Chereads / SAHABAT SAMPAI MATI / Chapter 27 - Flashback

Chapter 27 - Flashback

Anggi masih merasa penasaran dengan hubungan Dani dan kematian Yoga yang masih jadi misteri hingga saat ini.

Lalu ia kembali melontarkan pertanyaan itu kepada Dani.

Sambil menunggu dokter selesai memeriksa Wati di ruang UGD.

"Dani... Bisakah kamu ceritakan kejadian yang sebenarnya pada hari kecelakan itu?" tanya Anggi sangat berhati-hati.

Dani jadi kaget, ia kembali mendapatkan pertanyaan yang membuatnya jadi selalu ketakutan jika dihadapkan dengan pertanyaan itu.

Dani menghela nafas panjang ia juga menelan ludahnya.

Perlahan ia mulai mengingat kembali bayangan Yoga ketika kecelakaan itu terjadi.

"Sebenarnya ini memang salah aku Tante. Karena aku kurang berhati-hati dalam mengendari motor pada saat itu. Jalanan juga licin karena habis diguyur hujan lebat. Yoga sudah coba memperingati aku untuk lebih pelan dan hati-hati. Tapi aku tidak menghiraukan ucapan Yoga sehingga kecelakaan itu tak dapat dihindari lagi."

Dani terpaksa menyembunyikan alasan yang sebenarnya karena ia masih belum berani menerima resikonya.

"Tapi... Kenapa Yoga bilang kamu adalah penyebab kematiannya? Bukankah Yoga meninggal karena terlindas oleh truk dan sulit truk yang bersangkutan juga sudah di tangkap kan sekarang."

"Mungkin karena Yoga merasa aku tidak mendengarkan ucapan dia, makanya kita jadi celaka dan dia marah sama aku Tante."

"Ya Tuhan Yoga... Terus gimana dengan janji kalian itu? Mau sampai kapan Yoga akan terus menjadi arwah penasaran seperti ini?"

"Sampai aku mati. Yoga akan tenang, jika akun sudah mati Tante," sahut Dani dengan mata yang berkaca-kaca.

Anggi jadi tidak tega, ia tidak mau anaknya membawa dampak buruk kepada sahabatnya Dani. Dani masih kuliah, masa depannya masih panjang. Dani masih berhak hidup dan meneruskan mimpinya. Rasanya Anggi tidak rela jika Dani harus mati di tangan putranya sendiri.

"Jangan bicara seperti itu. Ibu kamu masih butuh kamu. Dia akan sangat sedih jika kehilangan kamu, sama seperti tante yang sangat sedih kehilangan Yoga."

Dani jadi menangis. Seandainya Anggi tahu apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu, mungkin ia juga menginginkan Dani untuk mati. Karena akibat Dani yang lalai,berkendara dalam keadaan mabuk ia jadi harus menghilangkan seorang nyawa sahabatnya sendiri.

Dani terdiam, ia membayangkan hari sebelum kecelakaan itu terjadi.

***

"Aku nggak mau melanjutkan hubungan kita lagi Dani. Aku mau kita putus! Karena aku sudah nggak cinta lagi sama kamu," kata Selyn, kekasih Dani yang sangat Dani cintainya.

"Tapi kenapa? Apa alasannya? Karena aku tidak kaya? Apa karena ada pria lain yang sudah membuat kamu jadi berpaling dari aku?" ucap Dani dengan tegas.

Selyn dan Dani baru beberpa bulan menjalin hubungna. Mereka bertemu di kampus, tapi berbeda jurusan.

Namun entah kenapa Selyn tiba-tiba meminta putus tanpa alasan yang jelas. Padahal hubungan mereka baru seumur jagung.

Merasa tidak terima, Dani lantas menolak permintaan Selyn. Ia terus memohon agar hubungan mereka tidak putus.

"Kasih tahu aku alasan kamu kenapa tiba-tiba minta putus!" ucap Dani menatap mata Selyn dengan tajam.

"Kamu mau tahu? Karena aku lebih suka dengan pria lain."

Dani mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti pria siapa yang dimaksud oleh Selyn itu.

"Siapa? Ayo katakan siapa yang sudah berani merebut hati kamu dari aku," kata Dani tegas.

"Yoga!" sahutnya pelan.

