'Sepertinya aku harus minta maaf sama Adit perihal kebohonganku. Tapi tuh anak mana ya?' tanya Rena lalu mencari keberadaan Adit.
Ia lalu teringat jika sepagi ini sebelum jam belajar, Adit memilih ke basecamp-nya. Saat Rena melangkahkan kaki, kembali ia tersadar.
'Tapi basecamp yang mana? Adit 'kan punya banyak organisasi' tanya kembali Rena dalam hati.
Rena hampir saja pergi mencari Adit tanpa tujuan jelas. Adit memang mempunyai banyak organisasi dan sudah pasti tempat basecampnya berbeda-beda.
Akhirnya Rena mengurungkan niatnya untuk mencarinya. Ia kembali berjalan ke ruang kelas saja.
Di depan kelasnya ternyata Ica telah berada disana juga. Ica sedang berdiri sembari membagi-bagikan semacam undangan ke teman-teman yang lewat.
"Hei gaes jangan lupa datang ya di pesta ulang tahunku. Di tunggu kalian semua," seru Ica sembari memberikan undangannya itu ke teman-teman lain yang lewat.
'Undangan ultah? Gue yang lewat di depannya dikasih saja tanpa ucapan. Dasar anak sombong' jengkel Rena dalam hatinya.
Tadi saat Rena melewati Ica, ketua kelasnya itu hanya mengulurkan undangan. Bahkan seakan sikap Ica terlihat tidak ikhlas memberikan pada Rena. Untungnya Rena langung mengambilnya lalu terduduk di kursinya.
"Wihh ada Dj Glo di acara lu, Ica? Sumpah gue ngefans sama dia," suara heboh diambang pintu kelas terdengar begitu antusias mendapatkan undangan dari Ica.
"Iya dong. Pokoknya lu semua wajib datang di acara gue,"
"Lu tenang saja. By the way, lu undang Adit juga 'kan?"
Dari tempat duduknya, Rena langsung memutar bola matanya dengan malas. Ia mendengar suara yang tidak asing.
"Hadeh, itu pasti sih Ira centil,"
Rena pun memilih ke depan kelas sekedar memastikan. Dan benar saja, disana ada Ira, Suci dan beberapa teman lainnya yang baru datang.
"Lu tenang saja, Ira. Semua teman kelas gue undang. Kalau perlu semua satu sekolah gue undang. Emm… sayangnya lokasinya sempit sih, jadinya undang sekelas doang. Tapi tenang saja gaes, acaraku ini acara bintang lima," jelas Ica dengan gayanya yang angkuh.
'Dasar sombong!'gerutu Rena.
Daripada ia mendengar segala kesombongan Ica, ia memilih kembali menepi ke tempat duduknya. Tidak ada teman terbaik tempat Rena mencurahkan segala kejengkelannya selain ke teman duduknya si Sury. Baru saja Rena menunggu kehadiran teman duduknya itu, kini Sury telah menampakkan batang hidungnya.
Sury yang belum sempat terduduk langsung mendapatkan cubitan dari Rena.
"Rasain nih cubitanku untuk orang sombong macam dia" gerutu Rena dan membuat Sury menjadi kebingungan. Lalu pada akhirnya ia mulai sadar dan tertawa lepas.
"Lu kalau berani, langsung cubit saja orangnya," kata Sury sambil menarik tangan Rena berjalan ke depan kelas.
Sontak Rena langsung menarik tangannya.
"Gak seberani itu juga, Sury!" panik Rena.
Saling tarik ulur membuat Rena dan Sury tidak sadar sudah berada diambang pintu kelas. Disana ia mendapati Adit dan Revan dihampiri Ica.
"Ini undangan buat kalian. Jangan lupa datang ke acara ultahku,"
"Yuhuu... Makan-makan dong kita. Kapan acaramu, Ica?" tanya Revan bersemangat.
"Besok malam," jawab Ica dengan kilat.
"Thanks undangannya, Ica," sahut Adit. Ia kemudian menuju masuk ke kelas namun Ica tiba-tiba menghalangi.
"Eh bentar Adit. Boleh mintol gak?" tanya Ica. Adit menaikkan alisnya dan menatap Ica.
"Apa?"
"Aku mau di acaraku nanti kita duet. Soalnya suaramu enak. Gue jago nyanyi juga,"
Ira yang tadinya asyik bercerita dengan orang lain langsung menolehkan pandangannya ke Ica karena tak terima ada yang menganggu pangeran tampannya. Ya, Ira menamai Adit dengan sebutan pangeran tampan.
"Wah, lu maksudnya apa? Lu mau ambil pangeran tampan gue? Gak bisa! Jangan ambil kesempatanlah, Ica!"
