"Langsung pulang!" Suara seseorang membuat el terperangah, el menoleh dan mendapati sosok cowo tinggi yang tak kalah tampan itu sedang berdiri di hadapan niko dan reza kakaknya.
El mengintip dari balik rak makanan, dia mendekatkan telinganya dan berusaha menguping pembicaraan mereka.
"Siapa ya? Kok kaya gak suka gitu pas ngeliat kak niko deket sama kak reza" Gumam el yang sedari tadi memperhatikan mereka. Setelah memastikan mereka pergi, el langsung bergegas menuju kakaknya yang sejak tadi hanya berdiri menatap keduanya yang sudah jauh dari pandanganya.
El menepuk bahu reza membuat reza agak terkejut dan berbalik memukulnya. "Jangan ngagetin" Katanya sembari menatap sinis.
"Abisnya, aku liatin dari tadi kakak ngelamun aja kaya orang oon. Lagi mikirin apaan sih? Kak niko ya" Tuduh el sembari menunjuk-nunjuk ke arah reza serta menggodanya.
Sementara, reza hanya menanggapi dengan senyum, dia kembali menilik menatap niko yang sudah keluar dari indomaret. Kedua matanya beralih melihat niko yang tangannya di gandeng sama calvin.
El memperhatikan reza sejenak, karena sedari tadi kakaknya hanya terdiam, el mulai mengikuti arah tunjuk matanya yang mengarah sosok dua anak laki-laki yang sedang berinteraksi satu sama lain.
"Tuh, kan!!" Seru el dengan suara yang nyaring, saking kerasnya suara el sampai-sampai membuat para pengunjung yang ada di indomaret menjadi terganggu dan semuanya terperangah menatap mereka berdua.
"Suara kamu el"Ucap reza yang geram terhadap adiknya.
El hanya cengengesan tanpa dosa saat reza memarahinya. "Tadi, itu siapa kak?" Tanya el.
"Calvin" Reza kembali berbalik dan berjalan melewati beberapa rak sembari memilih sesuatu yang ingin di belinya.
"Temen kakak?" Reza menggelengkan kepalanya,"Bukan" Jawabnya.
"Pacarnya kak niko?" Reza tertegun,"Mungkin" El beroria kemudian beralih memincingkan matanya melihat reza yang semenjak itu berubah menjadi pendiam. Padahal kalau bertemu sama niko bawaanya senyum mulu.
"Cemburu?"Tukas el. Reza bergeming, apa benar dia cemburu? Lantas kenapa reza merasa tidak suka saar melihat niko berdekatan seperti itu dengan calvin. Apa iya, calvin pacarnya niko? Tapi, bukannya nama calvin yang pernah di sebut sama niko sewaktu dia mimpi buruk.
"Sok tau kamu" Reza menyangkal, reza tak mau semakin larut dengan perasaanya terhadap niko.
Di tambah hubungan seperti itu di anggap tabu oleh masyarakat indonesia. Mungkin perasaanya terhadap niko itu hanya sebatas kagum saja tidak lebih.
"Cie, kak reza" Goda el semakin menjadi. Sementara reza yang di goda oleh adiknya membuat pipinya semakin bersemu merah dan menahan panas yang merona.
"Mending kamu buruan pilih yang mana, terus kalau udah kita langsung bayar" Ujar reza yang niatnya mengalihkan topik pembicaraan.
"Lah, el mah udah kak. Tinggal kakak aja tuh yang dari tadi cuma muter-muter gajelas. Mau beli apa sih emang??" Tanya el bingung, reza langsung menghentikan langkah kakinya dan memperhatikan sekelilingnya. Memang benar, sedari tadi dirinya hanya muter-muter di beberapa rak. Reza merutuki kebodohanya yang sangat naif. Reza menggaruk tengkuknya sembari menatap adiknya.
El mendengus, " Gara-gara bahas kak niko jadi lupa deh mau beli apa" Ucap el membuat reza menahan malu.
^^^
Setelah memakirkan motornya di dalam garasi , calvin melenggang masuk ke dalam rumahnya yang terlihat besar dan mewah. Baru beberapa melangkah, calvin di kejutkan dengan suara seseorang yang membuat langkah kakinya terhenti dan berbalik mencari sumber suara tersebut. Ternyata asisten rumahnya, bi ana. Calvin memberikan senyumnya kepada bi ana yang berjalan mendekatinya.
