Chereads / Sweet cheating (BL) / Chapter 54 - Quinquaginta Quattuor

Chapter 54 - Quinquaginta Quattuor

Suara Galang mampu membuat Mikel yang semula tidak punya riwayat jantung, kini mendadak jantungan karena mendengar suara Galang yang baru saja mengejutkanya itu. Bahkan, bukan cuma Mikel saja melainkan para pengunjung Coffe shop yang ada di cafe tersebut menjadi teganggu gara-gara mereka.

"Galang, kenapa sih? Heran gu—," Mikel menjadi ciut saat mendengar suara Galang yang menggarang.

"Sini, gak? Sini!! Ini tugas kenapa jadi gua yang ngerjain, hah!" Galang menunjuk-nunjuk buku makalah yang baru saja selesai tetapi ternyata salah. Dan, mereka di suruh mengulang untuk memperbaikinya lagi. Sekarang Galang masuk dalam mode mengomel, lalu jika di bayangkan mungkin saja uap panas sudah keluar dari kepalanya itu.

Melihat dari pandangan yang berbeda, itu sudah membuat Mikel takut. Semua barang-barang yang ada di samping galang pasti bakal hancur, jangankan barang, bisa jadi saat ini Mikel akan ikutan musnah di tangan Galang, jika sudah membuatnya kesal.

Mikel buru-buru bangkit dari duduknya kemudian ngacir mendekati kursi Galang yang ada di depan. Karena, sebelumnya mikel duduk di hadapan galang dan kini beralih duduk di samping Mas-mas galak tapi tampan.

"Mana hapenya?" Minta Galang yang langsung menyodorkan tanganya di hadapan mikel. Buat jaga-jaga saja, kalau tidak begitu. Mikel akan sibuk lagi dengan ponselnya, kemudian diam-diam menonton vidio tiktok di belakang galang.

"Buat apa?" tanya Mikel.

"Mau gua sita. Sebelum tugas kelar, lu ga boleh main hape," jawab Galang tanpa mau menoleh ke arah Mikel.

"Gak, gak! Apasi. Gua gak maen hape galang. Udah ayo kerjain," kata Mikel berusaha mengalihkan pembicaraan mereka. Supaya Galang tidak jadi menyita ponselnya.

"Siniin!"

"Gak. Kok, lu maksa sih?"

"Gua gak maksa mikel,"

"Lu maksa galang!"

"Gak!"

"Maksa!"

"Gak. Buruan siniin, " Mikel menggeleng kepalanya.

"Mikel?!" Galang menjadi kesal karena Mikel tidak segera memberi ponselnya.

"Gal, gua malu ih di liat orang. Cepet deh kita kerjain ayo," jawab Mikel. Sembari menunjuk ke arah sudut ruangan yang tengah memperhatikan mereka sedang bertengkar. Tapi, Galang tidak merasa peduli bahkan dia fine,fine saja. Meskipun di lihat banyak orang sampai sebegitunya. Lagian, mereka itu kayak habis lihat idol korea lewat di depan mereka. Benar-benar fokus dan tak teralihkan.

"Bodoh amat, siniin gak?!"

"Gak mauuu," Mikel bersikukuh, dia menggeleng kepalanya sambil mengigit bibir bawahnya lalu pandanganya tertuju ke arah Galang.

"Mikel?!"

"Apasi? Lu mah maksa," Galang menghela napasnya, memang rada susah kalau sudah Berurusan sama Mikel.

"Udah, lah. Lu kerjain aja sendiri. Gua males." Galang beranjak dari duduknya sembari membereskan beberapa buku dan laptopnya. Namun, langkah kaki Galang yang semula mau pergi, menjadi berhenti karena sebuah lengan sama kekarnya itu menahan tangan Galang.

"Gal, gal. Ih, kok lu pergi sih? Masa, iya? gua sendiri ngerjainya. Galang," Mikel menggoyang-goyang lengan Galang, seolah seperti Anak kecil yang sedang meminta mainan pada orang Tuanya.

"..."

"Gal,"

"Galang, anjing! Budek, asu!" Maki Mikel saat galang memang sengaja tidak menggubrisnya. Mikel sudah kehabisan kesabaran dan emosi yang meluap cuma gara-gara di kacangin sama Galang.

"Galanggg, anjing ih,"

Galang melirik sekilas kemudian memutar bola matanya malas. Dan di akhiri dengan gelengan kepala yang berlangsung beberapa menit.

"Gal, Kita kerjain tugasnya. Gua, janji deh! gak bakal maen hape. Apalagi, ngebiarin lo ngerjain tugas sendiri. Sumpah! Serius suerrrr beneran gal, Tapi, jangan lu sita hape gua yah ya ya!" Mikel memuncukan bibirnya agar terkesan gemas. Mungkin sebagian orang melihatnya itu akan berpikir lucu. Namun, jangan harap itu berlaku untuk Galang. Belum memudar muncung Mikel sudah di geplak menggunakan buku tulisnya pengganti pipa.

