Chereads / Noktah Merah Muda Pernikahan / Chapter 25 - Pasta

Chapter 25 - Pasta

Koki rumah Fabio sudah menghidangkan banyak sekali jenis masakan. Semua tertata rapi di meja. Beberapa jenis alkohol juga disediakan sebagai pelengkap malam indah. Yoona segera bersiap menyambut suaminya yang akan kembali dari perjalanan bisnis itu.

"Nyonya Besar mulai tak waras rupanya, dia menyambut suami dan madunya yang pulang bulan madu," umpat seorang pembantu.

"Stt, jaga ucapanmu. Kau sudah bosan bekerja di sini?" sahut pembantu lainnya.

"Kau pikir Tuan Fabio benar-benar melakukan perjalanan bisnis dengan Nyonya Amanda?" jawabnya lagi.

"Sudah kukatakan diamlah, jangan membuat situasi menjadi rumit dengan omong kosongmu," balas yang lain lagi.

Suara hentakan high heels turun dari tangga, penampilan Yoona begitu menarik. Dress mini yang dia kenakan melekat apik ditubuh rampingnya. Riasan wajahnya yang menarik membuatnya seperti seorang dewi.

"Nyonya memang tak pernah gagal memoles make-up," batin pengawal.

"Apa gunanya pandai merias diri jika tak pernah mampu membuat Tuan Fabio memiliki keturunan," batin pengawal lainnya.

Tatapan sinis semua orang membuat Yoona terusik. Para pembantu dan pengawal rumah sudah tergila-gila pada Amanda yang selalu memperhatikan mereka, sehingga mereka tak sempat melirik Yoona lagi.

"Apa sudah siap, Bi?" tanya Yoona.

"Ah, sudah, Nyonya. Hanya perlu menyalakan lilin saja dan selesai," balas pembantu.

"Baiklah," sahut Yoona.

Dengan penuh kesabaran Yoona menantikan kedatangan Fabio yang masih dalam perjalanan. Amanda bersandar mesra dipundak suaminya yang sedang menyetir. Mereka kembali dengan mengedarai mobil berdua. Suasana intim keduanya begitu membuat Amanda nyaman.

"Setengah jam lagi akan sampai, tidurlah jika lelah," kata Fabio.

"Tidak. Aku harus menemanimu," jawab Amanda.

"Aku tak sabar ingin makan pasta, Sayang." ucap Fabio.

"Aish, aku mengerti. Begitu sampai aku akan langsung ke dapur untukmu." Amanda tersenyum melihat suaminya begitu menyukai pasta buatannya.

"Apa kau keberatan jika malam ini aku ... aku ...." Fabio ingin mengatakan jika dia akan tidur di kamar Yoona.

"Aku mengerti, tidurlah di kamarnya. Kita sudah bersama selama tiga hari dan kurasa ini bisa di mengerti," jawab Amanda tanpa memandang suaminya.

"Baiklah, kau langsung istirahat saja. Bisa buat pasta besok lagi," kata Fabio.

"Tak apa, aku akan buatkan jika memang kau yang inginkan," balas Amanda sedikit sinis.

Fabio tersenyum, tergambar jelas jika Amanda sedang cemburu pada Yoona. Dia tak rela suaminya berada di kamar istri pertamanya itu.

"Ayolah, Amanda. Kau harus tahu posisimu. Apapun perasaanmu dan seperti apapun, kau hanya istri kedua. Kau harus ingat dan bersikap sewajarnya jika tak ingin harga dirimu terluka," batin Amanda.

"Aku berjanji akan menghabiskan lebih banyak waktu lagi denganmu," kata Fabio.

Amanda mengangguk terpaksa. Hatinya memang tak rela, tapi dia tak bisa menghindari.

Dering ponsel Yoona berkali-kali terdengar. Louis menelpon untuk menanyakan keadaan Yoona. Dia khawatir wanita yang ia gilai itu kesepian seperti biasanya.

"Ada apa menelpon?" tanya Yoona.

"Ah, kau baik-baik saja?" tanya Louis.

"Tentu saja, aku di rumah menunggu suamiku kembali." Yoona menjelaskan dengan singkat.

"Oh, baiklah. Bersenang-senanglah dengannya. Besok kita bertemu saat makan siang," kata Louis.

Yoona kaget dengan pria yang selalu membuat janji mendadak itu. Belum sempat dia menolak dan membantah suara mobil Fabio sudah memasuki gerbang mansion mewahnya. Sorot lampu mobil itu menembus kaca dan tirai putih rumah itu.

