Chereads / Hasrat Ceo Gila / Chapter 4 - Korban Hasrat Tuan Rafa

Chapter 4 - Korban Hasrat Tuan Rafa

Rafa mengukir seringai kecil di ujung bibir. Memeperhatikan wajah gadis di hadapannya. Terlihat pucat, tanpa polesan, bahkan terlihat dengan jelas leher putih dan mulus itu penuh dengan tanda kepemilikan semalam di buat olehnya.

"Kenapa kamu diam!" teriak Sera, berdiri tepat di hadapan Rafa dengan kedua tangan melipat di bagian perut.

Gadis itu sangat marah, sorot mata di perlihatkan berapi-api, penuh dengan Amarah, menatap tajam kearah pemuda yang telah merampas kesucian selama ini di jaga.

Harga diri paling berharga dimiliki oleh setiap gadis. Namun, pemuda di hadapannya begitu tidak berperasaan hingga tega merenggut hal itu darinya, dasar sialan!

"Aku harus mengatakan apa? Kamu ingin aku tanggun jawab Okay. Aku akan bertanggun jawab," jawab Rafa terlihat santai, seolah tidak terlalu menanggapi kemarahan gadis di hadapannya.

Plak…

Satu tamparan kembali mendarat di wajah Rafa. Kali ini pemuda itu mulai terlihat kesal, dengan apa di lakukan gadis di hadapannya.

"Jaga sikap kamu!" tegas Rafa penuh dengan penekanan, merubah posisi duduk, terus menatap datar kearah Sera yang kini tidak bergeming menatap ke arahnya.

"Kenapa? Tidak suka? Ingin marah?" tantang gadis itu, terlihat meremehkan.

Sera menundukkan wajah, menatap datar kearah pemuda yang telah memperkosanya semalam. Tanpa di sadari apa di lakukan telah memancing emosi dalam diri Rafa.

Tanpa mengatakan apa pun. Rafa langsung mencengkram kedua bahu Sera, menarik tubuh kecil itu, hingga membuat tubuh Sera terjatuh ke atas sopa.

Takut dan terkejut itulah di rasakan Sera saat ini "Kamu mau apa?"

"Kenapa kamu takut!" Rafa memutar ucapan Sera, membuat gadis itu mengingat kejadian semalam.

Jangan sampai Rafa ingin melakukan hal itu lagi. Kejadian semalam benar-benar kesalahan terbesar pernah aku lakukan, batin Sera.

Di saat ego bertabrakan dengan rasa gensi, hingga menimbulkan keberanian meski pun sebenarnya ia merasa sangat takut.

"Tidak!" menatap tajam, wajah Rafa yang ada di atas wajahnya "Sedikit pun aku tidak pernah merasa takut denganmu!"

"Oya!" mendekatkan wajah, hingga jarak wajah keduanya semakin dekat.

Jantung Sera berdetak kencang, ketika menatap wajah Pemuda itu semakin dekat dengan wajahnya.

"A… apa ingin kamu lakukan?" Sera mulai nampak terlihat gugup, ketika merasakan hembusan napas Rafa semakin terasa di atas hidungnya.

"Sekarang kamu takut?" seringai kecil kembali terlihat di wajah Rafa, ketika melihat raut wajah Sera nampak semakin gugup.

"Tidak! sedikit pun aku tidak merasa takut."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Sera memirinkang tubuh, langsung menggigit pergelangan tangan Rafa yang ada di samping wajahnya.

"Akh… kurang ajar!" pekik Rafa, langsung berdiri, ketika gigitan Sera terlepas dari pergelangan tangannya.

Gigitan itu membekas hitam, nampak seperti sebuah tato, terlihat indah bagi Rafa pribadi.

Ehem… ehem… Rafa memang kurang waras alias Gila.

Mungkin karena itu, ia di juluki seorang CEO Gila, terkenal di kalangan pebisnis.

"Sepertinya kamu sangat suka bermain-main denganku!" seringai kecil terlihat di ujung bibir pemuda tampan itu.

Bolah mata bermanik coklat itu memutar, ketika mendengar ucapan pemuda kurang waras di hadapannya. Sedikit tau dan mengerti arti ucapan pemuda Gila di hadapannya.

