"Tolong ya, siapapun kamu, b-baiklah … kalau mau tinggal di kamarku, tak apa. Tapi jangan ganggu aku!" ucapnya dengan tegas, karena dia terus berpikir bahwa ini adalah kamarnya. Sudah menjadi tugasnya untuk bertindak tegas karena dia adalah pemilik kamar dan lebih berkuasa atas daerah ini.
Sosok itu tertawa lagi. Kali ini bahkan dengan jahilnya, dia mengembuskan napasnya di telinga Dabib, membuat pemuda itu sedikit tersentak. Namun sepertinya dia tak sekaget dulu.
"Hey ….kamu bisa berkata seperti itu, tapi kenapa diam saja saat orang lain menindasmu?" tanya sosok itu yang membuat Dabib membeku, seolah kata-kata itu sangat memengaruhi dirinya.
"Tuh, kamu melamun. Pasti bener, 'kan?" Omongannya membuat Dabib tersadar dan kali ini raut wajahnya terlihat lesu, tak seperti tadi yang agak garang seperti sesepuh yang ingin mengusir para pezina di desanya.