Sekembalinya Bramantio ke ruang tamu. Terlihat jelas dari wajah-wajah yang ada di ruang tamu, semuanya terheran-heran dengan tingkah polah Sabrina.
"Gimana, Yah? Sabrina kenapa?" tanya Mesya penuh keheranan.
"Biasa, Bu. Asam lambungnya kumat lagi. Kayanya naik ke kepala, jadi kepalanya pusing," jelas Bramantio. Dia berbohong karena tidak enak hati kepada keluarga Reyno. Sikap anaknya kali ini benar-benar tibak bisa di tebak oleh Bramantio.
Walaupun perbincangan dua keluarga pada siang itu kembali hangat. Pikiran Bramantio, tetap saja cemas pada Sabrina.
Acara lamaran pun sudah di tentukan. 2 minggu lagi, keluarga Reyno akan melamar Cantika. Rona bahagia semakin terlihat memancar di wajah Cantika.
Namun, tidak dengan Reyno. Ia memang mencintai Cantika, tetapi wajah Reyno sangat terlihat kaku setelah kejadian tadi.
Wajah Reyno nampak kusut tidak seperti Cantika yang memancarkan rona kebahagiaan.
Selesai acara makan-makan, Keluarga reyno berpamitan pulang.
Sampai tiba di malam hari, Bramantio terus berusaha mengetuk pintu kamar Sabrina. Sampai akhirnya Sabrina membuka pintu kamar, membiarkan Ayahnya untuk masuk ke dalam.
Mereka duduk berdampingan, berbicara dari hati ke hati.
"Maafkan aku, Yah. Aku tidak berniat mempermalukan Ayah. Maafkan atas ketidak sopanan aku, Yah," ujar Sabrina. mata sembab, terlihat jelas jika ia telah menangis dalam waktu yang cukup lama. Dia baru sadar, alasan Reyno menyudahi hubungannya karena Reyno lebih memilih Cantika.
"Apa yang ternjadi, Nak? Sampai-sampai kamu terlihat berantakan begini." Bramantio Semakin cemas melihat keadaan putrinya ini. Semakin bertanya-tanya dengan keadaan sabrina.
"Saat aku membuat minuman di dapur, kepalaku tiba-tiba pusing, aku mencoba menahannya. Tapi sesampainya di ruang tamu, terasa semakin sakit. Maafin aku ya, Ayah. Aku tidak ada maksud apa-apa," jelas Sabrina, Tangannya seraya memegang kening, terlihat jelas jika ada yang tidak beres dengan kondisi badannya.
"Ayah mau bawa kamu ke dokter ya. Ayah siapkan mobil dulu," ajak Bramantio, seraya beranjak dari kasur Sabrina.
"Jangan sekarang, Ayah! besok saja, Sekarang udah malam," sahut sabrina, Seketika tangannya menahan Bramantio agar tidak beranjak pergi
Saat mentari pagi mengusap wajah Sabrina, Ia pun berusaha menghempaskan segala kepenatannya.
Pagi-pagi sekali Bramantio sudah siap-siap, sepertinya hendak mengajak Sabrina ke dokter guna mengecek keadaannya.
"Yah! Kenapa ya, Sabrina kok tiba-tiba mendadak sakit," ucap Mesya dengan raut wajah heran.
"Namanya juga sakit, Bu. kan tidak bisa di rencanain harus kapan datangnya," balas Bramantio.
Sementara di kamar Sabrina. Cantika menghampiri ke kamar, hendak menengok kakak kesayangannya itu.
"Kak! Jangan lama-lama sakitnya ya, aku sedih melihat kakak kaya begini," lirih Cantika, raut wajahnya sedu melihat keadaan kakaknya. Seketika Cantika memeluk Sabrina dengan erat, tangannya mengusap-usap pundak Sabrina guna menguatkan.
"Iya, Dek. do'ain aja ya, mudah-mudahan Kakak selalu kuat, m-maksudnya biar Kakak selalu sehat," sahut sabrina lemas, dengan kelopak mata yang terlihat pucat.
Sabrina di papah ayahnya untuk masuk ke dalam mobil. Bramantio segera tancap gas, mengemudikan fortuner putihnya, kemudian melaju dengan perlahan.
Sesampainya di klinik. Dokter dengan sigap memeriksa keadaan Sabrina. Kemudian menjelaskan kepada Bramantio jika suhu badan sabrina 40°c, tensi darahnya pun lemah hanya 80/70. Itulah yang membuat kepala Sabrina pusing dan badannya lemas tidak bertenaga.