Dani terbelalak, matanya melotot seakan tak percaya kalau pria yang dimaksud Selyn adalah sahabatnya sendiri.

"Apa kamu bilang? Yoga? Kamu tahu kan Yoga itu sahabat aku? Tapi kamu malah memilih dia daripada aku?"

"Cinta itu tidak ada yang tahu Dani. Aku sudah mulai jatuh cinta ketika baru pertama kali melihat Yoga. Dan itu datang begitu saja. Aku sudah mencoba untuk menghilangkan perasaan itu. Karena aku tahu itu salah dan akan sangat menyakiti kamu. Tapi semakin aku mencoba melupakan semakin aku jatuh hati pada Yoga. Maafkan aku, Dani."

Dani semakin shock. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia juga tidak bisa memaksa perasaan Selyn untuk tetap bertahan dengannya. Tapi kenapa harus Yoga? Kenapa harus sahabatnya sendiri?

Dani harus terima keputusan yang sudah diambil oleh Selyn. Ia harus ikhlas hubungannya dengan Selyn kandas.

Meskipun hatinya hancur, dan merasa sangat kecewa dengan kenyataan ini.

Dani pulang dengan hati yang kosong. Langkahnya seakan hampa tak punya tujuan. Orang yang ia cintai justru lebih memilih sahabatnya sendiri. Hati mana yang tidak terluka jika harus menghadapi masalah seperti ini.

Dani akhirnya pergi menuju ke club malam.

Ia menghabiskan malam itu dengan minum sampai mabuk.

Ia juga harus diantar oleh supir taksi sampai ke tempat kosnya karena sempat tidak sadarkan diri ketika dalam perjalanan pulang.

Efek dari alkohol itu masih terasa hingga hari berganti menjadi pagi.

Pagi itu seperti biasa Dani harua berangkat ke kampus. Dengan mengendarai motornya.

Pikirannya yang masih kacau, ditambah dengan efek alkohol membuatnya jadi hilang konsentrasi.

Sebelum menjemput Yoga ke rumahnya, Dani sudah terlihat berbeda. Matanya merah dan jalannya sempoyongan.

***

"Keluarga Ibu Wati..." suara perawat memanggil dari depan ruang UGD.

Dani segera bangkit dari kursinya dan menghampiri suster itu.

"Saya Sus. Saya anaknya. Gimana kondisi ibu saya? Apa baik-baik saja?"

"Ibu Wati tadi sempat koma karena kehilangan banyak darah, tapi alhamdulilah sekarang kondisinya sudah lebih baik. Sudah bisa melewati masa kritisnya. Dan sebentar lagi akan dipindah ke ruang perawatan."

''Syukurlah," ucap Dani merasa lega sambil mengusap kedua tangannya ke wajahnya.

Anggi juga turut lega mendengarnya. Ia ikut senang mendengar sahabatnya masih selamat dan baik-baik saja meskipun sempat koma.

"Alhamdulilah, ibu kamu selamat. Tante ikut senang. Kalau begitu tante pamit pulang ya. Kamu sendirian di sini nggak papa kan?"

"Nggak papa tante. Nanti juga Bapak datang ke sini," sahut Dani tersenyum tipis.

Akhirnya Anggi pulang setelah berpamitan dengan Wati. Meskipun sudah sadarkan diri, Wati masih belum bisa banyak bicara pasca kecelakaan itu terjadi.

Masih teringat dengan sangat jelas bagaimana Dani berjalan dengan tatapan kosong menuju ke tengah jalan raya.

Dani seperti dikendalikan oleh roh jahat.

Wati terus bertanya tanya dalam hati, apa itu adalah arwah Yoga?

Kenapa Yoga selalu menganggu Dani dan menginginkan Dani celaka?

Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka sehingga arwah Yoga jadi tidak bisa pergi dengan tenang?

Semua pertanyaan itu ingin sekali Wati sampaikan kepada Dani. Namun ia masih melihat putranya yang shock dan jadi tidak tega untuk kembali membahas masalah itu.

"Ibu... Maafkan aku ya Bu..." ucap Dani mencium tangan ibunya sambil meneteskan air matanya.

"Bukan salah kamu... Ini sudah takdir ibu..."

"Tapi ini salah aku Bu... Karena aku semuanya jadi seperti ini," kata Dani dengan penuh rasa bersalah.