlalu bermimpi, sekarang kita keluar!"

Sera berlalu meninggalkan Rani yang masih nampak sibuk memolesi wajahnya dengan bedak.

"Sera tunggu aku," teriak Rani berlari mengejar Sera yang kini telah keluar dari dalam toilet.

Sementara di depan perusahaan, semua petinggi perusahaan tengah berdiri berjejer, menundukkan kepala, memperlihatkan sikap sopan santun dimiliki. Hingga salah satu petinggi perusahaan membuka pintu mobil sport di gunakan oleh sang pemilik perusahaan.

"Aku sangat penasaran ingin melihat wajah tampan Bos kita."

"Ia, aku juga, dengar-dengar dia belum menikah."

"Apa dia memiliki kekasih?"

"Aku sangat berharap dia bisa melirikku, hehehe."

Itulah kata para karyawan wanita dan juga semua pekerja muda di perusahaan itu, sangat berharap Bos mereka bisa melirik hingga jatuh cinta kepadanya.

Sera yang mendengar ucapan mereka semua, kembali memutar bolah mata jengah, tidak suka mendengar ucapan para wanita yang terlalu merendahkan diri hanya untuk mendapatkan sebuah lirikan.

Cih!!! Mereka semua tidak menghargai diri sendiri.

Merasa malas untuk menyambut kedatangan pemilik perusahaan tempat ia bekerja, membuat Sera memilih untuk kembali ke ruangan para petugas kebersihan. Meninggalkan Rani yang kini ikut bersorak sama seperti karyawan lainnya.

"Silahkan Tuan," pinta salah satu petinggi perusahaan, membuka pintu mobil untuk Rafa keluar.

Mendengar itu, sesaat Rafa merapikan jas mahal selalu di gunakan.

"He-em." dehem Rafa mulai menggerakkan tubuh, lalu beranjak keluar.

Rafa memasang wajah datar, wajah tampannnya nampak di tekuk, seolah pemilik perusahaan itu memiliki masalah dalam bisnisnya. Padahal sebenarnya, Rafa merasa kehilangan.

Namun, ia tidak tau apa yang hilang dalam dirinya, karena semua di inginkan selalu terpenuhi.

"Selamat datang kembali Tuan," sapa salah satu karyawan wanita yang selama ini mengangumi ketampanan bosnya.

Merasa malas untuk membalas sapaan seorang wanita yang berdiri berjejer diantara semua para karyawannya, membuat Rafa mengabaikan, memilih berjalan lurus tanpa melihat ataupun menjawab sapaan para pekerjanya. Di ikuti oleh beberapa petinggi perusahaannya.

Hingga sampai di dalam ruangan berukuran sangat luas, bernuansa klasik, pemimpin perusahaan itu langsung duduk di kursi kebesarannya.

Beberapa saat kemudian, salah satu opis girls masuk, sambil membawa segelas kopi kapucino biasa Rafa minim ketika berada di perusahaan nya.

"Silahkan Tuan."

"Hem." Rafa hanya berdehem ketika menjawab ucapan salah satu pekerjanya.