Chereads / Sweet cheating (BL) / Chapter 52 - Quinquaginta duo

Chapter 52 - Quinquaginta duo

Calvin masih setia menepuk- nepuk pelan pipi Niko, membangunkan little babynya penuh ekstra sabar. Karena ini sudah lebih dari 5 menit Calvin berusaha untuk membangunkannya. Tetapi, sepertinya Niko memang cocok mendapat gelar putri tidur.

Mata Calvin melirik ke atas, ia melihat Cairan infus yang mulai berkurang. Tetesan terkahir hanya tersisa beberapa kali saja. Calvin yang ceketan segera menggantinya dengan Cairan yang baru. Waktu Calvin sudah selesai menggantikan Cairan infusnya itu, Niko mulai memberikan tanda pergerakan. Sepertinya Niko mulai bangun dari alam mimpi bawah sadarnya.

Calvin tersenyum, dia mendekatkan dirinya di bibir ranjang kemudian duduk di samping Niko yang masih berbaring di atas sana. Calvin mengelus pucuk rambut Niko, di lanjutkan dengan kecupan manis di bibirnya. Calvin melakukanya berulang-ulang dan itu sebagai tanda ciuman di pagi hari, pikir Calvin begitu.

Ketika Calvin mendaratkan ciuman di bibir sang kekasih, Ternyata hal itu membuat Niko terbangun. Niko membuka matanya perlahan, dia merasa ada sesuatu yang lembut menempel dengan bibirnya. Niko mendapati Calvin yang tengah menciumnya.

"Calvin," panggil Niko dengan suaranya yang pelan.

Calvin berhenti dengan kegiatanya yang tadi asik mencium bibir Niko. Suara Niko yang mungkin terdengar kecil di telinganya itu, mulai menatap Niko yang tengah memperhatikanya.

"Sayang, udah bangun ternyata," kata Calvin.

Niko mengangguk kepalanya," dari tadi," jawabnya.

"Morning kiss," ucap Calvin dan kembali mengecup bibirnya sepintas. Sementara Niko, dia cuma tersenyum dan membiarkan Calvin kembali melakukanya. Kemudian Calvin merapikan anak rambut Niko yang menutupi matanya. Dia melakukanya dengan telaten, semua yang di lakukanya itu demi Niko kesayangan Calvin.

"Calvin," panggil Niko membuat Calvin menoleh ke arahnya.

"Hum?" Calvin menatap Niko.

"duduk ." kata Niko. Calvin langsung mengerti. Dia menaruh bantal di belakang punggungnya buat penyangga. kemudian membantu Niko mengangkat tubuhnya supaya terduduk di atas kasur.

"Niko, mau apa lagi sayang?" tanya Calvin lembut dan masih duduk di samping Niko.

"Aku, mau kamu," Niko menggoda Calvin, dan tentu saja Calvin belum menyadari itu. Namun, sesaat Calvin paham akan maksud dari perkataan Niko. Bibir tebalnya kini melengkung dan membentuk senyuman. Ternyata Niko bisa banget membuat Calvin jadi tersipu.

Niko mengaduh sakit sewaktu Calvin menarik hidungnya, meskipun itu pelan. Sang empu memberikan tanda ke tidak sukaanya itu. Padahal jauh di lubuk hatinya dia sangat menyukainya.

"Awkh…" Niko mengelus hidungnya yang sekarang berubah menjadi warna merah karena ulah Calvin. Dia menatap kesal ke arah Calvin sambil memanyunkan bibirnya.

"Sakitt," kata Niko dengan suara berangnya yang terdengar sangat lucu di telinga Calvin.

"Kamu gemesin," Calvin memainkan pipi gembulnya yang sengaja di cembungkan. Setelah itu Calvin mengecup Bibir Niko membuat mereka sama-sama tersenyum.

"Muachhh,"

"Ahhh," Niko mendesah membuat Calvin terbelalak dan spontan mencubit hidung kecilnya.

"Kok, nakal sih?"

"Sengaja, hehe," Calvin menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya tampak mengelus rambutnya dengan sayang.

"Mau di elus elus lagi," Suaranya terdengar manja dan tak melepas tatapanya dari Calvin.

"Iya, sayang. Sini aku elusin kepalanya ya." Niko mengangguk kepalanya, lalu membiarkan Calvin mengelusnya.

"Calvin, Niko laper," cicitnya.

"Mau makan bubur?" Mata Niko berbinar saat mendengar kata bubur, Dengan cepat Niko menganggukan kepalanya. Calvin tak bisa menyembunyikan senyum kecilnya, dia langsung mengambil semangkuk bubur yang tadi dia letakkan di atas nampan beserta segelas susu rasa Vanila.

