Waktu terus berlalu dengan sendirinya. Sekarang Peyvitta tengah bersantai-santai mengistirahatkan tubuhnya setelah seharian tadi dirinya sibuk bekerja, sekarang dia tengah memanjakan dirinya.
Saat sedang santai, Peyvitta menyadari kalau handphone-nya berbunyi. Dengan santai Peyvitta menerima panggilan tersebut, karena memang tidak ada sebuah alasan yang menghalangi dirinya untuk tidak menerima panggilan tersebut.
"Hallo, ada apa?" Peyvitta mengawali pembicaraan saat dirinya sudah menerima sambungan telepon dari Bima.
"Nanti temani saya untuk datang ke sebuah acara," jawab Bima dengan nada yang santai.
Bima langsung menjawab dengan jawaban yang langsung pada alasan utama kenapa dirinya menghubungi Peyvitta sekarang, Bima bukan tipikal laki-laki yang suka basa-basi.
Kalau membahas tipe, sebenarnya Bima itu terbilang laki-laki yang memenuhi tipe laki-laki yang Peyvitta suka, tapi sayangnya rasa sukaa Peyvitta sudah jatuh pada Leo.
Tidak bisa semudah itu Bima mengambil hati Peyvitta dan juga Peyvitta yang memindahkan hatinya pada Bima, terlebih Peyvitta tahu rencana keluarganya saat mendekatkannya dengan Bima.
"Acara apa?" tanya Peyvitta yang kebingungan.
"Perayaan kemenangan tender rekan saya," jelas Bima dengan cukup singkat.
Di sini Bima merasa kalau dirinya tidak perlu dengan begitu serius menjelaskan hal ini, apalagi sampai detail-nya. Bima yakin kalau Peyvitta paham dengan acara ini.
Beberapa saat Peyvitta terdiam dengan sebuah tanda tanya yang mengelilingi pikirannya. "Kenapa harus bersama dengan saya?" tanya Peyvitta yang kebingungan kenapa Bima ingin datang ditemani olehnya.
"Saya inginnya dengan kamu." Dengan begitu enteng Bima menjawab pertanyaan tersebut.
Kalimat itu keluar dengan begitu enteng, tanpa ada jeda yang lama dari pertanyaan mencurigakan yang sudah Peyvitta ucapkan tentang alasan kenapa bukan orang lain yang menemaninya.
"Kalau saya tidak ingin?" tanya Peyvitta dengan nada yang begitu enteng. Peyvitta ingin tahu bagaimana respons Bima saat dirinya menanyakan hal yang seperti ini.
"Harus ingin," ujar Bima dengan begitu datarnya.
Di sini Peyvitta kebingungan dengan sikap Bima yang seperti ini.
Ada sesuatu yang ingin dia ungkapkan, tapi ada sebuah kebingungan yang menyelimuti pikirannya tentang bagaimana cara dirinya mengutarakan hal itu pada Bima dengan cara yang sopan.
"Pak, mohon maaf sebelumnya. Saya kan bekerja di salah satu cabang perusahaan Bapak, tapi kenapa saya harus terus menemani Bapak?" tanya Peyvitta yang benar-benar merasa kebingungan dengan hal ini.
Entah sebab apa Peyvitta menjadi teringat pada masalah ini, padahal sebelum Peyvitta tahu bahwa Bima termasuk ke dalam salah satu alasannya, Bima sudah pernah mendadak meminta Peyvitta untuk menemuinya. Namun, biasanya lewat kedua orang tuanya.
"Saya tidak mengatakan kalau ini semua ada hubungannya dengan kamu yang bekerja di perusahaan cabang yang saya pegang," elak Bima dengan cukup santai.
Memang apa yang baru saja Bima ucapkan tidak ada salahnya, karena memang semula Bima sama sekali tidak melibatkan perusahaan ke dalam pembahasan yang mengajak Peyvitta untuk datang ke acara tersebut.
"Lalu, kenapa Bapak mengajak saya untuk menghadiri acara ini?"
Peyvitta benar-benar ingin tahu akan apa alasan yang Bima miliki, sebab kalau dipikirkan acara ini ada hubungannya dengan sebuah bisnisnya.
"Alasan pribadi, bukan alasan kerjaan."
Nada bicara yang Bima gunakan begitu kalem dan terkesan begitu berwiba, terlebih kalau Peyvitta melihat bagaimana ekspresi Bima sekarang.
"Hm, terserah Bapak." Rasanya Peyvitta sudah tidak bisa berdebat lagi dengan Bima mengenai hal ini.
"Ya," singkat Bima dengan nada bicaranya yang datar.
Peyvitta merasa kalau dirinya sudah tidak bisa mengelak, apalagi menolak apa yang sudah Bima ucapkan. "Kapan acaranya?" tanya Peyvitta.
"Rencana saya akan datang jam 7."
"Ya udah, saya mau siap-siap."
"Jangan mengecewakan saya," ucap Bima yang setengah memberikan sebuah peringatan.
Mendengar kalimat yang baru saja Bima ucapkan sontak membuat Peyvitta terdiam kaget. Peyvitta tidak pernah mengira kalau Bima akan mengucapkan kalimat ini, Peyvitta mengerti ke mana maksud dari kalimat yang baru saja Bima ucapkan.
Memangnya kalimat yang Bima ucapkan ke mana maksudnya? Kenapa sampai membuat Peyvitta terdiam seperti itu?
Maksud dari kalimat tersebut lebih mengarah pada penampilan Peyvitta saat nanti menemani Bima untuk hadir ke acara itu.
Bima itu penampilannya begitu teratur, dia begitu memikirkan semua penampilannya, bahkan tidak heran jika dirinya mempunyai seorang asistant pribadi yang mengurus outfit-nya.
"Iya," jawab Peyvitta yang tak lama kemudian sambungan terputus.
Kenapa gue harus terlibat hubungan sama dia sih?
Gue bingung sendiri kalau kayak gini, mau nolak gak enak. Lagi pula kalau gue nolak, terus dia ngadu sama Mamah dan Papah masalahnya akan semakin melebar. Gue bingung sendiri, hmm.
Mengingat cara Peyvitta memberikan sebuah jawaban atau memikirkan pemikiran Bima, sepertinya Peyvitta bukan semata-mata mau menemani Bima sebab tidak ingin berurusan dengan keluarganya, tapi ada alasan tertentu.