Sinar pagi menyinari badan Mila. Tidak begitu terang tetapi cukup membuat mata Mila berkedip karena angin di sekitarnya juga berhembus dengan kencang.
"Ih kok dingin banget sih," ucap Mila sembari mengucek matanya.
Tapi ketika berguling ke kiri. Dia langsung terjatuh.
Brakk.
"Aww," ringis Mila.
Mila langsung membuka matanya ketika terjatuh dan tangan Mila reflek mengelus kepalanya yang terbentur pinggiran kursi taman.
"Kok bisa bisanya gua ketiduran di sini ya ampun, mana jatoh lagi. Kan kepalanya jadi sakit sekarang," ucap Mila sembari mengelus kepalanya yang masih terasa nyeri.
Mila pun segera berdiri dan sedikit memberikan tubuhnya yang terkena kotoran akibat tadi terjatuh.
Mila lalu berjalan masuk kembali ke dalam rumah. Mila berjalan sembari terus mengusap kepalanya.
"Emang ya gua tuh kaya sebatang kara," ucap Mila.
Sesampainya dia di dalam kamar miliknya. Mila dengan cepat mandi dan bersiap pergi ke sekolah.
Kali ini dia tidak pergi ke dapur melainkan kini Mila langsung berjalan keluar dari rumah untuk membeli bubur.
Mila melajukan sepedanya dengan kecepatan sedang. Karena dia ingin menghirup udara pagi yang sangat menyegarkan.
"Abang. Aku mau bubur ga. Makan di sini aja ya," seru Mila ketika dia baru saja sampai di depan gerobak Abang penjual bubur.
Abang penjual bubur pun segera melihat ke arah Mila, "Loh kok makan di sini. Engga di bawa aja kaya kemarin?" tanya Abang penjual bubur dengan ekspresi wajah pemasaran.
"Takut kaya kemarin. Buburnya di bungkus dan di bawa ke sekolah eh tahunya lupa engga di makan. Untungnya pas istirahat buburnya belum mencair jadi aku bisa makan deh," balas Mila sembari berjalan menuju tempat duduk yang ada di samping gerobak.
"Tapi bang. Buburnya enak banget ya ampun. Abang yang buatnya jago banget," seru Mila sembari tersenyum ramah.
"Bisa aja neng ini. Buburnya kaya kemarin kan?" tanya Abang penjual bubur.
Mila tentu saja menganggukkan kepalanya, "Iyaa bang jangan lupa sambal cabenya yang banyak," balas Mila.
"Siap neng. Tapi neng makan sambel ini banyak banyak amengga sakit perut? Apalagi ini kan masih pagi," tanya Abang penjual bubur sembari membuat pesanan bubur untuk Mila.
"Engga lah bang. Perut aku mah udah kuat," balas Mila.
Abang penjual bubur pun hanya menganggukkan kepalanya dan segera memberikan mangskuk berisi bubur yang masih panas kepada Mila.
"Nih neng bubur ayam dengan ekstra ayam dan sambal buat neng manis," ucap Abang penjual bubru sembari memberikan mangkuk berisi bubur kepada Mila.
Mila pun dengan senang hati menerima mangkuk itu. Mila lalu makan dengan sangat lahap karena dia ingin cepat cepat pergi ke sekolah.
Setelah memakan bubur itu sampai habis. Mila segera membayar bubur tersebut kepada Abang penjual bubur.
"Makasih ya bang," ucap Mila.
"Sama sama. Neng juga hati-hati di jalan," seru Abang penjual bubur.
Mila menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil, "Siap bang," balas Mila.
Mila lalu segera menaiki sepeda miliknya dan Mila langsung melajukan sepedanya melewati jalan jalan yang begitu banyak motor dan mobil berlalu lalang.
Dan tidak butuh waktu yang lama. Mila akhirnya tiba di gerbang sekolah. Mila terlebih dahulu membunyikan bel sepeda miliknya.
Kring kring.
"Pagi pak satpam," sapa Mila sembari tersenyum ramah.
"Pagi juga neng. Berangkat pagi lagi neng?" tanya bapak satpam.
Mila menganggukkan kepalanya, "Iya nih. Aku kan rajin jadi berangkat pagi. Yaudah kalau gitu aku masuk dulu ya pak," ucap Mila.
"Iya neng silahkan," balas bapak satpam.
