Rematan tangan itu membuat Amanda menoleh ke belakang. Seseorang yang amat dia rindukan muncul dengan wajah setengah gelisahnya.
"Kakak," lirih Amanda.
Diego melihat Amanda berjalan dengan seorang pria yang tak ia kenal dan dia mengikuti keduanya. Diego meyakini jika sorot mata pria yang menggandeng adiknya itu begitu tulus.
"Kau di sini?" tanya Diego.
"Ah, benar. Ada beberapa urusan yang harus di kerjakan," balas Amanda.
Fabio diam tanpa kata. Dia hanya tahu pasti itu kakak Amanda. Tapi Fabio tak mengenalnya.
"Siapa dia?" tanya Diego dan mengarahkan pandangan pada pria tampan yang masih setia mengenggam tangan adiknya itu.
Amanda tersenyum tipis. Dia bingung bagaimana dia akan menganggapnya.
"Aku suaminya," jawab Fabio tiba-tiba dan membuat Amanda kaget.
"Suami?" tanya Diego terkejut.
Fabio mengangguk.
"Amanda, jelaskan semua ini," desak Diego merasa tak percaya.
"Dia menikahku seminggu yang lalu, Kak. Kau tenang saja, kami saling mencintai," jawab Amanda.
Diego merasa ragu. Tak mungkin adiknya mencintai pria manapun setelah dia mendapatkan perlakuan buruk dari pria yang seharusnya menjaganya. Diego tahu benar jika Amanda sangat membenci lelaki manapun selain dirinya.
"Amanda, jangan katakan hal bodoh," kata Diego.
"Kakak, jangan khawatir. Aku mengatakan hal yang sebenarnya," jawab Amanda.
Diego tak mungkin memaksa Amanda menceritakan segalanya di tempat itu. Dia tak bisa mempermalukan adiknya dalam situasi ini. Lagi pula dia juga masih ada urusan lain.
"Aku harus pergi. Aku akan menemuimu nanti. Jaga dirimu baik-baik," ujar Diego sembari menatap sinis pada Fabio.
"Tentu saja, Kakak juga jaga diri baik-baik," balas Amanda.
Mereka berpisah dan Fabio segera membawa Amanda ke sebuah restoran sembari menunggu mobil mereka sampai. Sedari tadi tak ada yang mereka ucapkan. Amanda tampak diam dan Fabio tak ingin merusak suasana hati istrinya itu.
"Sejak kapan aku berubah menjadi pria penyabar seperti ini?" batin Fabio yang tak menyangka dirinya bisa menjadi pria yang begitu sabar seperti saat ini.
Saat bersama Yoona, Fabio tak pernah bisa menahan hal-hal seperti ini dan pasti akan langsung menanyakan apa yang terjadi dan apa yang sedang menganggu. Tapi kali ini Fabio bisa menahan diri untuk tak bertanya.
"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku bisa bicara dan menjelaskan semua pada kakakku nanti," ujar Amanda yang justru mengkhawatirkan Fabio.
"Bukan tentang itu. Aku juga baik-baik saja. Justru aku khawatir akan dirimu," jawab Fabio.
Amanda tersenyum manis. Dia merasa begitu tersentuh ada yang mengkhawatirkan dirinya setelah beberapa saat dia merasa sendiri dan tak memiliki tempat bersandar.
"Terima kasih, kau mengkhawatirkan aku," balas Amanda.
Fabio mencairkan suasana dengan semangkok es krim yang ia pesan siang itu. Dengan penuh perhatian Fabio menyuapkan es krim itu ke mulut istri keduanya.
"Apa enak?" tanya Fabio.
"Tentu saja," balas Amanda dengan suara yang manja.
Fabio tersenyum melihat suasana keduanya bisa sedikit lebih baik setelah kecanggungan yang tadi terjadi.
"Boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Amanda.
Fabio menghentikan suapannya.
"Katakan," jawab Fabio.
"Diego adalah kakak kandungku. Dia dan ibu adalah dua orang yang begitu penting untukku. Dia selalu melindungi aku dari apapun. Tapi sejak setahun terakhir hubungannya dengan ayahku memburuk. Dia berusaha membawaku dan ibu pergi dari ayah tapi tak pernah berhasil dan membuat ayah terus saja murka." Amanda menceritakan segalanya.
"Dia bekerja sekarang?" tanya Fabio.
