"Hallo," ucap seseorang dengan suara yang cempreng berasal dari seberang telepon.
"Ada apa?" tanya perempuan yang sekarang tengah menuangkan air dingin ke gelas, sebab semula dia merasa kalau tenggorokannya terasa begitu kering.
"Lo harus ke sini sekarang." Nada jawab yang digunakan oleh orang tersebut teerdengar mengandung sebuah kegelisahan.
Alisnya yang terlihat begitu rapi tanpa bantuan pensil alis mengernyit sambil menelan air minum yang baru saja masuk ke mulutnya. "Ada apa?" Dia merasa tanda tanya dengan alasan yang membuat orang itu menyuruh dirinya untuk datang ke tempatnya.
"Ada Pak Santosa di sini."
Mendengar nama itu membuat dirinya mematung sejenak dan kemudian menyimpan gelas ke meja. Sebuah perasaan tidak suka muncul dalam dirinya dan dia juga seolah merasa jengkel mendengar nama orang yang mempunyai kenangan tidak baik dalam dirinya.
"Mau apa lagi si dia?" Cukup mudah dibedakan kalau nada bicaranya sekarang naik dan mencerminkan sebuah rasa kesal yang dia miliki, saat dirinya harus berhadapan dengan orang yang bernama Santosa tersebut.
Kenapa sampai tidak suka?
"Gak tahu, makanya udah tinggal aja di sini. Ngeyel banget sih lo jadi orang?" ketus orang yang ada di seberang telepon. Dirinya juga merasa tidak suka kalau dia harus menjelaskan secara panjang lebar tentang urusan mereka.
"Kalau gue jadi kucing juga gue bakalan tetap ngeyel." Dengan begitu enteng dirinya menjawab dengan jawaban yang membuat pendengarnya merasa jengkel.
"Au ah, dah cepetan lo ke sini sekarang!" seru orang tersebut.
"Iya, bawel."
"Bodo amat!"
*****
Setelah menggunakan kemeja dan lengkap dengan bawahannya, perempuan itu melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke tempat di mana mobilnya berada.
Perempuan itu langsung melajukan mobilnya menuju ke tempat yang sudah dia ketahui ke mana jalan yang harus dia lalui.
Perjalanan berlalu dengan begitu saja, sampai akhirnya dia menghentikan mobilnya tepat di depan Rumah yang bercat biru muda dengan campuran putih. Perempuan itu turun dari mobil dan langsung melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu.
Tok tok tok
"Nah, sepertinya itu dia." Salah seorang yang ada di dalam mengira kalau orang yang baru saja mengetuk pintu depan adalah orang yang sedari tadi tengah mereka tunggu.
Suara sepatu orang itu tidak begitu keras, tapi cukup menimbulkan suara yang membuat mereka melirik ke arah dari mana mereka mendengar suara yang begitu mirip dengan langkah kaki yang pada kenyataannya itu memang suara langkah kaki.
Seorang laki-laki memperhatikan seorang perempuan yang mempunyai tinggi badan sekitar 162 cm tengah melangkahkan kakinya dengan langkah yang terlihat santai. Laki-laki itu juga memperhatikan wajah perempuan yang sekarang tengah melangkahkan kaki ke arahnya.
Pipi yang sedikit chubby, dengan kulit putih dan hidung yang terlihat cukup imut serta alis yang terbentuk dengan cukup rapi dan bulu mata yang berjejer serta lentik membuat wajah orang itu nyaman untuk terus diperhatikan, padahal perempuan itu sama sekali tidak menggunakan make up yang berlebihan.
Siapa perempuan itu? Perempuan itu adalah Peyvitta, lebih panjangnya Peyvitta Aqueena Nadyva.
"Hallo semua, permisi. Ada apa?" Saat berada di hadapan mereka, Peyvitta langsung bertanya to the point.
"Vitta, sini duduk."
"Iya sayang sini duduk," lanjut Neli yang merupakan Mamah kandung dari Peyvitta.
Peyvitta kembali melangkahkan kakinya menuju ke arah mereka sampai pada akhirnya Peyvitta duduk di sana. Peyvitta melirik ke arah laki-laki yang berpenampilan rapi itu. Peyvitta kenal siapa orang itu. Orang itu adalah Santosa, lebih lengkapnya adalah Antonio Santosa.
Santosa adalah pemilik salah satu perusahaan yang sekarang tengah berkembang dengan begitu pesat, mempunyai kekaayaan yang mampu membuat banyak lawan jenisnya mempunyai mimpi untuk bisa bersama dengannya agar bisa menikmati kehidupan yang penuh dengan kemewahan.