Yoona meletakkan ponselnya dan berhambur keluar. Saat dia membuka pintu, Amanda tengah bergelayut manja di lengan suaminya itu. Senyum lebar di bibirnya rasanya sudah cukup menggambarkan bagaimana dia sedang sangat bahagia.

"Mandilah, aku akan membuat pasta," lirih Amanda.

Fabio mengangguk dan mengecup lembut kening Amanda di hadapan istri pertamanya. Saat keduanya menginjak lantai rumah, Yoona menyambut dengan menyilangkan tangannya di dada dan melihat sinis sepasang insan yang seperti sedang dimabuk cinta itu.

"Sudah sampai, Sayang," sambut Yoona dan dalam sekejap mata wajah seramnya menjadi ceria dan senyum palsu terukir di wajahnya.

Dia menyenggol Amanda dan segera memeluk lengan suaminya itu. Dengan wajah kesalnya, Amanda segera beranjak. Fabio memandang bingung punggung istri keduanya yang melangkah ke dapur itu.

"Apa kabarmu? Kau sepertinya banyak mabuk saat aku pergi," tanya Fabio.

"Aku pikir aku tak akan kesepian, nyatanya aku sangat kesepian, Sayang," jawab Yoona dengan nada manja.

Ekor mata Amanda melirik keduanya.

"Cih, membuatku mual saja," batin Amanda.

Hentakan keras pisau Amanda membuat Fabio merasa bersalah pada istri keduanya itu.

"Mengapa aku merasa bersalah padanya? Bukankah kita sudah bicara tadi?" batin Fabio.

"Ayo duduk. Aku meminta bibi masak banyak hari ini. Kita makan malam bersama," ajak Yoona.

Fabio merasa kaget, dia meminta Amanda membuatkan pasta sementara Yoona sudah menyiapkan banyak makanan di meja.

"Aku harus mandi dulu, badanku terasa lengket dan kurasa tak akan nyaman makan dengan keadaan seperti ini," jawab Fabio.

"Baiklah, masuklah. Aku akan menunggu di sini," balas Yoona.

Fabio melangkah pergi ke kamar Amanda. Semetara Yoona menghampiri madunya yang sibuk dengan menu pasta pesanan suaminya.

"Kau sedang cari muka?" sindir Yoona.

Amanda tak menjawab. Dia tak ingin menyulut emosi hatinya sendiri yang mudah terbakar.

"Kau masak pasta, Fabio ingin makan pasta?" tanya Yoona lagi.

"Hm," sahut Amanda singkat.

Dia selesai menyajikan pasta dalam piring dan segera pergi ke kamar dengan seporsi pastanya.

"Aish, awas saja jika Fabio tak makan makanan yang aku siapkan," umpat Yoona.

Amanda tak peduli dan meneruskan langkahnya. Saat dia masuk kamar Fabio tengah memilih kaos di lemari besarnya itu. Amanda segera meletakan nampan berisi piring itu di nakas dan membantu suaminya mengambil baju.

"Kau tak perlu melakukan ini, Sayang. Aku bisa ambil sendiri," kata Fabio.

"Tak masalah, pakai dan nikmati pastanya. Aku akan mandi dan langsung tidur. Aku tak ingin banyak memikirkan apa yang akan terjadi denganmu dan Yoona malam ini. Sehingga kau jangan memikirkan aku juga," jelas Amanda.

Kecupan lembut mendarat di pipi Fabio. Bekas lipstik istri keduanya itupun tampak begitu jelas di sana.

"Aku mencintaimu," bisik Amanda dan segera berlalu.

Fabio merasa terkoyak hatinya. Dia melihat sepiring pasta penuh daging di nampan itu yang begitu menggiurkan.

"Aish, aku merindukan makanan ini. Haruskah aku makan sekarang? Apa perutku tak akan pecah saat nanti di tambah makan malam dengan Yoona?" lirih Fabio.

Tiba-tiba teriakan dari kamar mandi mengusik perasaan bingung Fabio.

"Sayang, ambilkan handuk bersih di lemari." Amanda sengaja memerintah Fabio untuk mengulur waktunya bertemu Yoona.

"Baiklah," jawab Fabio dan segera mengantar handuk itu.

"Makan pastanya dan segera keluar. Jangan bersisa, hargai lelahku untuk menyiapkan itu," ancam Amanda.

Fabio mengangguk dengan kaku. Dia tak ingin mengecewakan Amanda, tapi di sisi lain dia juga tak ingin membuat Yoona menunggu lebih lama.

* * *