Sampai tiba pada acara akad pernikahan, Sabrina cukup tegar & kuat. Duduk bersebelahan dengan Cantika, sebagai pendamping mempelai wanita. Meskipun terlihat jelas wajah Cantika masih saja ketus terhadap Sabrina.
Sesekali Reyno menghela nafas pendek, melirik ke arah Sabrina dengan raut wajah segan dan tertunduk malu. Berbeda dengan Sabrina yang begitu acuh.
Acara akad nikah pun di mulai.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Reyno Prasetiyo bin Prasetiyo dengan anak saya yang bernama Cantika Jaipahusna binti Cahyadi dengan maskawinnya berupa 100 gram logam mulia, Tunai," ayah kandung Cantika menghentakkan talapak tangan Reyno yang sudah bersalaman sebelumnya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Cantika Jaipahusna binti Cahyadi dengan mas kawin tersebut, tunai," ucap Reyno dengan lantang.
Acara akad pernikahan berjalan dengan lancar. Reyno telah resmi menjadi suami Cantika. Semuanya terharu. Terlebih dengan Messya, yang akhirnya harus melepaskan Cantika kepada laki-laki pilihannya. Di situ, turut serta hadir Ayah kandung Cantika yang di tunjuk sebagai wali nikah.
Cantika dan Reyno bertukar cincin, Reyno mencium kening Cantika. Puluhan mata menyaksikan kedua mempelai itu. terlihat jelas mereka berdua sangat bahagia.
Sabrina terlihat bahagia dan terharu. Sabrina sudah move on, dia ikut serta terbawa oleh suasana hangat dan bahagia pada acara akad pernikahan itu.
Acara akad nikah di lanjutkan dengan resepsi di sore harinya sampai dengan selesai pada malam hari.
Tidak pernah menyangka sebelumnya, jika kini Reyno adalah adik ipar Sabrina.
***
Pagi yang cerah, secerah sinar wajar pengantin baru. Semua keluarga Bramantio berkumpul di meja makan, hendak sarapan bersama.
"Jadi kalian mau honeymoon kemana?" tanya Bramantio matanya tertuju kepada Cantika dan Reyno. Tangannya yang mulai sibuk mengoleskan selai strowbery ke lapisan roti tawarnya.
"Kita rencananya besok siang mau terbang ke bali, Ayah," jawab Cantika, dengan rona senyum bahagia, sesekali matanya melirik ke arah Reyno.
"Wow bali!. Seru dong. Semoga rencana kalian berdua di lancarkan yah," sahut Mesya dengan semringah, terpancar kebahagiaan tengah menyelimuti wajahnya.
Berbeda dengan Sabrina yang cuek, terlihat hanya sibuk dengan roti tawar dan selai kacangnya. Ia seolah tidak perduli dengan percakapan keluarganya, terlihat jelas dari sikapnya yang seolah menutup telinga.
Cantika seperti sengaja memperlihatkan keromantisannya dengan Reyno di depan sabrina. Mulai dari saling suap-suapan dan tertawa bersama. Tetapi, Sabrina tak menghiraukan sikap mereka. Ia sudah tak mau perduli.
Selesai sarapan Sabrina bergegas untuk siap-siap pergi ke kantor dan berpamitan. Terdengar suara deru mesin mobil d bunyikan, Sabrina menghangatkan mobil merah yang sudah 4 tahun menemaninya.
Sesampainya di kantor semua teman-temannya memeluk Sabrina begitu erat.
"Waduh, Ada apa? Gue gak lagi ulang tahun lho guys," ucap Sabrina yang terheran ketika semua teman-temannya terharu memeluknya bersamaan.
Semua teman-teman kantor Sabrina ikut bersedih dengan keadaannya yang di tinggal menikah oleh Reyno. Semuanya memandang Sabrina penuh haru.
"lo memang wanita kuat ya, Rin," ucap salah satu teman Sabrina seraya memegang tangannya.
"Udah ah. Kirain gue apaan coba, sampe gue kaget deh. Gue udh move on please jangan bahas masa lalu lagi," timpal Sabrina. Mukanya nampak tegar dengan balutan senyuman di wajahnya.
Mereka pun kembali berpelukan dengan penuh keharuan. Memang, beberapa teman kantor Sabrina sudah mengetahui kisah pilu Sabrina. Dan mereka pun cukup mengerti dengan keadaannya. Padahal Sabrina sudah melupakan kisah itu.
