Chereads / The Kingdom Of Zen William / Chapter 11 - 11.Firasat Lain

Chapter 11 - 11.Firasat Lain

Sofia terus mengusap perutnya yang terasa sedikit nyeri. Perasaannya tidak enak, juga bayinya yang terus aktif lebih dari biasanya.

"Mungkin bayimu tahu jika akan berjumpa dengan Pangeran Mahkota sebentar lagi. Maka dari itu dia terlalu bersemangat!" seru Syehrazat.

"Tapi, perasaan saya juga tidak seperti biasa. Seperti ada rasa sesak di dada saya, rasanya sakit namun saya tidak tahu apa penyebabnya," jawab Sofia sembari menekan dadanya yang terasa sakit.

Bukan sakit seperti terluka oleh tajamnya senjata, namun perasaan sakit yang ia tidak bisa mendefinisikan rasanya.

"Kenapa rasanya seperti ini?" batin Sofia tidak mengerti.

Syehrazat masih sibuk menyiapkan bekal yang akan ia bawa sebentar lagi. Beberapa saat dari sekarang, pesta perkawinan agar segera digelar.

Pada sekitar pukul sembilan pagi, Pangeran dan permaisurinya akan berkeliling membagikan sedekah untuk rakyatnya yang sudah datang menyaksikan hari bahagia mereka.

"Apa pria yang kau sukai juga akan ikut berkeliling memberikan sedekah?" tanya Sofia. Wanita itu masih berharap agar ia dan Thruv bisa berjumpa kembali, ia ingin menanyakan kebenaran tentang suaminya pada pria berambut perak itu.

"Tentu saja dia pasti ikut, sudah saya bilang bukan, jika dia akan terus mengikuti ke mana pun Pangeran pergi. Kecuali dia sedang mendapatkan tugas penting dari kerajaan," balas Syehrazat.

Wanita itu selalu menggebu-gebu saat menceritakan tentang pria pujaan hatinya. Rasa cinta Syehrazat begitu dalam untuk Thruv, hingga ia rela sakit dan setia mendengarkan seluruh cerita pria itu bersama dengan wanita yang belakangan ini dicintainya.

"Saya baru mengingat sesuatu. Mungkin ini bisa menjadi petunjuk untuk saya!" seru Syehrazat tiba-tiba hingga membuat Sofia terkejut.

"Kau mengejutkanku Syehrazat!" teriak Sofia tanpa sadar.

Syehrazat hanya tertawa melihat ekspresi Sofia yang tampak lucu saat tengah terkejut.

"Waktu itu tuan Thruv pernah bilang, jika dirinya pernah membawa wanita itu bersama dengan kuda kesayangannya. Lalu mereka mampir untuk makan." Raut wajah Syehrazat berubah sendu.

"Saat itu ia bilang jika ada nenek peramal tua yang mengatakan omong kosong kepada wanitanya. Nenek itu bilang jika wanitanya adalah jelmaan iblis, Tuan Thruv murka saat itu." Ucapan Syehrazat membuat Sofia terdiam.

Wanita itu sungguh terkejut mendengar penjelasan sahabatnya. Wanita yang diceritakan oleh Syehrazat sudah jelas adalah dirinya.

Sofia yang dibawa oleh Thruv menggunakan kuda. Ia juga yang makan di kedai dan bertemu dengan peramal tua. Hari itu juga Thruv murka karena perkataan wanita tua itu.

Kebetulan macam apa yang tengah terjadi saat ini? Sofia tidak dapat memahaminya. Bagaimana jika Syehrazat tahu jika wanita yang diceritakan oleh Thruv adalah dirinya.

Sofia takut jika Syehrazat akan berbalik membenci dirinya. Karena menurut penglihatan Sofia, sahabatnya itu begitu mencintai Thruv Niramon.

"Bisakah kita berangkat sekarang?" tanya Sofia sedikit gugup hingga membuat Syehrazat mengernyit kebingungan.

Sahabatnya itu terus berpikir, apakah selama ia bercerita secara tidak sengaja menyakiti hati Sofia?

"Sofia, apa saya mengatakan sesuatu yang menyinggung hatimu?" tanya Syehrazat, ia tidak ingin hanya karena sesuatu yang sepele membuat hubungan persahabatan mereka bermasalah nantinya.

Sofia menggeleng, memegang tangan Syehrazat erat. "Saya tidak merasa seperti itu, hanya saja saya ingin segera sampai dan melihat bagaimana mewahnya pernikahan seorang Pangeran Mahkota."

Syehrazat tersenyum lega, rupanya ia salah sangka terhadap sahabatnya.