"Mama sama papa kemana bi?" Tanya calvin.
"Tuan sama nyonya lagi di kantor den" Jawab bi ana, calvin beroria sembari menganggukan kepalanya pelan.
" Nanti bilangin sama mereka ya bi, kalau calvin udah pulang" Ucapnya, calvin berbalik badan melanjutkan langkahnya menuju kamar.
" Siap, den"
Sesampainya calvin di depan kamar, calvin segera masuk ke dalam kamarnya yang sudah lama sekali tak di tempati selama beberapa tahun terakhir ini. Lebih tepatnya calvin kabur dari rumah, karena suatu alasan yang membuatnya harus pergi dan tinggal di sebuah apartemen.
Malam harinya, di mansion keluarga besar Belghints mengadakan acara makan malam bersama.
Calvin menuruni anak tangga menuju ruang makan setelah selesai mandi dan keluar dari kamarnya.Calvin hanya memakai kaos biasa dan celana santai.
Sesampainya calvin di bawah tangga, calvin langsung berjalan mendekati ruang makan yang sudah melihat dan mendapati kedua orang tuanya serta kakaknya yang sudah lama menunggunya sejak tadi.
Saat calvin menarik kursi dan duduk di samping carlos, tiba-tiba saja suasananya menjadi hening dan terlihat sama-sama canggung.
Mereka bertiga memang sudah lama sekali tidak makan bersama semenjak calvin pergi dari rumah, hubungan mereka menjadi sangat renggang.
5 menit telah berlalu, keadaanya masih tetap sama dan malah semakin rumit. Salah satu dari mereka tak ada yang memulai pembicaraan, dari demian maupun calvin yang tetap acuh.
Hanya dapat mendengar suara detingan sendok dan garpu yang juga ikut turut mengisi rasa canggung di antara mereka.
Semua akan berakhir,sampai demian memulai membuka suaranya yang di tunjukan buat calvin. Calvin yang sedang menikmati makan malam, terhenti karena mendengar suara demian dan membuatnya sedikit mendongak walaupun hanya sesaat menatapnya.
"Vin, Ada yang mau papa sampaikan sama kamu "Kata demian.
"Oh" Sahut calvin beroria sembari menganggukkan kepalanya dan kembali menyuap sesondok nasi ke dalam mulutnya.
Calvin yang terlihat sok sibuk dan tak begitu serius saat menanggapi papanya yang mengajaknya bicara membuat carlos menjadi sangat marah pada adiknya karena bersikap tidak sopan di depan demian.
Brak
Carlos menggebrak meja sangat kasar, matanya menatap emosi ke arah adiknya.
"Carlos" Panggil Anes lembut yang berusaha menenangkan putranya yang sedang tersulut emosi terhadap calvin. Anes sangat tau tentang kejadian setahun lalu yang membuat hubungan keluarganya menjadi renggang seperti ini, anes bahagia karena selama setahun akhirnya calvin mau pulang dan kembali ke rumah. Anes tidak akan membiarkan hal itu kembali terjadi lagi di rumah ini.
"Mama liat sendiri kan? Gimana sikap calvin ke papa. Mama sama papa itu terlalu memanjakan dia. Dan,sekarang mama lihat! Dia, jadi anak yang nggak tau diri!" Kata carlos, carlos melirik tajam ke arah adiknya. Menatapnya emosi dengan perasaan yang menggebu-gebu dan merasa tidak tahan lagi saat melihat sikap adiknya yang sangat sok di depannya itu, sementara calvin, dia ingin segera pergi dari rumah besarnya yang sangat membosankan ini. Lebih baik calvin di apartemen saja menghabiskan waktunya berduaan dengan niko lalu mencumbunya, melakukanya bersama niko, mendengarkan suara erotis milik niko yang menggugah sampai membuatnya merasakan puas. Ah,sial! calvin menjadi menyesal karena tadi meninggalkan niko. Tapi, calvin juga penasaran tentang hal penting yang mau di sampaikan sama papanya.
"Carlos cukup! Kamu tenang dan duduk. Biar papa yang membicarakan ini sama adik kamu"Jawab demian membuat carlos berdecak sembari menggertak giginya kasar dan kembali terduduk di kursinya.