Mila pun segera melajukan kembali sepedanya menuju tempat penitipan sepeda. Namun lagi-lagi tempat penitipan sepeda masih kosong.
Dan lagi tempat penitipan motor dan mobil juga masih sepi. Tentu saja sepi karena memang saat itu masih pagi sekali.
Setelah turun dari sepeda. Mila langsung berjalan perlahan menuju kelas IPS 3 yaitu kelasnya.
Selama berjalan. Mila memperhatikan setiap bangunan yang ada karena bangunan itu masih tampak sangat asing padahal Mila kemarin sudah berkeliling. Ya walaupun masih sebagian saja yang dia putari.
Sesampainya Mila di kelas. Mila langsung duduk di bangkunya menunggu teman-teman yang belum datang.
"Yah masih kosong banget. Apa gua kepagian ya. Tapi kalau lebih siang. Nanti banyak orang yang datang. Tapi kan gua udah make up. Tapi yaudah lah nanti aja," ucap Mila.
"Lagian ya lu Mila, banyak tapi tapinya dasar," uca Mila kepada dirinya sendiri.
Mila pun akhirnya menelungkukan kepalanya di sela sela tangan. Mila menghela nafasnya karena merasa kesepian.
Tapi tiba-tiba saja kantuk datang membuat Mila menutup matanya dan tertidur di kelas pagi itu.
Setelah beberapa menit teman-teman kelas Mila berdatang satu demi satu. Tetapi tidak ada yang mau untuk membangunkan Mila yang sudah tertidur begitu lelapnya.
Mereka seperti tahu kalau Mila sangat mengantuk jadi mereka membiarkannya begitu saja.
Tidak berapa lama kemudian Cika, Salwa, dan Sinta pun berjalan masuk ke dalam kelas. Mereka bertiga terkejut karena melihat Mila yang sudah tertidur dengan begitu lelapnya.
"Eh si Mila tidur tuh," ucap Salwa.
"Iyaa gua juga bisa lihat," balas Cika.
"Tapi kayanya ngantuk banget gitu dia. Apa jangan jangan dia engga bisa tidur ya?" tanya Sinta kepada Salwa dan Cika.
"Kayanya yaudah kita biarin aja dulu. Nanti kalau bel udah bunyi baru kita bangunin si Mila," balas Cika.
Sinta dan Salwa pun menganggukkan kepalanya. Tetapi mata Cika yang sedang memperhatikan kelas pun tidak sengaja berteku dengan mata Ucup.
"Eh Ucup ini si Mila dari tadi tidurnya?" tanya Cika kepada Ucup dengan nada suara yang terdengar kesal.
Ucup menggidikkan bahunya, "Mana gua tahu. Lagian dia udah tidur pas tadi gua datang," balas Ucup.
Mendengar balasan Ucup Cika pun menghelas nafasnya. Lalu dia dengan iseng menepuk kepala Mila bermaksud untuk membuat Mila jadi lebih terlelap.
Tapi tiba-tiba saja Mila terbangun sembari meringis kesakitan di tambah tangannya mengelus bagian yang tadi di tepuk oleh Cika.
Mila yang terbangun seperti itu membuat Cika terkejut.
"Eh Mila kenapa?" tanya Cika dengan nada suara terkejut.
Salwa dan Sinta yang mendengar nada suara Cika yang terkejut pun segera membalikkan badannya.
Mila dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Ah engga apa-apa cuman kepalanya aja lagi sakit jadi pas di tepuk sama lu jadi nyer dikit," balas Mila.
"Mana coba lihat kepalanya yang sakit?" tanya Sinta dengan cepat.
Mila pun menunjuk bagian kepalanya yang terasa sakit kepada teman-temannya. Cika yang melihat itu pun menatap ke arah Mila dengan tatapan bersalah.
"Mila maafin gua. Tadi nepuknya kekencangan ya. Sampai biru gitu. Maaf sekali lagi," ucap Cika dengan ekspresi wajah bersalah.
Mila yang melihat ekspresi wajah Cika pun segera mengelus tangan Cika.
"Ih bukan salah lu kok kan tadi lu nepuk pelan pelan banget. Kepala gua biru itu gara-gara tadi pagi gua kepentok kursi taman," balas Mila.
"Lu pagi-pagi kenapa sampai kepentok kursi taman Mila?" tanya Sinta.