'Pekerjaan hari ini berjalan dengan lancar, semoga kedepannya akan lebih baik lagi buat kehidupanku,' Harap Sabrina.
Wanita lugu ini berbaring di kamar tidurnya, hendak istirahat malam. Wajahnya berbalut senyum semangat di bibirnya.
Keesokan harinya, di saat mentari mulai menyapa pagi. Di rumah Bramantio, pagi-pagi sekali Cantika dan Reyno sudah siap-siap untuk berangkat ke bali. Barang-barangnya sudah tertata rapih di bagasi mobil.
"Ayah, Ibu. Kita berdua pamit dulu ya, do'ain ya," ujar Cantika kepada kedua orang tuanya
"Iya, Ayah, Ibu. Pamit dulu ya," sambung Reyno kepada Bramantio dan Mesya.
"Iya. Ibu do'ain mudah-mudah lancar ya. Kalian seneng-seneng disana," ucap Mesya penuh harap.
"Iya semoga selamat sampai bali dan kembali pulang lagi ke jakarta dengan selamat," sambung Bramantio.
Di hari yang sama Cantika dan Reyno terbang ke bali untuk honeymoon. Setibanya di bali mereka berdua langsung tertuju ke hotel yang ada di kute untuk beristirahat.
Sepanjang perjalanan sampai tiba di bali, kemanjaan Cantika yang berlebihan entah kenapa membuat Reyno jadi merasa tidak nyaman. Akan tetapi, Reyno menepis gerutu hatinya. 'Mungkin karena lagi honeymoon jadi Cantika manjanya berlebihan.' Gumam Reyno di dalam hati.
Hari ke dua di bali. Entah apa yang ada di benak Reyno yang terus memikirkan Sabrina. Tiba-tiba dia merasa rindu pada wanita mandiri dan lugu itu. Reyno seperti baru sadar bahwa Sabrina tidak secepat kilat menghilang dari pikirannya. Ia seolah baru bangun dan tersadar dari mimpinya.
Sore itu di balkon hotel. Terlihat Reyno tengah sendirian, memandangi lautan yang begitu luas di depan mata dengan tatapan yang kosong.
"Ada apa dengan diriku," lirih Reyno. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menepuk kening.
'Tidak! Aku sudah memperistri Cantika sebagai wanita pilihanku, tapi kenapa pikiranku kepada Sabrina,' Sambungnya di dalam hati.
"Yang! Yang! kenapa sih kok bengong di situ?" panggil Cantika kepada Reyno. Namun reyno tak juga menjawab panggilan Cantika. Ia pun melemparkan nada keras kepada reyno
"Yang!"
"Iya, Rin! ops sory kenapa, Yang." reyno menutup mulutnya karena sadar akan jawabannya yang keliru.
"Apa! Rin? Kamu pikir aku, Sabrina," bentak Cantika kepada Reyno. Seketika bola matanya membeliak kepada suami yang baru saja menikahinya.
"Enggak, Yang. Aku, Aku cuma kaget aja," sanggah Reyno dengan terbata-bata
"Yang! kalo kamu masih kepikiran sama kak Sabrina aku akan pergi sekarang juga dari sini," murka Cantika, wajahnya penuh dengan emosi.
Seketika Reyno segera memeluk Cantika guna menenangkannya. Belaian dan rayuan Reyno saat itu mampu melululantakkan hati dan pikiran Cantika yang terlanjur geram. Ciuman Reyno mampu mengalahkan amarah Cantika dan seketika redam.
Reyno menggendong Cantika membawanya masuk ke kamar tidur di hotel itu. Mereka berdua pun memadu kasih, bercinta semalaman. Reyno yang penuh dengan luapan nafsu melepaskan semua pikirannya. Saat itu hanya Cantika yang Reyno cintai, pun sebaliknya dengan Cantika. Kecupan reyno mengalahkan amarahnya. Selepas itu cantika sudah tidak ingat lagi masalah di hari sebelumnya.
Seminggu telah berlalu di bali, Cantika dan Reyno tiba di jakarta dengan membawa banyak hadiah untuk keluarganya.
Keluarga Bramantio menyambutnya. Semua orang sibuk dengan oleh-oleh yang di bawa Reyno dan Cantika.
Namun, terlihat pemandangan yang berbeda dengan Sabrina, ia terlihat asyik memakan semangkuk baso sendirian, di samping kolam.
Bola mata Cantika tiba-tiba melirik tajam ke arah Sabrina kemudian membeliak ke arah Reyno.