Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Halua sudah melepaskan dekapannya. Namun Esya malah semakin memeluknya seakan-akan tak mau kehilangan sosok pelindung misterius itu.
Halua membuang napas.
"Selalu begini. Apakah kamu memang selemah ini? Tidak … biasanya kamu sangat tangguh menghadapi segalanya—"
"Apa! Tangguh itu bohong! Aku nggak pernah nggak terluka! Selama ini … aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menutupinya. Ya, hanya itu."
"Yah, baguslah. Begitu juga bagus." Halua sedikit mendorongnya karena memang dia tidak terbiasa dipeluk seperti ini. Namun …
"Sebentar … sebentar saja. Kumohon …."
Mendengarnya membuat hatinya yang konon sangat keras jadi sedikit terkikis. Ternyata Halua bisa berempati juga. Walaupun hanya 0,3% saja.
Dia membiarkan Esya memeluknya lebih lama, sesuai permohonannya walaupun dia bukan malaikat pengabul doa.