Chereads / SAHABAT SAMPAI MATI / Chapter 29 - Teman Makan Teman

Chapter 29 - Teman Makan Teman

Dani duduk di kursi samping ranjang ibunya. Ditemani Sandi yang duduk di sofa tidak jujur dari ranjang.

Sandi iseng memainkan ponselnya karena ia merasa suasana di ruangan ini semakin lama semakin mencekam. Seperti ada yang sedang memperhatikannya dari arah sudut sana. Sudut ruangan dekat kamar mandi. Tapi ketika Sandi melihat ke arah sana, tidak ada siapapun di sana. Sandi kembali memainkan ponselnya lagi.

Ia sengaja menyibukkan diri dengan melihat sosial media miliknya untuk mengusir rasa takutnya.

Namun kemudian tiba-tiba layar ponselnya mati. Padahal baterai masih full karena ia sudah mengisinya sebelum pergi ke rumah sakit tadi.

Sandi mencoba menyalakan ulang ponselnya tadi gagal.

Tidak lama kemudian, ponselnya kembali menyala. Tapi bukan seperti biasanya.

Ia justru melihat sebuah tulisan berwarna merah seperti darah.

'Pergilah dari sini! Atau lo juga akan mati!'

Sandi tersentak ke belakang sampai melempar ponselnya jauh jauh.

Dani yang melihat temannya itu jadi ikut terkejut.

"Ada apa?" tanyanya sambil mengerutkan keningnya.

Sandi masih tersungkur di lantai. Ia mencoba mengambil lagi ponselnya yang tadi ia lempar.

Namun anehnya tulisan itu sudah menghilang dan ponselnya sudah kembali menyala dengan normal.

Nafas Sandi terengah engah.

"Gue nggak papa. Gue baru ingat kalau gue harus pulang sekarang karena ada urusan penting. Jadi gue minta maaf ya harus pamit sekarang. Tante, saya pamit ya. Semoga tante cepat pulih dan bisa kembali pulang ke rumah."

Sandi terburu-buru ingin keluar dari ruangan itu sebelum kejadian aneh kembali menimpa dirinya.

Wati hanya mengangguk pelan dan membiarkan Sandi keluar dari ruangannya. Sementara Dani malah kebingungan melihat sikak aneh Sandi yang terlihat seperti ketakutan itu.

Kemudian Dani berpikir kalau Sandi juga telah diganggu oleh arwah Yoga.

Namun ketika Dani mencoba mencari keberadaan Yoga di ruangan ini, Dani tak melihat apapun.

"Ada apa dengan Sandi? Kenapa dia terlihat ketakutan gitu?" tanya Wati pelan.

"Aku juga nggak tahu Bu, kebelet kali tuh anak."

Wati terkekeh mendengar jawaban Dani.

***

Anggi duduk di ruang tamu. Bayangan tentang kecelakaan yang menimpa Wati tadi masih terus menghantui pikirannya.

Terlihat jelas bagaimana Dani jalan menuju ke tengah tanpa sadar dan dengan tatapan yang kosong. Ia terlihat sengaja ingin mencelakakan dirinya sendiri.

Tapi justru malah ibunya yang celaka karena menyelamatkannya dari mobil itu.

Anggi tak habis pikir dengan semua itu. Lalu ia beranggapan kalau semua kejadian ini ada hubungannya dengan Yoga.

"Apa Yoga yang sudah membuat Dani jadi tanpa sadar berjalan ke tengah jalan raya? Tapi malah ibunya yang celaka. Tapi kenapa? Apa sebenarnya motif Yoga melakukan ini jika memang itu benar karena ulah Yoga. Apa salah Dani sebenarnya sehingga Yoga ingin sejali sahabatnya itu mati? Aneh sekali... Mereka bahkan sudah seperti saudara sendiri, tapi kenapa malah jadi seperti ini?" ucap Anggi sambil mengelus dagunya dengan telunjuknya.

Anggi terus menerka nerka masalah yang terjadi di antara mereka berdua sebelum akhirnya kecelakaan nahas itu menimpa Yoga dan meninggal dunia.

Kemudian Anggi tetingat dengan Selyn. Perempuan yang terakhir kali datang ke rumah ini dua hari sebelum kecelakaan itu terjadi.

Anggi ingat betul ia masih menyimpan kontak Selyn. Lalu ia mengambil ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Selyn.

Anggi: "Halo Selyn... Selamat sore."

Selyn: "Halo Tante... Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu Tante? Tumben Tante telepon saya..."