"Ish, lu anjing banget sih."

Galang terpaksa duduk kemudian kembali membuka lotopnya dan menaruh buku-buku besar itu di atas meja.

Mikel melirik Galang yang sepertinya sudah tidak mempermasalahkan lagi dengan ponselnya. Di rasa cukup aman Mikel buru-buru menyembunyikan ponselnya dalam saku sebelum nanti di ambil alih oleh si Galang, namun gerakan Mikel terbaca sama Galang yang langsung merebut ponsel itu dari tangan Mikel, galang menarik tangan mikel, Mikel berusaha menghindar tapi tangan galang lebih lebar, bahkan langsung bisa meraup memeluk Mikel dari depan dan menguncinya agar tidak bisa keluar dari pelukan Galang.

Mikel tetap memberontak meskipun tangan Galang memang lebih besar dan dominan dari Mikel. Apa, galang tidak sadar? Bahwa mereka lagi berada di tempat umum? Bagaimana dengan tanggapan mereka akan hal ini, Di tambah posisi mereka yang sama-sama ambigu, Galang yang memeluk mikel, sementara mikel yang menatap mata galang.

"Gal—," Mikel terpaku saat menatap mata Galang berwarna hitam legam itu, tubuhnya kini menyatu menyentuh dada bidang miliki galang. Ujung kepalanya hanya menyentuh dagu galang, sementara galang kini juga ikut menatapnya ke arah bawah. Dan tangannya masih dalam posisi memeluk Mikel.

Galang melepas pelukannya yang sempat mengunci pergerakan Mikel, sebelum banyak mata yang semakin dalam memperhatikan mereka berdua. Tindakan Galang itu sukses membuat Niko membeku di tempatnya, dadanya seakan di cengkram kuat membuat jantungnya berdebar dengan begitu kencang, wajahnya kini memanas. Apa yang terjadi pada Mikel?

"Hapeee!" Minta Galang sekali lagi, dan sepertinya Galang memang terlihat rada malas untuk berdebat dengan Mikel. Mikel yang masih menetralkan detak jantungnya yang belum berhenti bertremor itu langsung memberinya secara cuma-cuma pada Galang, tatapannya kembali mengosong dan hanya menatap lurus ke depan.

"Lu kerjain yang ini," suruh Galang, jemarinya sibuk menari di keybourd notebooknya lalu kontak mata hitam itu berfokus pada layar di depanya tanpa menoleh ke arah Mikel. Galang menggeser buku yang ingin di kerjakan oleh Mikel.

"Jangan asal lu jawab aja. Tapi, di pikir!" Galang menyentuh kepalanya menggunakan jari telunjuk. Sementara cowok di sampingnya itu cuma mengangguk kepalanya kecil.

"Ini, juga. Gua gak mau ngerjain itu, lu kan jago hitungan. Jadi, lu aja yang ngerjain. Gua ngerjain makalah,"

"Dan—,"

"Mikel! Lu dengerin gua gak sih?!" ucap Galang merasa jengah karena sedari tadi mata Mikel hanya jelalatan kemana-mana. Telinga memang terpasang tapi matanya hanya terfokus ke arah lain. Mikel tersentak dan spontan menoleh ke arah Galang.

"Dengerin kok," jawabnya.

"Dengerin apa? Emang, tadi gua ngomong apa? Hum," tanya Galang.

Galang memajukan kepalanya mendekat ke arah Mikel, wajahnya kini terkikis sangat dekat dengan wajah Galang. Hanya menyisahkan beberapa jengkal saja, bibir mereka akan saling bersentuhan. Mikel sedikit memundurkan badannya ke belakang sembari menelan salivanya dalam dengan padangan mata yang tidak bisa lepas dari Galang.

"Ke-kenapa aku jadi deg-degkan," batin Mikel yang langsung membuang mukanya ke arah lain, dan tidak mau menatap Galang lagi.

"Tadi, gua ngomong apa?" tanya Galang yang masih belum menyingkir dari hadapan Mikel.

"Buat makalah," Asal Mikel dan berharap ini semua segera berakhir. Mikel tidak mau lama-lama dalam situasi ambigu seperti ini.

"Kalau orang lagi ngajak ngomong itu di tatap!" Astaga, kenapa galang berubah jadi galak seperti ini sih? Kesetenan mungkin. Mikel menghela napas, kemudian berbalik menatap Galang.

"Gua dari tadi ngomong. Pasti, lu gak ada dengerin."

