Malam ini Calvin lagi ada di luar apartemen. Habis membelikan sesuatu buat Niko di indomaret. Tapi tiba-tiba saja Keyla menelfon Calvin. Tidak ingin membuat Niko cemburu Calvin lebih memilih mengangkat telfon Keyla di luar apartemen saja.
[Kenapa,sayang?] tanya Calvin berusaha netral. Suaranya terdengar sangat lembut jika berbicara dengan Keyla.
[Aku pengen ketemu,] kata Keyla pelan.
Calvin mengernyitkan keningnya saat mendengar ucapan Keyla yang minta bahwa ia ingin bertemu dengan Calvin. Bukannya tidak mau tapi Calvin tidak mungkin meninggalkan Niko sendiri di apartemen.
Calvin masih terdiam dan belum menjawab sampai akhirnya suara Keyla mengejutkan Calvin.
[Sayang, ko diem? Aku pengen ketemu. Kamu bisa kan?] kata Keyla membuat Calvin tidak punya pilihan lain.
Calvin menghela napasnya kemudian mengiyakan ajakan Keyla..
[Bisa sayang. Kamu mau ketemu di mana?] tanya Calvin.
[Hum, apartemen kamu aja gimana?]
Calvin menimang-nimang ajakan Keyla. Ia masih merasa bingung dengan ajakan Keyla. Calvih enggak mungkin mengajak Keyla begitu saja tanpa persetujuan Niko. Apalagi saat ini Niko sedang di apartemen.
Terlalu banyak memikir Calvin sampai lupa kalau sedang bertelfonan dengan Keyla.
[Sayang! Kamu kenapa, sih? Gak papa kan, aku ke apartemen kamu?]
[I-iya sayang gak papa,kok. Ooh… iya kalau gitu aku matiin ya. Aku nungguin kamu di apart] ucap Calvin membuat Gadis di sebrang sana tersenyum kala mendengar jawaban Calvin. Dan hampir membuatnya berjingkrak karena saking senangnya..
[Oke, sayang.]
Calvin tersenyum tipis saat Keyla memberikan kecupan bunyi melalui Telfon. Setelah membeli banyak keperluan yang di minta sama Niko, Calvin segera pulang dan rencananya mau ngomong dulu sama Niko. Tapi tau sendirilah Niko itu bagaimana, kalau sudah berkaitan dengan Keyla pasti bakalan marah dan tingkat kecemburuan Niko itu terlalu over atau berlebihan. Bahkan melebihkan Keyla yang notenya adalah pacar Calvin.
.
.
.
Sembari menunggu Calvin, Niko menghabiskan waktunya beberapa jam lalu dengan menonton series Anime jujutsu kaisen.
Sudah 1 jam 30 menit Calvin belum kembali. Niko bolak-balik memperhatikan jam dinding di atas Tv. Ia mendengus sekaligus khawatir. Memikirkan tentang Calvin, kekasihnya itu kemana? Padahal Niko cuma minta belikan cemilan pedas di indomaret dekat apartemen. Tapi, kenapa lama sekali?
"Calvin kemana sih?" batin Niko bertanya sampai akhirnya ia mendengar suara pintu terbuka.
Kedua bola mata Niko yang tadinya meredup dan wajahnya yang terlihat lesu kini mendadak berubah setelah tau kalau Calvin sudah kembali pulang.
Niko langsung beranjak dan niatnya ingin menemui Calvin. Baru saja Niko menyapa dan ingin memeluk Calvin tiba-tiba saja Calvin menarik tangan Niko dan membawanya menjauh dari ruang tamu.
Niko tidak mengerti, ia bertanya tapi di abaikan. Sama sekali tidak di anggap bahkan suara Niko bagaikan angin lalu yang hanya sekali lewat.
Tangannya di genggam kuat oleh Calvin dan Niko tidak bisa melepaskanya karena terlalu erat.
"Calvin, mau kemana ayang?" tanya Niko yang ikut membuntut di belakang Calvin.
Calvin tak menggubris ia masih membisu. Calvin membawa Niko ke gudang di belakang kamar kedua.
"Calvin, tunggu! Aku belum selesai ngomong," kata Niko berusaha menghentikkan langkah Calvin yang semakin melangkah lebar.
Mereka berdua berhenti di pintu gudang dan Calvin tampak sibuk membuka pintu dengan kunci besar. Niko berkali-kali mengerut dahi, ia sama sekali tidak paham dengan maunya Calvin.
"Calvin mau ngapain ya?" batin Niko penasaran.
