Aku meninggal kan keramaian pesta yang ada, dan lebih memilih duduk sendiri di taman.
Ya di belakang gedung pelaminan, ada taman kecil yang di pergunakan para tamu undangan untuk sekedar berfoto-foto atau beristirahat sebentar.
Saat aku ingin melangkah kan kaki ku ke arah taman kecil itu. Tiba-tiba pundak ku seperti ada yang menyentuh, dan itu membuat aku tersentak membalik kan badan.
" Ah, kamu Adrian, kamu disini, kenapa belom pulang, kamu ?" ucap ku sambil tersenyum seadanya.
" Aku belom pulang, kenapa kamu berada di sini, bukan nya kamu harus ada di keramaian pesta ya ? " ucap Adrian bertanya.
" Oh ya, ini aku cuma lagi bosan aja di dalam, jadi aku memutus kan untuk pergi sendiri di taman ini, kamu sendiri ngapain. Di sini ! " ucap ku menjawab pertanyaan Adrian.
" Di dalam rame banget, jadi terasa sedikit gerah aja, makanya aku lebih memilih di di taman ini juga untuk mencari udara segar" Adrian sembari memberi senyuman.
" Hem, soal bantuan perwalian kemarin, terima kasih ya !, kamu sudah menolong aku, berkat pertolongan kamu acara aku hari ini lancar " aku sedikit menunduk kan wajah ku.
" Ah, gak papa, bawahan menolong atasan nya, kita kan harus saling tolong menolong, hari ini aku bisa membantu kamu, mungkin kamu besok atau lusa yang membantu ku, kan kita tidak tau! " ucap Adrian sambil tersenyuman lebar.
Aku menatap dengan tatapan sendu kepada Adrian, karna tanpa sepetahuan Adrian aku masih menyimpan kesedihan.
Saat aku ingin melanjut kan percakapan ku ke pada Adrian, tiba-tiba tangan ku di tarik kasar oleh seorang pria.
" Pak Zidane kenapa tampak begitu marah? " ucap Adrian semakin memancing kemarahan.
Zidane semakin menggenggam erat tangan ku tampak terlihat oleh kedua bola mata Adrian.
" Kenapa tuan Adrian ?, apakah aku menggangu waktu kamu, bersama yang telah sah menjadi milik saya " ucap Zidane dengan tatapan tajam.
" Maaf, tuan Zidane, kami tadi tidak sengaja bertemu di taman ini, karna di dalam sedikit gerah jadi aku memutus kan untuk ke sini, bukan begitu ibu' Ranaya?" Adrian tersenyum tipis ke padaku. Tapi aku menunduk kan kepala ku.
Zidane menatap ke arah Adrian dengan tatapan begitu tajam.
Zidane tidak suka Adrian memberi senyuman nya kepada Ranaya.
" Kalo begitu saya permisi membawa istri saya masuk kedalam" Zidane menarik tangan ku
" Oh, ya its okay tuan Zidane, silah kan!!" Adrian agak sedikit mundur kebelakang satu langkah dan mempersilah Zidane berjalan lewat, yang kebetulan Ranaya ada tepat di samping Adrian.
Aku yang tak berdaya hanya bisa mengikuti langkah kaki Zidane.
Manohara yang sedari tadi belum pulang dari acara. Terus mencari-cari keberadaan Zidane. Manohara mantan Zidane yang selalu mengejar-ngejar Zidane. Dia tidak terima di putusin Zidane secara sepihak.
Zidane memutuskan Manohara karna Zidane beranggapan Manohara itu seperti perempuan murahan yang terus-terus mengejar Zidane, karna Zidane tak menyukai sifat yang di miliki Manohara terlalu agresif.
Coba jadi wanita itu jinak- jinak merpati mungkin lelaki seperti Zidane akan merasa penasaran dan akan mengejar nya.
Saat Zidane menarik tangan ku dengan kasar.
Denga mata lihai nya Manohara melihat dan langsung menghampiri ke arah Zidane.
"Kamu kemana aja, aku mencari-cari kamu di sekeliling ruangan ini, ternyata kamu di sini Zidane" ucap Manohara sambil berusaha melepas kan genggaman tangan Zidane dari tangan ku.