"Apasih kamu! Lagian 'kan tau sendiri timku yang menang waktu lomba juara 1. Yang vokalis siapa? Aku 'kan? Lagian kamu mau aku melarangmu ke acaraku? Yakin lu gak mau ketemu sama disk joki Kak Glo?" tanya Ica dengan seringai wajah angkuhnya.
"Eh jangan dong! Kapan lagi bisa foto sama disk joki Kak Glo," ujar Ira memelas.
"Nah gitu dong," kata Ica terlihat puas. Ia lalu melihat ke Adit yang ternyata malah berjalan masuk ke kelas.
"Mau ya, Adit?" tanya Ica mengekori Adit.
"Iya," kata Adit singkat.
Disana Adt terduduk. Melihat Adit yang masih duduk sendiri tanpa teman laki-laki, Rena menghampirinya. Bangku merea tidak berjauhan. Hanya ada satu bangku yang menghalanginya disamping sana.
"Adit?"
"Ya?"
Rena menelan salivanya. Sikap dingin Adit membuatnya kebingungan.
"Em… kamu marahkah sama aku gara-gara kejadian lusa kemarin?" tanya Rena berhati-hati.
"Oh tidaklah. Memangnya ada apa Rena?"
Rena menghela nafas. Akhirnya ia melihat Adit sudah bersikap wajar padanya.
"Aku mau bilang sesuatu, tapi jangan disini. Ada hal yang mau aku jelaskan perihal alamat rumahku," ujar Rena begitu pelan.
"Hah?" Adit mengangga mendengar penuturan Rena.
Sementara Rena langsung tersenyum getir.
"Ya sudah, nanti saja kalau kegiatan ekskul sudah beres," kata Adit lalu keluar kelas.
***
"Kak Tari, kita kumpulnya dimana yaa?" tanya Rena saat sudah berada di depan kantor unit kesiswaan.
"Langsung ke pandopo samping ruang BK, Dek. Yang lain sudah menunggu juga."
Rena pun langsung berjalan ke tempat yang dimaksud. Hari ini adalah hari pertamanya memulai organisasi devisi olaharaga dan kesenian, Mereka menyingkatnya dengan istilah organisasi orkes.
Jadwal hari ini adalah pembekalan untuk para calon anggota baru. Sesampainya disana, Rena melihat beberapa teman-temannya yang lain. Ada sekitar sepuluh orang di dalam ruangan tersebut. Namun diantara mereka Rena belum melihat ada Adit.
Baru saja Rena terduduk, tiba-tiba dari luar sudah ada yang memberikan salam dengan suara yang begitu lantang.
"Semangat siang adik-adik semua." Sapa lah satu kakak kelas yang ternyata adalah panitia organisasi orkes.
"Pagi, Kak," ujar semuanya di dalam sana.
"Salam, Kak. Maaf kami telat," sahutan suara diambang pintu membuat semuanya mengarahkan tatapan kesana. Adit dan Ica ternyata berada disana. Ica langsung saja masuk, hanya Adit yang memberikan salam.
"Silahkan masuk, Dek,"
Rena yang terduduk dibangku depan, mengernyitkan dahi melihat kedatangan Ica. Berbagai pertanyaan terlintas diotaknya.
'Ica juga ikut orkes juga? Tujuannya apa coba?' batin Rena disana.
Setelah dua jam pembekalan, Rena dan seluruh siswa yang akan masuk sebagai anggota orkes kini pada akhinya telah resmi menjadi bagian dari salah satu organisasi sekolah tersebut. Seperti janji sebelumnya, Rena akan meminta maaf ke Adit slepas kegiatan ppembekalan.
"Adit-Adit!" panggil Rena saat Adit terlihat berjalan cepat disana bersama teman lainnya.
Mendengar suara pangglan Rena, Adit pun berbalik badan dan berjalan ke arahnya.
"Apa, Rena?" tanya Adit. Lalu sesaat ia mengingatnya.
"Oh, yang tadi kan? Lu mau minta maaf apa?" tanya Adit setelah mengingat maksud dari Rena.
"Ekhm!" deheman Ica mengurungkan niat Rena berbicara. Ica tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua. Rena tidak mungkin mengungkapkan kata maafnya ketika didengar oleh orang lain, apalai orang macam Ica.
"Adit, temani aku cari gitar untuk acaraku besok, dong." Pinta Ica dengan manja.
"Aduh sorry Ica, gak bisa. Suruh saja orang di rumahmu yang temani lu. Lagian gue sama Rena juga mau bicara," kata Adit menolak permintaan Ica.
Ica langsung menatap sinis ke Rena.
TO BE CONTINUED