Setelah selesai mengangkat telfon dari Keyla, Calvin langsung menutup kembali ponselnya. Entah, sampai kapan hubungan ini akan terus berlanjut.
Terkadang Calvin bingung. Bagaimana ia harus menjelaskan semuanya kepada Keyla? Calvin sama sekali tak punya keberanian untuk mengungkapkan semua apa yang terjadi. Calvin ingin berhenti untuk membohongi Keyla, ia ingin mengatakan yang sebenarnya pada Keyla bahwa hatinya kini sudah menjadi milik orang lain.
Calvin memutar badannya, dia berjalan mendekati pintu kamar. Ia berjalan gontai dengan pandangan kosong serta lurus ke depan. Dalam hatinya belum bisa merasa tenang dan masih memikirkan tentang Keyla dan juga Niko.
Klek…
Suara pintu kamar terbuka, Niko yang mendengar itu mengalihkan perhatianya. Dia melihat Calvin tengah berdiri di dekat ambang pintu kamar sembari menatapnya lalu tersenyum. Calvin bergeming, dia belum bergerak. Dia masih memperhatikan Niko yang sekarang membalas senyumnya. "Cantik," batin Calvin, Kemudian kakinya melangkah lebar dan membawanya mendekat ke arah tempat tidur Niko. Dia mendudukan bokongnya di sana.
"Udah?" tanya Niko. Calvin menganggukan kepalanya, kemudian memberikan kecupan di bibir Niko sembari mengusap pucuk kepala Niko.
Perlakuan Calvin semakin hari semakin manis.
Semanis madu dan membuat Niko menjadi tertagih. Sepertinya Niko berharap saja kalau dia lebih baik sakit, agar Calvin tetap memperioritaskanya di banding keyla. Sebenarnya, kapan sih? Calvin mau memutuskan hubunganya itu bersama Keyla.
"Niko, istirahat aja ya. Aku mau ngerjain tugas," kata Calvin yang sudah mengambil posisi berdiri. Tapi, Niko menahan lengan Calvin membuat Calvin berbalik menoleh ke arah Niko.
Calvin tersenyum tipis, dia kembali duduk dan bertanya," kenapa sayang?" Calvin menatap Niko dengan pandangan paling lembut.
"Niko mau mandi," pinta Niko. Sudah terhitung semingggu Niko memang belum mandi.
"Gak, boleh. Kamu masih sakit," jawab Calvin membuat senyum Niko meredup.
"Calvin, Niko mau mandi…" Niko memegang lengan Calvin, dia menggoyangnya beberapa kali dan berharap supaya Calvin mau menuruti kemauanya.
"Silau banget kesayangan gua anjing!" Batin Calvin yang sudah mengigit bibir bawahnya kuat. Dia merasa tidak tahan saat melihat sikap Niko yang menggemaskan. Namun, tetap saja Calvin tidak akan menginjinkan Niko menyentuh air. Karena Calvin tau Niko masih sakit dan pokoknya Niko belum boleh mandi.
"Gak, sayang!" jawaban Calvin masih kukuh.
"Ish! Niko mau mandi. Badan aku jadi lengket semua gara-gara kamu!" Niko menunjuk-nunjuk bagian holenya, dia melirik sinis dengan pandangan kesal. Menurut Niko ini tidak nyaman. Calvin mengikuti arah tunjuk tangan Niko, menit kemudian dia tersenyum. Tanganya sudah siap mengacak rambut Niko lalu beralih mencubit pipinya yang chuby.
"Hum…" Calvin tampak berpikir sejenak dan belum memberi jawaban. Niko memanyunkan bibirnya saat Calvin sengaja untuk tidak menjawab. Niko mencubit lengan Calvin sembari menatap Calvin dengan tatapan memohon.
"Calvin, boleh ya,"
"Nggak, sayang." Bahkan sekalipun Niko memohon, jawaban Calvin akan tetap sama.
Niko berdecak, dia menenggelamkan wajahnya di bantal, ia tidak mau melihat ke arah Calvin sampai Calvin mau membujuknya.
Sepertinya Niko ngambek.
"Niko, jangan ngambek dong sayang. Nanti aku beliin permen deh ya," kata Calvin. Sebenarnya Calvin cuma mau merayu Niko saja dan nggak ada maksud lain. Tetapi, yang di rayu malah menunjukan rasa kesalnya pada Calvin. Niko bukan anak kecil yang kalau lagi ngambek solusinya adalah permen.
"Kamu ngeselin! Udah, ah sana pergi." Niko melempar bantal ke arah muka Calvin namun Calvin langsung sigap menangkapnya.
"Ih, kok makin marah. Nggak mau ah, aku mau peluk-peluk kamu di sini aja," Calvin kembali bergeser dan mendekat ke arah Niko, meski Niko berusaha menjauh dari Calvin.
