Chereads / Ricketly House / Chapter 29 - Bagas dan Rasa

Chapter 29 - Bagas dan Rasa

Di sisi lain kini Bagas tengah termenung sendiri di dekat kolam renang. Pertandingan bola yang menyebalkan,tim favoritnya kalah.

Hal itu jelas membuat Bagas kesal, "Cemen banget sih!" gerutu Bagas sambil menciptakan air kolam.

Hujan nyatanya tidak turun, padahal mendung begitu pekat. Jam menunjukkan pukul setengah enam.

Kali ini perhatian Bagas tertuju pada kamar yang ada di lantai dua, kamar temannya yang kini tengah ditempati oleh seorang gadis yang cantik.

"Kenapa gue mikirin dia sih!" kesal Bagas dengan pikirannya sendiri.

Tidak sepantasnya Bagas memikirkan hal itu, gadis itu milik temannya. Bagas sendiri tahu akan hal itu. Bahkan Bagas jauh lebih tahu dari siapapun.

Cinta kedua temannya itu sangatlah kuat, tapi mengapa kini Bagas justru mengharapkan hal sebaliknya?

Pertemuan dirinya dan Liona masih bisa dihitung jari, tapi benih cinta itu tiba-tiba bergejolak setelah perbincangan hangat antara dirinya dan Liona.

Padahal perbincangan itu hanya diisi dengan keluh kesah Liona, ungkapan hati Liona, rasa takut dan hal lainnya yang berhubungan dengan hubungan Liona dan Lion.

Bagas sendiri yang berusaha menyakinkan Liona akan cinta Lion yang tidak berbatas dan tidak bertepi, tapi mengapa kini dia diam-diam memiliki perasaan lain pada Liona?

"Gue kenapa sih? Gue kan playboy, banyak yang suka sama gue. Cewek ngantri mau jadi pacar gue, terus kenapa hati gue berkata lain. Kenapa harus Liona?" tanya Bagas pada dirinya sendiri.

Bagas yang mulai frustasi menjambak rambutnya, membuat rambut yang ditata rapih itu berantakan.

Sungguh ini bukan bagian dari dirinya. Tidak ada jiwa penghianat yang ia miliki, tidak ia tidak bisa terus menerus terjebak dalam perasaan aneh ini.

"Sadar Bagas! Dia udah ada yang punya dan yang punya sahabat lo sendiri! Jangan aneh-aneh Gas!" makinya pada diri sendiri.

Cinta, Bagas tidak pernah membayangkan akan perasaan cinta yang begitu kuat seperti sekarang ini. Cinta ini terlalu hebat dibandingkan cinta yang dulu pernah Bagas rasakan.

Perasaan cintanya pada Annisa kini kalah dengan perasaan cintanya pada Liona, perasaan yang harus dia simpan sendirian.

Dia jelas tidak ingin membuat hubungan antara dirinya dan Lion berantakan atau membuat Liona jauh dari Lion.

"Astaga! Bagas! Sadar!"

Kali ini Bagas mulai menampar wajahnya sendiri. Kepalanya berisikan, hatinya terusik dan jiwanya mulai kehilangan kendali.

"Lo kenapa Gas?" tanya Lion yang tiba-tiba datang dengan membawa nampan berisikan dua cangkir teh hangat.

"Lion," jawab Bagas gugup.

"Lo kenapa sih? Kayak maling ketahuan nyuri aja," celetuk Lion sambil meletakkan nampan itu di dekat Bagas dan menyuruh pria itu untuk meminumnya.

"Gak," jawab Bagas.

"Lo yakin gak papa?" tanya Lion sekali lagi.

Sebelum menjawab Bagas terlebih dahulu berdehem, membuat dirinya jauh lebih rileks.

"Gue gak papa Lion. Oh iya Liona belum bangun juga?" tanya Bagas mengalihkan topik pembicaraan.

"Udah. Kayaknya lagi mandi," jawab Lion lesu. Kepalanya tertunduk dengan binar mata yang menatap nanar air kolam yang jernih itu.

"Lo kenapa?" kini giliran Bagas yang bertanya.

Lion sontak mengangkat kepalanya, mendongak menatap balik Bagas.

Bagas yang diperlakukan seperti itu jadi salah tingkah. Rasa bersalah yang ia miliki belum juga usai dan kini Lion justru menatapnya dengan tatapan terluka.

"Lo kenapa sih?" desak Bagas.

