"Boleh biarin saya sendiri?" tiba-tiba pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Esya. Gadis itu punya pendirian kuat, makanya dia benar-benar tak ingin di ganggu oleh siapapun tak terkecuali Halua.
Laki-laki tampan itu ikut kena imbasnya.
"Hey … apa yang kamu pikirkan? Kenapa nggak cerita ke saya? Saya bisa bantu—"
"Bukan berarti kamu selalu ada di sisi saya, saya jadi harus ceritain semua yang saya rasa sama kamu, kan?" tanya Esya dengan wajah sedih.
Mendengar kalimat itu membuat Halua sedikit berempati. Lelaki itu mundur, dsn menghela napas panjang.
"Oh, mungkin kamu lagi butuh waktu sendirian, ya. Kalau gitu kita jaga jarak dulu untuk beberapa waktu. Selamat menyendiri," ucap Halua seraya menghilang dengan meninggalkan sayap hitamnya.
"Iya, Halua." Omongannya terasa aneh, karena wanita itu tersenyum dan perlahan-lahan fisiknya tidak terlihat seperti Esya lagi.
Siapa bilang saya Esya?