"Gak, usah peluk!" kata Niko. Niko memalingkan wajahnya dan tak mau menatap Calvin.
"Sayan—,"
"Pokoknya gue mau mandi calvin!!" Calvin menghela napasnya, Calvin mengangkat dagu Niko dan membuat Niko mendongak lalu menatap mata Calvin.
"Iya. Nanti mandi sama aku tapi, kalau Niko udah sehat ya sayang," ucap Calvin. Di samping itu, tangannya ikut mengusap puncak kepala Niko pelan.
"Timbang mandi doang ayanggggg! Lama-lama aku sebel,"
"Lima hari lagi ya, tunggu kamu bener-bener sehat."
Niko mencak-mencak karena susah bernegosiasi sama Calvin. Apa, Niko harus menunggu dua minggu lagi? Lalu setelah itu mandi? Mending jadi kerbau saja lah sekalian, dan nggak perlu capek-capek mandi. Calvin itu tidak mengerti apa? Semua badan Niko menjadi lengket seperti ini, itu semua karena ulah Calvin semalam, meski Niko tak menolaknya.
Sementara, Calvin dia membiarkannya saja. Dari pada nanti menjadi debat besar. Calvin paling nggak bisa terlalu lama menolak dan tidak mengiyakan maunya Niko. Calvin langsung beranjak dari duduknya, kemudian menarik kursi dan duduk dekat meja belajar. Menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya yang sempat tertunda.
"Calvin,"
"Nggak!" jawab Calvin sembari fokus dengan layar laptopnya.
"Aku—,"
"Lima hari lagi baru boleh mandi," potong Calvin.
Gila, apa? Niko harus menunggu selama itu. Sehari tidak mandi saja sudah membuatnya merasa gerah. Apalagi, lima hari. Lagian, Niko sudah seminggu tidak menyentuh air, masa harus menunggu lagi?
"Kelamaan Calvin!!"
"Kalau di buat main sama aku bentaran kok," jawab Calvin sembari menoleh ke arah Niko.
"Gamauu," tolak Niko sempat membuat Calvin shock. Little babynya barusan menolak ajakan Calvin????
Calvin menarik napas dalam, lebih susah mengurus bayi besar di banding bayi kecil mungkin. Calvin bangkit dari duduknya, menutup kembali laptopnya dan berjalan mendekati Niko yang masih terduduk di atas kasur.
Tiba-tiba saja muka Calvin berubah menjadi datar, dan menatap lurus ke depan seakan pandanganya itu menghunus paling terdalam. Mungkin kah Calvin marah?
"C-calvin," Niko gemetar karena takut jika Calvin akan marah. Tapi, Niko tak ada maksud membuat Calvin marah.
"Calvin, Niko minta maapp…" Calvin terus melangkah dan semakin mendekati ranjang Niko yang hanya bejarak beberapa cm saja.
"Kenapa, sih? Niko nggak nurut sama aku?" tanya Calvin yang sudah terduduk di hadapan Niko.
"Nurut kok,"
"Terus, kenapa masih bantah?"
Niko terdiam, dia menundukkan kepalanya dan menjadi sangat takut ketika Calvin mengubah intonasi suaranya.
"Niko! Kalau aku lagi ngomong itu di liat!" kata Calvin rada kesal dan membuat Niko langsung mengangkat kepalanya.
"Niko, nggak suka kan? Kalau liat aku marah?" tanya Calvin.
Tentu saja Niko tidak suka. Lagian, siapa yang mau di marahi oleh Calvin? Niko tidak mau kalau itu sampai terjadi.
Niko mengangguk kecil, bola matanya yang legam tak bisa melepas pandanganya dari sosok Calvin.
"Godboyy," puji Calvin sambil mengusap-usap kepala Niko.
"Masih mau nurut kan yah ?" Niko mengangguk kepalanya polos..
"Nggak bandel kan ?" tanya Calvin dan langsung mendapat gelengan cepat dari Niko. Calvin yang melihat itu tersenyum bahagia. Memang mudah membuat Niko tunduk, Calvin paling bisa mengontrol sikap Niko.
"Cium dulu kalau gitu," suruh Calvin menunjuk arah pipi kanannya.
"Muachh," Niko mengecup pipi Calvin membuat Calvin tersenyum.
"Muachh," Calvin ikut membalas mencium pipi Niko penuh sayang.
"Yaudah, jangan ganggu aku belajar ya. Niko duduk di sini sambil anime. Oke,sayang." Niko mengangguk sembari mengacungkan jempolnya.
"Selamat untung gue selamat huff," batin Niko lega saat Calvin sudah beranjak dan pergi dari hadapannya. Bisa gawat kalau saja Niko tidak menurut dan malah membantah setiap ucapan yang keluar dari mulut Calvin.