Ternyata kejadian pilu itu, bukan hanya membuat hati Sabrina terluka, pun membuat tubuhnya tidak berdaya. Sabrina jatuh sakit, tubuhnya tidak begitu kuat. 3 hari tertidur di ruang rawat inap di salah satu Rumah Sakit, Jakarta pusat. Akhirnya, ia dapat kembali pulang ke rumah dengan tubuh yang mulai membaik. Suhu badannya sudah normal, tensinya pun sedikit bertambah menjadi 100/70.
Hari demi hari ia lalui. Sabrina Anastasya Bramantio, memang bukan wanita kuat. Tapi semenjak kejadian itu, Ia seperti mendapatkan pelajaran berharga. Sabrina bangkit, ia tak akan lagi jadi wanita lemah.
'inilah memang kenyataannya, jika Reyno akan menjadi adik iparku, ya sudah. Aku tak akan merusak diriku hanya oleh lelaki yang tidak pantas untukku,' batin Sabrina, mukanya sudah mulai ceria.
Sabrina kembali bersemangat menjalani hari-harinya tanpa peduli lagi terhadap Reyno. Bahkan Sabrina membantu Cantika dalam mengurus rencana pernikahannya.
Sampai tiba di hari yang di tunggu-tunggu oleh Cantika. Hari pernikahan Cantika terhitung 1 hari lagi.
Hari ini pula sudah di jadwalkan acara pengajian di kediaman Bramantio. Semua orang sudah bersiap-siap, tetapi belum juga terlihat wajah cantik Sabrina di ruang make Up.
Cantika mengetuk pintu kamar Sabrina, tetapi tak kunjung ada jawaban. Rupa-rupanya Sabrina tengah membersihakn badannya di kamar mandi. Karena sangat jelas terdengar suara gemuruh air, ketika Cantika membuka pintu kamarnya.
Cantika pun masuk ke kamar Sabrina dan berteriak "kak! aku mau pinjem inner jilbab ada kan?" teriak Cantika kepada kakaknya yang tengah berada di kamar mandi.
"Cari aja sendiri, Kakak belum selesai mandi," sahut Sabrina, di kamar mandi.
Cantika menyisir satu-persatu kotak penyimpanan kerudung di lemari Sabrina. Sialnya, bukanlah inner jilbab yang di dapatkan. tetapi, Cantika mememukan 2 poto Sabrina tengah bersama Reyno.
Cantika terkejut melihat 2 lembar poto itu. poto pertama terlihat jelas Reyno tengah menyuapi kue ulang tahun kepada Sabrina. Di poto itupun rona wajah mereka berdua terlihat sangat bahagia.
Poto kedua semakin menjelaskan bahwa ada sesuatu antara Sabrina dan Reyno. bahkan poto kedua membuat Cantika terperangah. jelas sekali terlihat, Reyno mencium pipi Sabrina dengan raut wajah semringah.
Cantika terduduk lemas di kasur Sabrina, tanpa menyadari jika kakanya sudah berada di sampingnya.
Sabrina merebut poto itu dari tangan Cantika kemudian merobeknya. Sial sekali! ternyata ia lupa dengan poto itu. Ia tidak ingat jika masih ada poto tersisa di lemarinya. Keteganganpun terjadi di ruangan kamar Sabrina.
"Tolong, kak! Jelasin apa maksud dari poto itu," tanya Cantika dengan raut wajah sinis
"Hm i-ini," Sabrina menghela nafas, seperti bingung harus berbicara apa. "Ini poto sudah lama, Dek. poto SMA dulu, Kakak lupa belum membuangnya," sanggah Sabrina tertunduk lesu
"Aku tidak tanya itu poto kapan, kak! aku tanya apa maksud dari poto itu? Apa hubungan Kakak dengan Tio?" bentak Cantika penuh emosi. Ya memang, Cantika selalu memanggil Reyno dengan sebutan Tio dari semenjak petama mengenalnya.
"Sudahlah, dek. nanti kakak jelaskan. Sekarang kan ada pengajian, tidak enak sama keluarga yang sudah berkumpul. Kakak janji nanti akan Kakak jelaskan," cicit Sabrina dengan penuh kebimbangan.
'Sudahlah nanti akan ku jelaskn jika acara ini sudah selesai' batin Sabrina yang mulai resah.
"Ingat ya! aku tunggu jawaban, Kakak," ketus Cantika yang seketika pergi meninggalkan kamar Sabrina.
Pengajian di kediaman Bramantio berjalan dengan lancar. Akan tetapi, nampak jelas terlihat di sepanjang acara, raut wajah Cantika yang penuh emosi. Mungkin ia masih kesal dengan kejadian poto tadi.