Chereads / TRAPPED IN PAST LOVE / Chapter 31 - TIPL - Tidak Berharap

Chapter 31 - TIPL - Tidak Berharap

Suasana acara ini begitu mewah dan meriah, begitu asyik untuk dinikmati, meski terbilang acara formal, tapi tidak mempersempit ruang geraknya.

Dekorannya sudah pasti begitu mewah, sehingga tidak membuat mata bosan saat memandang atau saat berpaling ke lain arah.

Sedari tadi Peyvitta begitu asyik memperhatikan lampu yang warna-warni, terlebih Peyvitta memang suka cahaya yang indah, sehingga matanya tidak bisadiam fokus pada satu titik.

Peyvitta membelalakkan matanya saat dirinya melihat seseorang yang sekarang tengah melangkahkan kakinya dengan langkah yang terlihat cukup teratur dan juga penampilan yang telihat begitu rapi.

Orang itu sekarang tengah menggunakan vest jas warna silver yang begitu elegan dengan bawahan sepatu warna hitam yang begitu mengkilap, kali ini gaya rambutnya rapi berbeda dengan gaya rambutnya saat di luar acara formal seperti ini.

Biasanya gaya rambutnya akan terlihat sedikit acak-acakan.

Penampilannya menjadi terlihat semakin keren dengan dasi yang melingkar rapi di lehernya dan juga jam tangan rantai warna silver yang melingkar apik di tangan kirinya.

Penampilannya begitu memanjakan mata para perempuan yang ada di sini. Begitu banyak mata yang asyik memperhatikan penampilannya, begitu juga dengan Peyvitta.

Kali ini Peyvitta masih tanda tanya dengan siapa orang tersebut. Peyvitta tanda tanya dengan sebuah keyakinan yang sudah mendominan, tapi masih dia coba untuk dia alihkan.

Jangan bilang kalau orang itu adalah Reynard.

Peyvitta sangat tidak berharap kalau orang yang dia lihat sekarang adalah Reynard, karena apa?

Karena Peyvitta tidak ingin kalau sampai dirinya bertemu dengan Reynard pada saat dirinya tengah bersama dengan Bima.

"Ada apa?" tanya Bima sambil mengernyitkan alisnya tanda tanya menatap Peyvitta dengan begitu fokus.

Suara milik Bima berhasil memecah lamunannya, Peyvitta melirik ke arah di mana Bima berada. "Eh-h gak ada apa-apa," jawab Peyvitta kaku.

Nada bicara yang Peyvitta ucapkan tidak membuat Bima yakin kalau memang tidak ada apa-apa, karena Bima sudah melihat dengan jelas kalau sedari tadi Peyvitta begitu fokus menatap entah apa.

Bima tidak tahu apa yang sedang Peyvitta perhatikan, karena meskipun Peyvitta sedang fokus memperhatikan laki-laki itu, fokus matanya tidak akan sama dengan Bima.

"Kalau gak ada, kenapa terlihat begitu serius saat melihat ke arah sana?" tanya Bima lagi. Pertanyaan yang baru saja Bima ucapkan begitu masuk akal.

Tatapan Peyvitta benar-benar begitu serius, karena penampilan laki-laki itu begitu menarik matanya. Sulit bagi Peyvitta untuk mengalihkan pandangannya begitu saja.

Menatap laki-laki itu membuat Peyvitta merasakan sebuah kenyamanan seolah tengah menatap indahnya pemandangan.

Mendadak, Peyvitta menjadi bingung akan apa yang harus dia ucapkan sekarang. "Hem gak papa. Pengen aja, soalnya di sana kayak lebih indah kayak gitu." Peyvitta mencoba menjawab dengan sesantai mungkin.

Hal yang indah bukan ada pada letak dekorasinya, tapi terletak pada laki-laki yang menggunakan jas silver tersebut.

Memang ada banyak orang yang menggunakan jas silver sekarang, tapi laki-laki yang sekarang merapikan rambutnya ke arah samping menjadi objek indah yang berhasil memanjakan mata Peyvitta.

"Mau pindah ke sana?" tanya Bima yang memberikan sebuah kebebasan untuk mereka.

Bima tidak akan merasa keberatan kalau memang Peyvitta ingin berpindah ke tempat yang semula Peyvitta katakan lebih indah.

Sontak Peyvitta kebingungan dan langsung menolak, "Gak usah, di sini aja gak papa."

Dengan di sana ada orang yang begitu menarik matanya, bukan berarti Peyvitta ingin pindah ke sana, karena kalau benar dugaannya bahwa orang itu adalah Reynard, dia tidak ingin ke sana bersama dengan Bima.

"Oh," ujar Bima datar.

Sampai saat ini sebenarnya Bima masih tanda tanya, tapi Bima tidak terlalu memikirkan hal ini. Bima malas berucap jauh lebih panjang lagi mengenai masalah yang dia rasa bukan sebuah hal yang penting untuk diperpanjang.

"Iya."

Handphone Bima berbunyi pelan, Bima melihat siapa yang sudah menghubunginya. Peyvitta menatap bima sejenak.

"Saya ke belakang dulu," ucap Bima dengan santai.

"Silakan Pak," jawab Peyvitta.

Sebenarnya ada sebuah perasaan enggan untuk meninggalkan Peyvitta, terlebih dia curiga kalau Peyvitta sedang memperhatikan seseorang, tapi tetap saja dia tidak bisa menerima telepon di sini.

Suasana di sini begitu ramai dan begitu bising, akan banyak kalimat yang nantinya terdengar kurang jelas di telinganya.

Tinggal di full kan volume panggilannya.

Bima bukan mendapatkan panggilan dari sembarang orang, sehingga tidak akan mungkin dia membiarkan banyak orang yang mengetahui pembahasan antara dirinya dengan orang tersebut.

Pada akhirnya Bima melangkahkan kaki meninggalkan Peyvitta. Peyvitta sejenak memperhatikan Bima yang tengah melangkahkan kakinya dengan cukup teratur.

Peyvitta merasa begitu suka melihat bagaimana Bima melangkahkan kakinya, seolah wibawanyaa terlihat dengan begitu jelas, padahal dia hanya memperhatikan punggung Bima.