"Gue bingung, lo juga kenapa? Kok gugup gitu, sampe keringetan segala. Lo lagi nyemunyiin sesuatu dari gue ya?" tanya Lion.

Dengan kasar Bagas menelan salivanya, "Gak lah! Gue gak papa, justru lo yang kenapa?" jawab Bagas bohong.

"Kan tadi gue dah bilang gue bingung. Gue gak tahu harus apa," jelas Lion.

"Bingung? Bingung buat apa? Siapa? Ada hubungannya sama Liona?" tanya Bagas lagi.

Kali ini Bagas bisa leluasa menarik napasnya. Lion menjauhkan wajahnya dan memilih menatap ke arah kolam renang.

"Iya, gue salah gak ya Gas. Gue belum siap bawa dia ke hubungan yang lebih serius, itu masih jauh banget. Tapi gue justru buat dia kejebak di hubungan ini, gue gak mau dia sakit hati. Gue gak mau dia kecewa," ujar Lion. Sorot matanya kembali tertuju pada Bagas.

Bagas bisa melihat bagaimana terlukanya hati Lion, apa dia tega merebut Liona yang merupakan separuh dari bagian hidup Lion? Apa dia tega memisahkan dua pasangan itu? Tidak! Dia tidak bisa melakukan hal itu.

"Tahan Bagas. Kalau lo gak bisa buang perasaan cinta itu, maka lo harus bisa tahan perasaan itu di dalam hati lo, cukup lo sendiri yang tahu. Jangan buat masalah ini semakin rumit!" ucap Bagas dalam hati.

"Gas!" tegur Lion yang tak kunjung mendapatkan jawabannya.

"Ehh iya, bikin kaget aja lo!" seru Bagas.

"Abis lo malah ngelamun!" gerutu Lion.

"Sorry bestie, oh iya tadi apa lo takut dia kecewa. Mungkin ini cuma so tahu gue aja, tapi setelah lo ngomong kayak gitu itu artinya lo ada niatan buat bikin dia kecewa kan? Kalau lo emang gak mau bikin dia kecewa yang lo harus berusaha buat dia bahagia dengan apa yang lo bisa tanpa adanya ikatan resmi atau enggak. Apa lo pikir setelah adanya ikatan resmi hubungan itu dianggap sempurna?" jelas Bagas.

Lion diam, memikirkan apa yang dikatakan Bagas. Logis, ya hubungan tidak akan lengkap dan selesai dengan adanya ikatan resmi.

"Gak akan! Kesempurnaan itu gak akan mudah diraih, jadi lo harus pikirkan cara lain untuk buat Liona bahagia selain dari hubungan resmi. Kita masih bocah bestie! Pikiran lo jangan kayak orang dewasa. Ada kok pasangan yang udah pacaran bertahun-tahun, tapi belum nikah juga!" ungkap Bagas.

"Tapi gue gak mau pacaran Bagas. Itu salah!" sanggah Lion.

"Banyak cara lain kan? Lo kenapa tiba-tiba bego gini sih! Lo gak usah mikirin yang aneh-aneh cukup lo pikirin gimana caranya hubungan ini tetap berjalan tanpa adanya ikatan. Lo harus percaya sama Liona dan Liona juga harus percaya sama lo. Hubungan tanpa kepercayaan, tanpa komitmen, tanpa perjuangan itu semua cuma seni nimbun luka!" tegas Bagas.

Hubungan antara pasangan itu memang rumit. Ada yang dibangun karena cinta ada pula yang dibangun di atas luka.

Setiap manusia memiliki waktunya tersendiri untuk menemukan siapa pasangannya. Tidak bisa dipaksakan cepat datang juga tidak dipaksakan cepat pergi.

Waktu yang akan menjawab siapa pasangan yang kita miliki, siapa pasangan yang memang ditakdirkan untuk kita.

Tapi masalah waktu pula yang membuat banyak hati patah, contohnya hati Bagas, Annisa dan Rio. Mereka jatuh pada lubang cinta yang salah.

Mencintai dalam diam membuat mereka patah diam-diam, mereka hanya bisa menerima tanpa bisa berbuat lebih. Karena hati mereka menolak merusak hubungan dua pasangan itu.

"Kalian lagi pada ngapain?" tanya Liona.

"Gak!" jawab Bagas dan Lion kompak.

"Gue harus bisa menerima semua rasa sesak ini," ucap Bagas dalam hatinya.

Kehadiran seseorang dalam hidup kita yang tidak mudah kita terima adalah dia yang memberikan cinta hanya untuk mengajari betapa sakit luka hati.