Di tengahnya malam, ada 2 wanita yang sekarang sedang bercanda riang bersama dengan teman lamanya, penampilan 2 wanita ini begitu menunjukkan kalau mereka adalah wanita sosialita.
Kemeja cokelat dengan bagian leher yang mengembang membentuk setengah bunga, kalung diamond yang mengkilap, serta tas warna kulit dengan model simple yang indah, serta bawahan celana warna putih menjadi pilihan outfit seorang Airin Ayuningtyas pada malam ini.
"Di mana anaknya?" tanya Riska saat dirinya tidak melihat di mana anak dari Airin.
Sebelumnya mereka sudah janjian untuk membawa anak masing-masing, tapi Airin hanya duduk sendirian. Cukup wajar jika dirinya menanyakan hal ini, terlebih dirinya yang sudah penasaran seperti apa anak dari teman dekatnya ini yang sudah lama tidak berjumpa.
"Dia tadi ke Toilet dulu," jawab Airin sambil memperhatikan seorang perempuan yang sekarang tengah menggunakan midi dress warna pink yang tidak terlalu cerah. "Anaknya cantik ya?" ucap Airin.
"Bisa aja, makasih lho. Sayang kenalan sama teman lama Mamah, dia Airin." Riska memperkenalkan temannya kepada anaknya.
Dengan begitu sopan, anaknya mengulurkan tangan ke arah Airin. "Hallo Tante. Saya Leana, panggil aja Lea."
Mereka dengan asyik berbincang-bincang sambil makan-makan santai.
"Maaf Mah lama," ucap seorang laki-laki dengan suara yang santai saat kembali ke arah di mana Mamahnya berada—Airin.
Mereka melirik ke arah di mana seorang laki-laki yang menggunakan kemeja warna navy dengan bawahan celana jeans yang warnanya senada, wajahnya yang terbentuk dengan begitu rapi dengan rahang yang kokoh, alis yang rapi menjadi titik fokus Riska.
"Gak papa sayang, santai aja. Kenalan dulu nih sama temen Mamah, Tante Riska." Airin dengan santai memperkenalkan Riska.
Laki-laki yang baru saja datang itu hendak menyalami tangan Riska.
"Rey?" Lea merasa kaget saat dia baru saja menaikkan pandangannya saat semula sedang fokus pada layar handphone-nya, ternyata dia malah melihat kehadiran Reynard.
"Kalian saling kenal?" tanya Riska yang merasa tidak menyangka kalau ternyata anaknya dengan anak Airin itu rupanya sudah saling kenal.
Dengan cukup semangat, Lea menganggukkan kepalanya karena memang dia cukup kenal dengan laki-laki yang saat itu menjadi most wanted di kampus-nya. "Iya Mah, kalau dia aku kenal."
"Kamu udah kenal sama Lea?" tanya Airin saat Reynard baru saja duduk di sampingnya.
"Dia yang kenal sama Rey," jawab Reynard datar. Reynard tidak merasa begitu mengenal perempuan yang semula mengatakan kalau dia mengenal dirinya.
"Ternyata kita tidak perlu memperkenalkan anak kita ya, mereka sudah saling kenal." Tawa ringan keluar dari mulut Riska. Semula mereka itu berniat untuk mengenalkan anak masing-masing, biasalah urusan para Ibu-Ibu.
Airin ikut tertawa santai. "Iya, ternyata."
Dengan begitu fokus dan asyik, Riska begitu memperhatikan penampilan Reynard. "Anaknya ganteng ya, keren juga. Kayak Papahnya," celetuk Riska dengan penuh kejujuran.
"Mirip sama Papahnya," ujar Airin yang merasa kalau apa yang sudah Riska ucapkan itu memang mirip dengan suaminya, Gilang Dirgantara.
Riska menganggukkan kepalanya, karena memang benar seperti itu. Di mana Reynard begitu mirip dengan Papahnya, apalagi kalau dibandingkan antara Reynard yang sekarang dengan Gilang saat muda.
"Iya, kamu sekarang lagi apa? Kerja atau masih kuliah?" Riska sedang basa-basi dengan Reynard agar mampu membuat Reynard menjadi berbaur akrab, sebab kalau seperti Gilang rasanya Reynard bukan tipikal orang yang akan langsung mudah berinteraksi.