"Ada apa Mah, Pah?" Benar-benar tidak ingin berlama-lama terdiam tanpa adanya kejelasan, Peyvitta kembali bertanya akan alasan yang membuat mereka sampai menyuruh dirinya untuk datang ke Rumah yang sudah dia tinggalkan sekitar 7 tahun.
Sejak masuk SMA Peyvitta memang sudah tidak tinggal bersama dengan keluarganya, Peyvitta waktu itu tinggal di sebuah Apartemen yang terbilang mewah dengan biaya hidupnya ditanggung oleh Om-nya. Alasannya cukup sederhana, tapi meninggalkan sebuah bekas yang begitu dalam di dalam hatinya.
Peyvitta tidak mendapatkan hak-haknya sebagai anak, bahkan banyak hal yang tidak seharusnya Peyvitta dapatkan menjadi dia terima sampai akhirnya Peyvitta memutuskan untuk pisah tempat tinggal dengan mereka.
"Pak Santosa mau mengajak kamu keluar, kamu mau kan?" tanya Neli menggunakan nada yang terdengar cukup baik, padahal hari biasa dia tidak seperti ini. Hal ini dia lakukan agar menjaga nama baiknya di depan Santosa.
"Mau ngapain?" tanya Peyvitta yang merasa heran saat tahu kalau Santosa mendadak mengajaknya keluar.
"Saya mau mengajak kamu untuk jalan-jalan, tidak lebih. Kamu mau bukan?" Sekarang Santosa membuka mulutnya dan sedikit menjelaskan tujuannya.
Kalaupun gue gak mau juga, gue harus tetap mau ikut dengan lo.
Peyvitta sudah tahu bagaimana karakter dari seorang Santosa, terlebih sekarang dirinya sedang berada di Rumah orang tuanya. Peyvitta akan kesulitan menolak apa yang sudah Santosa ucapkan, sekarang Peyvitta mencoba untuk mengendalikan ego-nya.
"Tidak masalah, asalkan di sana jangan mencari masalah."
Sebuah kalimat yang mengandung sebuah makna yang cukup mendalam. Orang-orang yang ada di tempat ini menjadi terdiam saat mendengar kalimat yang baru saja Peyvitta ucapkan, mereka cukup bisa memahami hal ini. Namun, mereka lebih memilih berpura-pura tidak paham agar suasananya tidak menjadi berantakan.
*****
Ternyata tempat tujuan dari Santosa mengajak Peyvitta jalan adalah ke sebuah Restoran mewah. Peyvitta tidak banyak menolak, Peyvitta dengan santai mencoba untuk menikmati semuanya. Semua yang dimaksud bukan ke arah makanan atau minuman, tapi ke arah kegiatan yang terjadi.
Seperti layaknya pasangan pada umumnya, mereka makan sambil berbincang-bincang. Peyvitta tidak terlalu serius ke dalam perbincangan, meski katanya Santosa sekarang sedang berbicara mengenai hal yang cukup serius.
"Sebenarnya usia kamu sekarang berapa?" tanya Santosa sambil terfokus memperhatikan wajah Peyvitta, sedangkan Peyvitta lebih fokus memperhatikan makanan yang akan dia santap.
"Tahun ini 23 tahun," jawab Peyvitta menggunakan nada yang masih sopan, meski dirinya sudah tidak ingin berbicara terlalu jauh dan juga panjang dengannya.
Santosa mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalau seperti itu, usia kamu sudah cukup untuk menempuh kehidupan selanjutnya."
Alis Peyvitta mengernyit. "Kehidupan selanjutnya?"
"Ya, pernikahan. Usia kamu sudah cukup untuk menempuh jenjang pernikahan," jelas singkat dari Santosa.
Sebelumnya Peyvitta juga sudah mengira kalu yang dimaksud kehidupan selanjutnya adalah hal ini, hanya saja Peyvitta tidak ingin membahas hal seperti ini bersama dengan Santosa.
Sepertinya jawaban yang Peyvitta ucapkan akan berbeda jika dirinya berbicara dengan orang yang berbeda, apalagi kalau berbicaranya dengan orang yang dia inginkan.
"Ya, saya akan menikah kalau saya ingin." Peyvitta menjawab dengan penuh kejujuran.
"Bagaimana kalau hubungan saya dengan kamu, kita lanjutkan ke jenjang yang lebih serius?"