"Baiklah, mari. Tapi tetap hati-hati, bayimu di dalam pasti juga ikut kelelahan saat ini."

Keduanya berjalan beriringan, sesekali mengucapkan lelucon menggelikan. Bukan Sofia tentu saja, mereka tertawa karena cerita Syehrazat yang sangat unik dari cara menyampaikannya.

"Saya mengerti. Sesungguhnya saat ini saya sangat mengkhawatirkan ibu di rumah, saya sudah menitipkannya pada bibi Hayi. Namun tetap saja saya merasa tidak tenang. Saya juga membohongi ibu saat memutuskan datang kemari," lirih Sofia.

"Kenapa kamu berbohong pada bibi? Bukankah tidak masalah jika hanya ingin menyaksikan pernikahan Pangeran Mahkota, apalagi saat pulang nanti kau juga akan membawa banyak sedekah," tanya Syehrazat heran.

Ia tidak mengerti kenapa orang tua Sofia harus melarang anaknya untuk datang kemari. Tidak ada yang salah untuk haal-hal yang sekarang ia dan Sofia lakukan. Bahkan hampir semua orang sekarang berkumpul di sini.

"Saya juga tidak mengerti, ayah dan ibu bersikeras melarang saya. Lalu, ada seseorang yang tidak begitu saya kenal. Dia juga melakukan hal yang sama. Saya tidak mengerti alasan mereka hingga melarang saya untuk datang kemari," keluh Sofia.

Sampai hari ini ia juga tidak mengerti, apa alasan orang-orang melarangnya datang ke pernikahan pangeran yang semewah ini.

"Tuan!" teriak Syehrazat tiba-tiba sembari melambaikan tangannya.

Sofia yang awalnya menundukkan wajah, kini perlahan mengangkatnya. "Thruv Niramon," batinnya.

Thruv yang awalnya tersenyum saat melihat Syehrazat, kini mulai memudarkan senyum di wajahnya.

Pria itu mendekat, lalu Syehrazat mulai membuka suara. "Tuan Thruv, kenapa Anda lama sekali. Saya sudah menunggu bersama dengan kawan saya di sini sangat lama!" protes Syehrazat.

Thruv masih dia mematung, matanya terus menatap lekat ke arah Sofia yang semakin menunduk dalam.

"Tuan! Jangan menatap Sofia seperti itu! Dia sudah memiliki suami. Lagi pula lihatlah perutnya," kekeh Syehrazat saat menyadari arah pandang Thruv kepada Sofia.

Thruv langsung berdehem pelan untuk memecah suasana canggung yang terjadi tanpa sadar. "Maaf, saya tidak bermaksud seperti itu."

"Tuan, kita harus lewat mana agar bisa melihat langsung Pangeran Mahkota dan istrinya nanti?" tanya Syehrazat dengan mata yang berbinar semangat.

Kini Thruv tampak panik, ia sudah berjanji untuk mencarikan jalan pintas agar Syehrazat dan temannya untuk bisa menyaksikan langsung iringan pengantin Pangeran Mahkota.

"Syehrazat, bisakah saya berbicara dengan temanmu sebentar saja? Saya hanya ingin memastikan bahwa dia aman. Saya tidak mencurigai temanmu, hanya saja ini sudah menjadi tugas saya. Kamu mengerti maksud saya, bukan?" ucap Thruv meyakinkan Syehrazat agar tidak mencurigai dirinya.

Pria itu meminta Sofia untuk mengikuti langkah kakinya. Setelah keduanya sedikit jauh dari Syehrazat, kini Thruv mulai membuka perbincangan.

"Kenapa kamu datang? Bukankah saya sudah memintamu untuk tetap tinggal di kediamanmu. Hal apa yang membuatmu bersikeras datang kemari dalam keadaan hamil besar seperti ini?" tanya Thruv dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

Sofia enggan menatap wajah Thruv, setelah mendengar cerita Syehrazat membuat wanita itu merasa canggung saat berdekatan dengan pria itu.

"Maafkan saya Tuan, saya hanya rakyat biasa seperti mereka. Saya datang kemari untuk mendapatkan sedekah dari Raja untuk merayakan pernikahan Putra Mahkota. Saya tengah berada dalam kesulitan saat ini," jawab Sofia dengan jujur.

"Berapa yang kamu butuhkan? Biarkan saya yang memberikannya untukmu, asalkan kau pulang hari ini juga!" tawar Thruv.

Sofia terdiam sebentar, memberanikan diri untuk menatap mata pria yang mengaku sebagai kakak dari suaminya. "Maaf Tuan, Anda bukan siapa-siapa saya. Permisi."