Ucapan Calvin adalah mutlak! Begitu lah.
Bisa saja Calvin akan berubah menjadi singa lalu akan menerkamnya kembali. Tidak, tidak! Niko tidak ingin melakukanya itu lagi.
Niko melirik sekilas dan melihat Calvin yang sudah duduk cantik di kursinya sembari fokus menghadap layar laptopnya. Mungkin, saja Calvin banyak tugas.
"Oh, iya gimana dengan tugasku," Niko menepuk jidatnya pelan saat menyadari bahwa ia sudah lama tidak turun.
"Calvin," panggil Niko.
"Hum," sahut Calvin meskipun dia tidak menoleh namun mendengar suara Niko.
"Kuliah aku gimana?"
"Udah aku buatin surat ijin," jawab Calvin, Niko kembali bernafas lega. Dengan begitu Niko bisa tenang menonton Anime tanpa memikirkan tugas kuliahnya yang mungkin saja sudah menumpuk. Karena, memang selama seminggu penuh, Niko tidak masuk kuliah.
Niko mengambil handphonenya yang berada di samping Niko. Dia membuka touch Ponselnya, namun satu notifikasi pesan masuk dan langsung mengalihkan perhatian Niko yang ingin membaca pesan tersebut.
Deg
Pesan itu dari Rehan, sudah 100 pesan lebih dari Rehan yang menumpuk di room chatnya kini. Suara Calvin membuat tindakan Niko mendadak terhenti saat ingin membaca pesan dari Rehan.
"Sayang," panggilnya dan sontak membuat Niko beralih melirik Calvin.
"I-iya Calvin?" jawab Niko dengan nada suara yang terdengar gagap di telinga Calvin. Kenapa Niko menjadi gugup seperti itu? Padahal, dirinya hanya memanggilnya saja.
"Gak, papa. Kamu lanjut aja animenya," ujar Calvin.
Niko mengangguk, bibirnya tersenyum tipis. Kemudian Niko mulai membaca pesan dari rehan, sudut matanya sesekali melirik ke arah Calvin, supaya Calvin tidak terlalu menaruh curiga. Tetapi, bukankah Calvin pernah bilang selama ini Calvin tau tentang hubunganya itu dengan orang ketiga. Mungkin kah Calvin tau orang itu adalah Rehan?
Niko terpaku saat membaca pesan dari Rehan yang sudah mendapat balasan dari Niko sendiri.
Hah..,
Sejak kapan Niko membalas pesan ini. Niko melirik inplusif menatap Calvin sejenak yang sekarang sedang fokus sama kegiatanya.
Mungkinkan..?
^^^
Cowok manis berambut Gagak itu mendorong pintu kaca Coffe shop yang letaknya tidak terlalu jauh dari gedung kampusnya. Bersama dengan cowok arogan, yang sekarang menemaninya.Tinggi mereka tidak sebanding, jika di bandingkan hanya terlihat seperti . Tiang dan tunggul pohon.
Mereka berdua masuk ke dalam, lalu mencari tempat duduk yang masih kosong. Galang dan mikel sama-sama melangkahkan kakinya menuju tempat paling ujung di dekat pintu kamar mandi. Hanya tempat itu yang tersisa. Sepertinya Coffe shop selalu ramai dan penuh dengan mahasiswa lain jika di jam senggang seperti ini.
Tumben sekali galang sama mikel cuma berdua saja. Biasanya selalu bertiga dengan Calvin. Tapi, beberapa hari ini Calvin memang sibuk. Mereka juga tau itu.
"Hahhh! Tugas numpuk cuma gara-gara calvin ga masuk!" keluh Galang sembari membuka laptopnya lebar. Kemudian membuka dengan sidik jarinya.
"Lagian, dia kemana sih kel? Masa nyampe semingguan absen…" keluhnya lagi yang tidak berhenti mengomel. Sementara, Mikel yang di ajak mengobrol sama Galang malah asik sendiri dengan ponselnya.
Sudah bisa menebak kan? Seperti biasa Mikel akan menonton vidio tiktok yang tidak jelas.
Galang berdecak lidahnya dalam mulut, dia menatap kesal ke arah Mikel yang tampak tidak mendengarkan ucapanya barusan. Tugas mereka itu banyak, padahal tadi yang mengajak untuk kerja kelompok itu mikel! tapi ujung-ujungnya yang mengerjakan pasti galang kalau enggak ya Calvin.
Mikel tersentak kaget gara-gara mendengar suara Galang di sertai dengan suara meja yang di gebrak keras oleh Galang.
"MIKELLLLL!" Kesabaran Galang sudah habis melihat sikapnya yang seolah tidak peduli.