Tidak ada pilihan harus di lakukan, selain meninggalkan ruangan kantor itu. Tinggal terlalu lama, itu hanya akan memancing emosi dalam dirinya, kian memanas. Bukan karena gairah akan tetapi rasa kesal dalam dirinya membuat leher hingga wajah nampak memerah, terlihat dengan jelas dari warna putih kulit Sera.

"Dasar berengsek!" Sera berlalu meninggalkan ruangan kantor, mulai terasa panas baginya.

Dengan perasaan kesal, Sera melampiaskan pada pintu ruangan Rafa, ia menutup pintu ruangan itu dengan sangat keras, hingga terdengar suara benturan keras.

"Auuu… galak juga, tapi suka, hehehe," ujar Rafa ketika melihat pintu ruangannya di tutup dengan cara keras.

Sekertaris Rafa yang melihat hal itu, menatap tajam kearah Sera, bukan karena pintunya di tutup dengan keras. Melainkan pertengkaran telah keduanya lakukan sebelum Sera masuk ke dalam ruangan Bosnya.

"Siapa sih gadis itu? Berani sekali dia melakukan hal itu, jangan-jangan dia gadis semalam menjadi korban Gairah Tuan Rafa," pikir sekertaris yang bernama Sindi yang selalu mencuri kesempatan dalam kesempitan, untuk mendekati Rafa.

Jujur Sindi sangat berharap menjadi korban Gairah Bosnya. Membayankan bentuk tubuh kekar sang Bos, membuat tubuh gadis itu bergetar hebat, apalagi sampai membayankan bagian itu, bagian selalu menjadi kebanggan seorang pemuda ketika berada di atas ranjang.

"Bos… aku juga mau!" Sindi menggigit bibir bawahanya ketika mengatakan hal itu, seolah gairah dalam dirinya tiba-tiba memanas, ingin segera melampiaskan.

Namun, ia merasa bingun, tidak memiliki pasangan, karena kekasihnya pergi keluar negri. Tidak tau kapan akan kembali, ditinggalkan selama dua tahun bukanlah hal mudah bagi Sindi, sentuhan dan belaian, hingga permainan di atas ranjang selalu Sindi rindukan.

Rafa berjalan menuju kursi kebesarannya, sambil memegan wajah, yang telah mendapat dua kali pukulan dari Sera. Tidak pernah menduga jika Sera berani memukul wajahnya. Bahkan dengan langtang ia mengatakan jika ia tidak takut padanya.

Keunikan ini yang telah membuat Rafa, tergila-gila, hingga terobsesi ingin memiliki gadis itu. Bukan karena cinta, semata hanya kepuasan sesaat.

"Aku sangat yakin, cepat atau lambat, Sera akan segera bertekut lutut kepadaku, gadis itu tidak akan pernah bisa lari jauh dariku. Apa yang telah aku renggut darinya, tidak akan pernah di biarkan begitu saja…. Akh… mengingat kejadian semalam, membuat aku ingin kembali melakukannya."

Rafa menatap turun, ia bisa melihat celana kain di gunakan nampak mengetat, menandakan sang junior kembali menegan ingin mencari mansa baru agar hasrat dalam dirinya kembali di tuntaskan.

"Ah… aku tidak taha."

***

Sera tidak berhenti meneteskan air mata, semenjak masuk ke dalam taxi onlain telah di pesan sebelumnya. Hatinya terasa hancur, pilu menyelimuti hati, hingga pikiran membuat tubuhnya bergetar hebat.

Mengingat tentang kekasihnya berselingkuh, hingga kejadian di alami semalam, membuat gadis itu merasa hancur, sehancur-hancurnya.

Ingin berteriak, ingin meronta. Semua itu di tahan, karena saat ini ia masih berada di dalam mobil taxi.

Mungkin supir taxi berpikir, jika penumpannya mengalami satu hal, seperti putus cinta, atau melihat kekasihnya berselingkuh, itulah di dalam pikirannya tidak ingin mencapuri urusan orang lain membuatnya pokus melihat ke depan.

"Anda mau kemana Nona?" tanya supir taxi pelan, seolah tau dan mengerti dengan apa di alami penumpannya.

Mendengar pertanyaan supir taxi, membuat Sera mengusap air mata "Di simpan tiga depan sana Pak."

"Baik Nona."

TO BE CONTINUED