"Wah! Kamu buatin aku susu juga?" Pandanganya tak lepas pada susu putih di dalam gelas besar.

"Mau itu," tunjuk Niko. Sudah seperti melihat uang jatuh dari atas langit, begitulah Niko ketika dia melihat sesuatu yang menurutnya dia sangat suka.

"Iya, sayang," jawab Calvin. Calvin menuruti kemauan little babynya kemudian memberikan segelas susu itu untuk Niko.

Niko langsung menghabiskan susu putih itu tanpa terisa, mungkin jika di lihat tinggal seperempat dari setengahnya. Sudut bibir Niko menjadi celemotan gara-gara minumnya terburu-buru. Calvin yang melihat itu, mengusap sudut bibirnya menggunakan ibu jarinya.

"Pelan- pelan sayang. Kamu, kayak anak kecil ih." Calvin mengambil gelas yang ada di tangan Niko dan menaruhnya kembali di atas nampan.

Niko terkekeh kecil, dan menjadi malu. Tetapi dia suka di perhatikan begitu sama Calvin. Berarti Calvin memang sangat menyayangi dan peduli sama dia.

"Susunya enak hehe," katanya membuat Calvin mengelus dada. Namun, siapa menyangka? Sifat Niko yang itu lah membuat Calvin semakin larut dalam cintanya.

"Aaa" Niko membuka mulutnya, Calvin menyendokkan sesendok bubur dan masuk ke dalam mulut Niko. Niko tertegun," enak banget," batin Niko senang. Calvin yang melihat Niko berhenti, menjadi heran dan mulai bertanya sama Niko.

"Ada, apa sayang?" tanyanya.

"Um, ini Calvin beli?" tanya Niko balik.

"Nggak, lah. Ini aku sendiri yang buat. Kamu suka?" Niko mengangguk kemudian meminta Calvin untuk memberikanya beberapa suap.

"Di habiskan ya," kata Calvin.

"Iya, ayang. Makasih muachh" Niko mencium bibir Calvin, membuat Calvin sedikit kaget akan hal itu. Tetapi, Calvin ikut membalas ciuman tersebut.

"Calvin," panggil Niko.

" hum," sahutnya dan masih menyuapi Niko.

"Kamu gak kuliah?" Calvin menggeleng, tentu saja tidak. Kalau saja Calvin berangkat ke kampus, lalu siapa yang akan menjaga Niko? Calvin tidak akan setega itu meninggalkan kekasihnya yang sedang sakit.

"Kenapa? Pasti gara-gara aku," Calvin mengangguk, sembari tersenyum. Mengiyakan ucapan Niko barusan.

"Maaf," lirihnya sambil menundukkan kepala. Niko merasa bersalah, andai saja dia tidak sakit. Mungkin saja sekarang Calvin tidak akan tertinggal banyak materi yang di suguhkan dosen.

Calvin mengangkat dagu Niko, membuat pemuda tampan itu mulai menatap wajah kekasihnya. Matanya di genangi oleh air yang sekali kedip saja sudah membuatnya lumer di pipi. Calvin memberikan ciuman sekali lagi pada bibir manis Niko.

"Kenapa, minta maaf? Kamu nggak salah sayang. Ini, semua salahku. Kamu seperti ini, itu karena aku. Jadi, kamu jangan menyalahkan dirimu ya sayang," ucapnya dengan suara lembut. Kenapa Niko merasa bodoh, karena telah bermain api di belakang Calvin. Calvin adalah pria baik, penyayang yang baru Niko temui. Jujur saja Niko cemburu karena Calvin masih menjadi kekasihnya Keyla saat ini. Hubungan mereka hanya bayang-bayang yang tak pernah bisa diharapkan lagi.. Bisa saja setelah Calvin mengatakan hal itu, dia pergi meninggalkan Niko. Dan memulai hidupnya bersama keyla atau bisa saja orang lain.

"Maaf vin," kata Niko dan suaranya melemah. Niko tak kuasa membendung air matanya yang kini mulai menitik jatuh di bawah sana.

Calvin tersenyum, dia mengangguk kepalanya pelan. Sebenarnya Calvin belum memaafkan Niko sepenuhnya. Tetapi, Calvin tak mau memperpanjang masalah. Lagi pula, Calvin juga siap mendengarkan pernyataan langsung dari Niko. Mungkin tidak sekarang tapi, nanti.

"Kamu, nggak usah mikir aneh-aneh. Udah, sekarang makan lagi ya," Calvin mengelus pipi Niko sembari membantu menyeka air mata Niko yang sudah menetes membasahi pipinya. Bibir Niko tersenyum, dia mengangguk lalu membuka mulutnya untuk suapan terakhir.