"Entahlah, aku tak pernah tahu apa yang dia kerjakan. Dia selalu memberiku uang saat kami bertemu. Dia begitu menyayangiku dan sebelum malam aku menemuimu, dia berusaha membawaku pergi dari ayah." Sambung Amanda membeberkan semua.
Fabio meraih tangan istrinya itu dan mengenggamnya erat.
"Aku akan minta orangku merekrut kakakmu agar pekerjaannya lebih baik," kata Fabio.
"Ah, tak perlu. Dia bukan orang yang mudah dirangkul. Dia teguh pendirian dan memiliki prinsip yang begitu kuat. Lagi pula pernikahan kita hanya setahun. Kurasa berlebihan jika Diego harus masuk dalam lingkaran ini. Aku sudah berjanji akan segera menyudahi semuanya," jawab Amanda.
Fabio meremat tangan Amanda. Dia tak setuju dengan perkataan Amanda tentang pernikahan keduanya.
"Bagaimana jika aku tak bisa melepaskanmu?" tanya Fabio.
Amanda begitu terkejut. Dia tak menyangka jika pria itu benar-benar mencintainya. Hanya saja dia tak ingin banyak berharap.
"Jangan membuatku merasa betah bersamamu. Pasti menyakitkan jika aku jatuh terlalu dalam," jawab Amanda.
"Tidak, Sayang. Aku akan pastikan. Kita akan bersama selamanya," kata Fabio.
Amanda memalingkan wajahnya. Memandang wajah penuh cinta Fabio membuatnya semakin lemah dan serasa ingin memeluknya.
"Bagaimana bisa kau membuatku seperti ini? Mengapa aku tak berdaya seperti saat ini?" batin Amanda.
Tak lama mobil sudah siap di depan restoran dan Fabio segera membawa istrinya itu menuju hotel. Fabio sengaja memboking hotel dengan fasilitas mewah agar istrinya itu nyaman.
"Mengapa kita tak pernah selesai dengan segel ini?" tanya Amanda.
"Karena aku ingin melakukannya dengan cinta," jawab Fabio.
"Omong kosong. Bukankah seharusnya sudah terjadi semalam?" tanya Amanda.
"Semalam? Semalam aku terlalu mabuk untuk melakukannya. Malam ini aku akan menagihnya," canda Fabio.
Amanda tersenyum. Saat ini tak ada lagi beban di hatinya yang mengganjal. Dia hanya perlu segera hamil dan semua selesai.
"Mungkin dengan hamil aku bisa lepas dari perasaan berlebihan yang aku rasakan," batin Amanda.
"Sayang, bukankah kita berjanji tak akan membahas waktu setahun ini? Kita berjanji akan menikmati semuanya bukan?" tanya Fabio.
"Kau benar. Semua akan menjadi rahasia hati kita. Bagiku perjanjian kontrak itu akan menjadi rem agar aku tak jatuh lebih dalam lagi," jawab Amanda.
Perasaan mereka sudah saling berbalas. Hanya saja dia bagi Amanda dia tetap harus menjaga dirinya agar tetap waras dan siap menerima apapun keputusan akhirnya nanti.
"Hari ini ada jadwal meeting sore. Aku akan meninggalkanmu sebentar di kamar hotel. Istirahat saja di dalam," ujar Fabio.
"Baiklah," jawab Amanda.
* * *
Di sisi lain Yoona berusaha menghubungi suaminya karena merasa khawatir. Dia ingin membayangi Fabio yang tengah pergi dengan istri keduanya.
"Aish, mengapa tak bisa tersambung dari tadi?" tanya Yoona pada ponselnya.
Dia sudah seperti orang gila yang gelisah.
"Aish. Mengapa semua ini terjadi padaku. Mengapa aku menyetujui pernikahan ini jika sebenarnya aku tak pernah siap dengan keadaan ini?" batin Yoona merutuki dirinya.
Dia kepalang emosi karena tak bisa menelpon, Yoona menuju dapur dan mendengar percakapan para pengawal dan pembantu rumah itu.
Banyak dari mereka yang mengeluh tentang rasa rindu terhadap masakan Amanda.
"Biasanya Nyonya Muda sudah memasak makan siang untuk kita. Dan karena dia ikut Tuan Muda kita tak dapat jatah makan," keluh seorang pengawal.
Perkataan mereka membuat hati Yoona terusik. Dia merasa tak di anggap bahkan oleh pembantu dan pengawalnya.
"Noktah itu membuatku semakin buruk," umpat Yoona.
Dia berpikir untuk keluar membuang penat setelah ucapan para pengawal membuatnya terabaikan.
* * *