Kalau dalam hal ini, Reynard bukan mirip dengan Gilang. Reynard jauh lebih acuh dan akan begitu malas berinteraksi kecuali lawan bicaranya adalah orang yang dianggap asyik olehnya, selain itu dia malas membicarakan hal yang tidak penting.
"Keduanya," jawab Reynard menggunakan nada yang datar.
Benar saja.
Reynard tidak bisa seperti Airin yang asyik membahas hal sepele seperti itu, karena sifat dasar Reynard bukan tipikal orang yang ekstrovert.
Berkebalikan dengan Mamahnya, di mana Reynard lebih cenderung suka sama hal yang serius, maka ada kemungkinan Reynard akan langsung masuk ke dalam pembahasan itu.
"Rajin sekali," puji Riska sambil mengukirkan senyumannya ke arah Reynard.
"Dia masih suka belajar, tapi sama Papahnya udah dibawa ke dunia bisnis." Airin membeberkan hal tersebut dengan santai kepada kenalannya, yang memang orang itu adalah teman SMP Airin.
"Gak papa biar ada penerusnya," ucap Riska yang memang merasa kalau hal itu bukanlah sebuah hal yang salah.
Reynard melihat Peyvitta yang masuk ke Cafe ini bersama dengan laki-laki yang kelihatannya sudah begitu dekat. Reynard terus memperhatikan Peyvitta. Laki-laki itu bukan laki-laki yang sama dengan laki-laki yang bersama Peyvitta saat di acara pesta itu.
Saat diingat ulang, Reynard lebih merasa kalau laki-laki itu adalah laki-laki yang Reynard lihat pada saat mengantarkan Peyvitta pulang. Posturnya lebih mirip ke laki-laki yang datang ke Apartemennya Peyvitta.
*****
Saat sedang berbincang dan menikmati cemilan yang ada, Peyvitta mengedarkan pandangannya dan matanya mendadak fokus saat dia melihat ada cowok yang tak asing di hidupnya. Peyvitta mempertajam pandangannya, sampai akhirnya dirinya menyadari kalau di sana ada Airin.
Dia sedang apa sama Mamahnya, apa mereka sedang mengadakan pertemuan keluarga? Kalau iya, tapi Om Gilang gak ada di sana.
Peyvitta sedari tadi tidak melihat keberadaan dari Papahnya Reynard, masih ada sebuah kemungkinan kalau itu bukanlah pertemuan keluarga. Namun, pikirannya tidak bisa dia buat berhenti begitu saja.
Waktu terus berlalu dengan sendirinya. Saat melirik ke arah pacarnya, Leo merasakan ada sesuatu yang dia rasa aneh dengan pacarnya.
Beberapa saat Leo menunggu Peyvitta berkedip, tapi memang jarak dari Peyvitta mengedipkan matanya itu terbilang cukup lama dari biasanya.
"Lo lagi mikirin apa?" tanya Leo dengan begitu serius sambil menatap Peyvitta.
Peyvitta mengangkat pandangannya dan fokus memperhatikan wajah laki-laki yang ada di hadapannya. "Gak tahu," jawab Peyvitta dengan begitu singkat.
"Kok gak tahu?" Rasanya begitu aneh saat Leo mendapatkan jawaban yang menyatakan kalau Peyvitta tidak tahu apa yang sedang dirinya pikirkan.
"Ya emang gak tahu. Aku mendadak kepikiran sesuatu aja gitu, tapi aku gak tahu apa itu."
Peyvitta tidak mungkin memberi tahu Leo apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan sekarang, dirinya cukup mencoba untuk menjaga perasaan Leo. Tidak ada niat dalam diri Peyvitta untuk melukai hati Leo.
Sontak Leo bingung sebab jawaban yang baru saja keluar dari mulut Peyvitta terasa tidak masuk akal sampai akhirnya Leo memilih untuk bertanya, "Kenapa bisa seperti itu?"
Dengan enteng Peyvitta mengangkat bahunya acuh. "Entah," ujar Peyvitta sambil memasang ekspresi yang memang seolah menunjukkan kalau dirinya tidak tahu apa-apa.
Leo malah semakin kebingungan sekarang, terlebih Leo merasa kalau jawaban-jawaban yang Peyvitta ucapkan sama sekali tidak menjawab pertanyaannya dengan cukup benar.
Sebenarnya lo tadi sedang apa Rey, terus perempuan yang ada di sana siapa? Apakah perempuan itu pacar lo? Sebegitu mudah lo melupakan gue?