Klek
Suara pintu terbuka dan spontan Calvin menarik tangan Niko dan memasukkanya ke dalam gudang. Niko membulat, ia menahan tangan Calvin sewaktu Calvin mau menutupnya kembali.
"C-calvin, kenapa? Kenapa aku di kurung di sini? Calvin," ujar Niko mulai panik.
Tentu saja Niko paling takut dengan suasana gelap. Di dalam ruangan ini tidak ada penerang, hanya ada jaring laba-laba yang menghinggap menghalangi jalan dan dinding yang di indahkan dengan debu-debu bertebaran. Gudang itu memang sudah tidak terpakai lebih tepatnya jarang di pergunakan.
Calvin menatap Niko sejenak dan ia merasa tak tega. Tapi, jika Calvin menyuruh Niko masuk ke dalam kamar saja, takutnya nanti sewaktu-waktu Keyla masuk ke dalam kamar dan mendapati Niko di sana.
"Kamu tunggu di sini ya, aku gak lama,"ucap Calvin.
Calvin tersenyum sembari menenangkan Niko dan mengusap-usap kepalanya.
Niko menggeleng dan tak terasa air matanya ikut mengalir begitu deras membasahi pipinya yang mengembung. "Gak mau! Aku takut. Lagian kenapa, kamu nyuruh aku di sini? Aku mau keluar ayang…"
"Iya, sayang. Nanti, kalau urusan aku udah selesai Niko bisa keluar. Jadi, Niko di sini dulu yah, aku cuma sebentar aja ko gak lama ," balas Calvin. Namun tetap saja jawaban Niko masih sama seperti tadi.
"Gamau hiks…"
Calvin menghela napas kasar ketika Niko kembali menangis sesenggukan.
"Calv—,"
"Gak! Kamu tetap di sini. Jangan bantah!" Calvin memotong ucapan Niko membuat Niko terkesiap karena lagi-lagi mendengar suara Calvin membentak.
"K-kenapa—,"
"Keyla mau datang ke sini dan aku gak mungkin ngebiarin Keyla liat kamu." ucap Calvin dan ingin menutup pintunya.
Mendengar nama Keyla di sebut membuat relung hatinya menusuk. Satu pertanyaan yang menyantol di benak Niko. Mau ada urusan apa Keyla datang ke mari? Dan, kenapa Calvin tidak bilang dulu sama Niko.
Niko juga tau posisi dia siapa dan Keyla apa. Tapi, kalau Calvin konfirmasi mungkin Niko akan pergi dulu sebelum Keyla datang.
"Ayang tunggu!" ucap Niko dan menahan lengan Calvin membuat Calvin berhenti menutup.
"Kamu bilang Keyla mau ke sini?"tanya Niko memastikan bahwa pendengaranya barusan tidak salah. Melihat Calvin mengangguk membuatnya ingin marah dan rasanya cemburu sekali.
"Kenapa Kamu gak ngasih tau aku? Kalau Keyla mau ke sini! Aku kan udah bilang, kalau aku tu gak suk—"
"Setelah semuanya selesai aku bakal jelasin!" Calvin langsung menutup pintu gudang secara sepihak tanpa menunggu persetujuan dari Niko.
"Calvin… buka Calvin, jangan di tutup aku takut hiks…" tangis Niko sembari menggendor pintu gudang tapi tak membuahkan hasil. Calvin sudah berlalu pergi meninggalkan arena itu.
"Calvin, kita bisa bicarakan ini dari awal. Kalau memang Keyla mau datang itu gak masalah. Aku bisa pergi dulu. Calvin buka hiks… pliss Calvin," ucap Niko semakin meraung. Ia membuka handle pintu dan memainkanya dengan kasar tapi tak membuatnya terbuka. Sudah di pastikan Calvin menguncinya agar Niko tidak bisa keluar.
"Calvin buka," lirih Niko.
Niko berhenti menangis meski air mata terus mengalir. Ia beringsut dan tubuhnya jatuh ke bawah dasar lantai. Menyendenkan kepalanya di punggung pintu, tangan tegas Niko melingkar pada tubuh Niko yang sedang meringkuk.
"Padahal aku gak marah kalau Keyla beneran datang ke sini. Walaupun sebenarnya aku cemburu. Kita bisa bicarakan ini baik-baik," ucap Niko pelan kemudian menyeka air matanya.
.
.
.
Calvin terduduk di atas Sofa sembari menunggu
datanganya Keyla. Ia menggusar wajahnya kasar karena tidak ada pilihan lain selain menyembunyikan Niko di dalam gudang.