" Manohara, tolong kamu pergi dulu dari sini, karna ini hari pernikahan ku. Aku tidak ingin di ganggu, lagian semua para tamu undangan perlahan akan pulang" ucap Zidane seraya meninggal kan nya.
Manohara langsung menghentak kan kaki nya, dan mengepal tangan nya dengan kesal. karna dia merasa diri nya di usir dan tak terima diri nya di tinggal kan begitu saja.
Zidane membawa ku ke arah kamar pengantin yang telah di hias seindah mungkin.
Lalu Zidane menghempas kan tubuh ku ke atas tempat tidur.
Aku tak tau apa yang akan di lakukan nya terhadap ku, apakah Zidane ingin mengambil hak nya sebagai suami ? di tengah pesta yang masih berjalan.
Tampak Zidane menatap ku dengan sangat tajam.
Aku kembali menatap Zidane dengan tatapan bertanya-tanya dalam hati, apa arti dari tatapan itu.
Tiba - tiba Zidane menarik rambut ku yang telah di tata rapi sedemikian rapi nya.
Ternyata tebakan ku salah jika zidane ingin mengambil hak nya sebagai suami, malah sebalik nya berlaku kasar padaku.
Aku menjerit kesakitan di saat Zidane mencoba kembali menarik rambut ku, dan tangan satu nya lagi mencoba menyobek nyobek gaun yang ku pakai.
" Aku mohon jangan lakukan aku seperti ini, kamu membuat aku merasakan sakit" aku membuka suara di saat merasakan kesakitan.
Sebelum menikah Zidane kalo marah padaku tidak pernah sekasar ini. Jika dia marah atau merasa cemburu hanya terlihat wajah yang sangat menyimpan emosinya. Tanpa ada sedikit pun memainkan tangan nya.
Aku pun menangis tersedu-sedu.
" Hiks. Hiks. Hiks. Apa salah ku sampai kamu tega melakukan ini padaku, jika aku tau sifat kamu sekasar ini pada ku, aku tak mungkin ingin menikah dengan mu?!" aku menangis merasakan kesakitan.
" Kamu itu sudah sah menjadi milik ku, hanya milik ku itu yang pernah ku ucap kan dulu kepada mu !kamu yang telah memancing kemarahan ku, harus nya kamu pantas mendapat kan siksaan ini. Kalo dulu aku ingin melakukan itu kepada mu, aku belum ada hak sepenuhnya atas dirimu" Zidane berbisik di telinga ku.
" Aww. Lepas kan, kamu marah pada ku atas dasar apa? " Aku berteriak sebisa mungkin sambil berusaha melepas kan tangan Zidane dari rambut ku.
" Diam, jangan banyak bicara, jangan membuat kemarahan ku semakin tersulut. Apa kamu tidak tahu, kalo aku tidak menyukai kamu berduan dengan pria lain selain aku !! apa kamu tidak pernah mengerti itu sayang?!" Zidane semakin memperkuat cengkraman tangan yang berada di atas rambut ku.
"....Ak...u"
Di saat aku ingin menjelas kan kebersamaan ku bersama Adrian di taman tadi tanpa kesengajaan.
Tiba-tiba sebuah tangan melayang di pipi ku.
Plakkk!!!
Zidane menampar pipiku begitu sangat keras, sehingga membuat pipi ku tampak membiru.
Zidane yang tak ingin terima penjelasan apapun dari ku, membuat nya semakin tersulut api cemburu.
" Seharusnya nya kamu itu tau kamu itu sudah sah menjadi istri ku, bahkan sudah sah menjadi nyonya Anderson, sehingga lelaki manapun tak boleh mengagumi mu" ucap Zidane sambil melepas kan cengkraman tangan nya.
aku meringis kesakitan memegang pipi ku yang terasa sangat panas akibat tamparan Zidane. Apa ini Tuhan? kejutan apa ini? kenapa Zidane berubah? berubah hanya dalam hitungan jam. Aku masih melongo tidak percaya melihat sosok pria yang kini berada di hadapan ku, lelaki yang ku sebut suami ku tetapi menyiksaku bakal tawanan. "Hentikan airmata mu itu!! kau tidak ush berpura-pura merasa tersakiti, kau lah yang kurang ajar dengan suamimu ini hingga kau pantas mendapat ganjaran ini! " ucap Zidane dengan suara lantang nya membuat aku ketakutan