Suara dering ponsel yang begetar dekat stop kontak membuat pandangan mereka berdua sama-sama teralihkan. Panggilan itu berdering dua kali tetapi, Calvin enggan untuk mengangkatnya. Niko yang melihat Calvin membiarkanya saja, menjadi heran.

"Kenapa, nggak di angkat?" tanya Niko.

Calvin menggeleng pelan, dia hanya sibuk mengelap bekas makan yang tersisa di mulut Niko.

"Calvin," panggil Niko yang mulai merasa jengah karena Calvin tidak menjawabnya. Hanya membalasnya dengan bahasa tubuh.

"Calvin," Niko menyentuh lengan Calvin.

"Apa, sayang?"

Calvin mulai menatap Niko, kedua sisi tangannya kini tampak mengungkung tubuh Niko, mereka saling memandang. Tatapan Calvin seolah mengunci pergerakan Niko.

"Muach," Bibirnya sengaja di tabrakan dengan pelan dengan bibir Niko. Ini sudah kesekian kalinya Calvin mencium bibirnya. Sudah tidak bisa di hitung dengan jari saking banyaknya.

Niko mendengus, bukannya tidak suka. Tapi, Niko merasa kesal saat Niko serius bertanya. Malah Calvin menganggapnya biasa.

"Jangan di cium terus!"

"Mending, kamu angkat telfonnya." Niko menyuruh Calvin, sambil mendorong-dorong bahunya pelan. Agar Calvin mau beranjak dari atas kasur.

"Gak, ah."

"Biarin aja. Orang, gak penting juga." Calvin tetap tidak mau pergi dari hadapan Niko, meski suara ponselnya terus berdering.

"Calvinn!!"

"Iya, iya sayang. Bawel banget, ya. kamu," Calvin mengacak rambut Niko gemas, kemudian beranjak dari duduknya dan menghampiri stop kontak yang berada di dekat dinding meja belajar, Calvin mengambil ponselnya itu. Sementara, Niko dia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena ulah kekasihnya, tapi dia menoleh ke samping saat Calvin hanya diam dan tak bergeming.

"Calvin?" panggil Niko.

Mendengar suara Niko membuat lamunanya Terpecah, " I-iya sayang bentar," katanya.

"Siapa?" tanya Niko sedikit menyelidik.

Calvin tak menjawab dari pertanyaan Niko, dia memilih untuk kembali melihat nama kontak yang tertulis di layar ponselnya. Tak mungkin Calvin menjawab panggilan tersebut. Tapi, Keyla juga bagian dari hidup Calvin. Dia juga masih kekasihnya, terkadang Calvin bingung sama dirinya sendiri. Dia itu pinplan, terkadang sikapnya bisa berubah. Saat bersama Keyla, dia melupakan Niko, begitu juga sebaliknya.

"Calvin…" panggil Niko sekali lagi.

Calvin agak tersentak, walaupun suara Niko memang tidak keras. Tapi sanggup membuatnya jadi terkejut.

"I-ya sayangku," Calvin berjalan mendekati Niko, tangannya mengelus rambut kekasihnya.

"Siapa, yang nelfon kamu?" tanya Niko.

"..."

"Calvin, kok diem!" Calvin kembali dengan pikiranya saat ini. Dia menatap Niko, dan terlihat dari sorot matanya yang menunggu jawaban Calvin.

"Eh, iya. Sayang, Maaf. Ini dari keyla. Nggak papa aku angkat?" Niko terdiam, saat mendengar jawaban Calvin dan itu membuat hatinya terluka. Di saat seperti ini kenapa keyla harus menganggunya? Niko tidak mau melarang, Niko tau diri siapa dia. Dan, Niko sadar bahwa Calvin memang bukan miliknya sepenuhnya.

Niko mengangguk kepalanya pelan, meski di hatinya menolak itu semua.

"Yaudah, bentar ya." Niko mengangguk lagi, dia membiarkan Calvin keluar sebentar dari kamar dan mulai mengangkat telfonnya itu dari keyla.

Niko menidurkan kepalanya di sandaran kepala ranjang, sembari menunggu Calvin selesai mengangkat telfon dari keyla. Niko mendongak, ia menatap langit-langit kamar. Cahaya lampu menembus pada kelopak matanya, kedua matanya sayu dan menyimpan sesuatu yang tidak bisa di jelaskan.

Sampai pada akhirnya, pintu kamar terbuka lalu menampilkan sosok Calvin yang berdiri di ambang pintu sembari menatap Niko. Dia tersenyum ke arah Niko, dan kembali menutup pintunya kemudian mendekati Niko yang terduduk di atas ranjang.