Calvin menjadi gelisah karena ia tau kalau Niko paling takut sama Gelap. Tapi, ini tidak akan lama dan hanya sebentar saja.
Beberapa menit kemudian suara bell apartemen berbunyi, Calvin langsung mengetahui bahwa itu Keyla. Ia beranjak dari duduknya dan lekas membuka pintu Apart.
Sudut bibir Calvin membentuk lengkungan saar Keyla melemparkan senyumnya buat Calvin. Tiba-tiba saja Gadis itu memeluk Calvin, sambil mengucapkan kata-kata rindu yang menyesak," Aku kangen kamu Calvin," lirihnya pelan.
Calvin belum membalas pelukan itu, ia masih membisu. Keyla bilang ia merindukan Calvin? Tapi selama ini Calvin sudah mempermainkan hati Keyla.
"Kenapa aku ngerasa kalau kamu berubah," kata Keyla sekali lagi membuat Calvin terkejut dan langsung berbalik menatap Keyla.
"Berubah gimana sayang?" tanya Calvin.
Calvin mulai membalas pelukan Keyla. Keyla mendongak menatap Calvin dari bawah. Ia menggeleng pelan dan tidak tau jawabanya. Entah, Keyla sendiri juga tidak mengerti mengapa ia mengatakan hal seperti itu, yang seharusnya Keyla tidak tau menahu sama sekali.
"Aku gak tau. Tapi perasaan aku tiba-tiba gak enak. Kamu gak ada nyembunyiin sesuatu dari aku kan? Aku ngerasa kamu akhir-akhir ini beda. Kamu jarang ngasih kabar ke aku, kamu gak papa kan, Gak ada masalah?" Keyla menatap Calvin khawatir kedua tangnnya beralih menangkup wajah Calvin supaya ikut menatapnya.
Calvin tersenyum, kepalanya mengangguk dan di susul dengan kecupan manis yang mendarat di puncak rambut Keyla.
Interaksi keduanya tidak seintes dan separah Calvin saat bersama Niko. Bahkan sampai detik ini pun ia tak pernah mengecup bibir Keyla atau memintanya lebih dari itu. Mungkin hanya mencium kening atau mengelus puncak rambut dan memeluknya, sudah itu saja.
"Aku gak papa. Kamu gak usah khawatir ya, hum yaudah kita masuk ke dalam," ajak Calvin sembari menutup pintunya.
Ia merangkul bahu Keyla sampai di ruang tamu.
"Kamu duduk dulu aja. Aku ambilin minum," ujar Calvin dan Keyla mengangguk kecil.
Selagi Calvin mengambil minum, Keyla sibuk memperhatikan interior ruangan yang penuh dengan poster Anime. Bahkan di dekat meja Tv terdapat banyak figuran Anime Naruto, One piece dan masih banyak lagi.
Sejak kapan Calvin menyukai Anime? Setau Keyla Calvin itu tidak suka apalagi sampai membeli poster sebanyk ini.
Keyla bangkit berdiri karena sesuatu yang membuat perhatianya teralihkan. Ia berjalan pelan mendekati bingkai berwarna hitam yang terpajang di meja Tv. Samar-samar dari kejauhan Keyla dapat melihat bahwa ada dua foto pria di dalam sana.
Mereka terlihat mesra dan saling berpelukan. Karena penasaran Keyla ingin melihatnya lebih jelas.
Tapi saat Keyla ingin meraih tiba-tiba saja suara Calvin menyentak Keyla. Keyla terkejut dan langsung menoleh ke arah Calvin. Ia tidak jadi mengambilnya.
"Kamu ngapain sayang?" tanya Calvin.
Calvin membawa dua gelas air dingin dan cemilan brownis yang sebelumnya ia buat untuk Niko kemudian meletakkanya di atas meja.
"A.. gak papa sayang," jawab Keyla dan kembali ke tempat duduknya.
Keyla duduk di samping Calvin sembari menidurkan kepalanya di bahu Calvin. Calvin merangkulnya dan mengelus setiap rambut panjang Keyla.
"Aku kangen," kata Keyla semakin mengeratkan pelukanya.
Sementara Calvin? Ia hanya bisa tersenyum.
"Aku juga," balas Calvin membuat Keyla senang.
Keyla melepas pelukanya dan berbalik menatap Calvin," ada apa?" tanya Calvin sembari menatap lekat wajah Keyla.
"Aku sayang kamu," ucap Keyla.
Calvin berhenti menatap Keyla, sorot mata Keyla? Ia sangat mengerti bahwa Keyla sedang mengiginkan sesuatu sekarang yang enggak akan mungkin Calvin menuruti.