Anggi: "Hmm... Begini Selyn ada yang ingin tante bicarakan sama kamu. Apakah kamu ada waktu sore ini untuk datang ke rumah tante?"

Selyn: "Oh baik Tante. Saya akan datang ke sana nanti ya. Sekitar jam lima sore."

Anggi: "Baik, tante tunggu ya."

Anggi menutup panggilan teleponnya.

Ia kembali mengingat tentang sosok Selyn.

Yoga pernah membawanya ke rumah ini dan mengenalkan Selyn kepada ibunya. Ia juga bilang kalau mereka baru saja jadian.

Tapi kejadian yang buruk justru menimpa Yoga dan membuat hubungan mereka akhirnya terpisahkan oleh maut.

Anggi pikir Selyn juga tahu tentang hubungan Dani dan Yoga selama ini. Ada masalah apa mereka sebenarnya. Karena Yoga bukan tipe cowok yang terbuka. Apalagi jika sudah menyangkut masalah pribadinya.

Sepulang kuliah, Selyn langsung menuju ke rumah Yoga. Semenjak kematian Yoga, Selyn belum pernah datang ke sana lagi. Karena ia masih takut. Takut jika arwah Yoga juga akan mendatanginya seperti apa yang selama ini ramai dibicarakan di kampus.

Berita arwah penasaran Yoga sudah menyebar di seluruh kampus. Hampir semua teman kelasnya mengaku pernah didatangi oleh sosok Yoga yang berwajah hancur.

Mereka juga mengaku kalau Yoga menjadi arwah penasaran karena urusannya di dunia ini belum selesai.

Dengan langkah yang ragu-ragu, Selyn mengetuk pintu rumah Yoga. Tangannya bahkan masih gemetar. Rasanya suasana rumah ini tidak seperti biasanya.

Entah kenapa Selyn merasa sekujur tubuhnya dingin. Padahal sore ini cukup cerah dan matahari masih bersinar terang.

"Assalamualaikum Tante..."

"Wa'alaikumsalam, eh Selyn... Masuk Nak!" kata Anggi dengan sangat ramah.

Selyn pun masuk ke ruang tamu. Ia duduk di sofa ruang tamu, sementara Anggi masih di dapur untuk mengambilkan minum untuknya.

Sambil menunggu Anggi kembali, Selyn mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah Yoga. Tidak ada yang aneh di sana, semuanya tampak biasa saja sama seperti pada saat terakhir kalinya ia datang ke rumah ini sebagai kekasih Yoga.

Ingat jelas dalam benak Selyn, Yoga duduk di sampingnya. Mereka mengobrol dan bercanda ria menikmati hari hari indah sebagai pasangan baru.

Tanpa sepengetahuan Yoga, kalau Selyn ini pernah menjalin hubungan dengan Dani. Secara tidak langsung, Yoga telah merebut Selyn dari Dani. Istilah katanya teman makan teman.

Tapi jika Yoga tahu, ia mungkin tidak akan tega melakukan hal itu. Karena baginya persahabatannya dengan Dani adalah segalanya.

Selyn terbayang wajah Yoga yang tersenyum di sampingnya. Tak terasa air matanya tiba-tiba menetes. Ia tak menyangka hubungannya dengan Yoga hanya bertahan beberapa hari saja karena maut yang memisahkan mereka.

"Silahkan diminum Nak," kata Anggi yang tiba-tiba muncul dan membuyarkan lamunan Selyn.

"Terimakasih tante... Ngomong ngomong tante ada apa ya memanggil saya ke sini?"

Anggi menghela nafas panjang. Ia mencoba menenangkan dirinya dulu sebelum berani bertanya sesuatu yang berhubungan dengan Yoga. Maklum, kematian Yoga masih menyisakan kesedihan yang mendalam bagi Anggi. Karena Yoga adalah anak satu-satunya dan kini sudah tiada.

"Begini Nak Selyn, apa Nak Selyn tahu masalah Dani dan Yoga sebelum Yoga meninggal dunia? Barangkali Nak Selyn tahu ada masalah apa mereka sebelumnya?" tanya Anggi dengan sangat berhati-hati.

Selyn diam dan mengerutkan keningnya. Pertanyaan macam apa ini? Mana mungkin dia tahu ada masalah apa antara mereka. Secara Selyn sudah memutuskan hubungannya dengan Dani karena ia lebih tertarik dengan Yoga. Sejak itu Selyn tidak pernah berkomunkasi lagi dengan Dani.