"Dengerin," jawab Mikel.

"Gak!"

"Gua dengerin lu gal,"

"Oke. Kalau lu emang dengerin gua, tadi gua ngomong apa?" Mikel mati kutu. Dia benar-benar tidak bisa menjawab sama perangkapnya sendiri. Sebenarnya, Mikel memang sedari tadi tidak memperhatikan Galang, dia hanya sibuk dengan pergumulan hatinya yang bertanya, ada apa dengan dirinya? Mengapa saat bersama Galang dia merasakan ada sesuatu yang berbeda. Meskipun, Galang adalah tipe cowo temperamen, Ceplas-ceplos, galak. Namun, sebenarnya Galang orang yang baik.

"Lu gak bisa jawab kan?! Berarti lu emang gak ada dengerin gua sama sekali."

"Iya, kan?" Mikel mengangguk kepalanya, wajahnya terlihat polos memandang Galang.

Galang menatap Mikel sejenak, ada sebuah magnet yang memaksanya untuk tidak melepas pandanganya terhadap mikel. Galang langsung menyadari, dan merubah posisinya agak berjauhan dengan Mikel.

Galang kembali fokus sama laptopnya.

"Gal," panggil Mikel.

"Hum," sahutnya pelan nyaris seperti berbisik.

"Gua, ngerjain yang mana?" tanya Mikel.

Galang menunjuk buku volio di hadapan Mikel tanpa mau menoleh apalagi mengeluarkan suaranya yang bisa saja itu hanya sia-sia.

"Jadi, gua ngerjain ini?" tanya Mikel lagi.

"Hum,"

"Gal, ini —"

"Mulut bisa diem!" Galang spontan mencubit bibir Mikel, karena sedari tadi Mikel tak berhenti bertanya pada Galang.

"Bisa," jawab Mikel sambil mengelus bibirnya sehabis di sentuh sama Galang. Sial! perlakuan Galang barusan kembali sukses membuat jantung Mikel berdegup sampai ke relung hatinya menjadi menggeli. Entah, itu perasaan apa Mikel juga tidak mengerti.

"Bagus. Jangan ganggu gua!" Peringat Galang, Mikel mengangguk kepalanya.

"Oh, iya satu lagi. Lu telfon calvin sekarang! supaya Soalnya biar gue mau nyocokin jawaban gue sama dia," suruh Galang seolah Mikel adalah pesuruhnya.

Galang menyuruhnya?

Sepertinya, selama Mikel bersama Galang. Dia akan menjadi budak pesuruh dari Galang.

^^^

Selama dua hari, Niko di rawat sama Calvin, hingga Niko mulai membaik dan besok Niko sudah boleh masuk Kuliah. Demi apapun Niko rindu sekali, apalagi sama Keyla.

Seminggu lebih Niko tak memberi tau Keyla, bahwa selama ini Niko sakit. Di surat ijin pun hanya memberi tau bahwa Niko sedang ada urusan keluarga di bandung.

Niko menggulat, ia membalikkan badannya ke samping kiri. Tanganya meraba-raba di sekitarnya, kenapa tidak ada Calvin? Biasanya Calvin masih memeluknya ketika masih pagi. Tetapi Niko tak merasakan ada sebuah tanda yang merengkuhnya.

Deg

Niko langsung membuka matanya lebar saat tak mendapati Calvin di sampingnya.

"Calvin, calvin kemana?" batin Niko mulai panik, Niko yang langsung terduduk dan mencari keberadaan Calvin melihat ke selilinh ruang kamarnya, dengan tergesa-gesa Niko langsung turun dan beranjak dari atas kasur, hidungnya mulai mengendus aroma yang membuat perutnya menjadi sangat lapar.

Niko membuka pintu kamar, menilik dari bilik pintu. Niko melihat Calvin yang sedang berkutik di dapur mini. Ia tersenyum lega, kemudian Bibirnya tersenyum, Niko segera menghampiri Calvin di sana.

"Good morning Calvin'ku," ucap Niko yang langsung melompat ke punggung Calvin secara tiba-tiba. Calvin tersenyum, dia menyeimbangkan tubuhnya dengan sempurna Agar Niko tidak terjatuh.

"Pelan-pelan," kata Calvin, Niko tertawa kecil dan hanya mengangguk saja. Kemudian Calvin memberhentikan kegiatanya sejenak dan beralih mendudukkan Niko di atas meja dapur. Kedua tangan Calvin melingkar sempurna di pinggang ramping milik Niko, Calvin merapatkan tubuhnya dengan tubuh Niko. Dan, kemudian dia berbisik di telinga Niko."

"Good morning beautiful," Calvin membalas sapaan Niko yang terdengar sangat lembut di telinga Niko.