"Hallo," ujar Peyvitta yang mengawali pembicaraan dengan orang yang ada di seberang.
"Kamu sekarang juga ke sini," jawab orang tersebut dengan menggunakan nada yang cukup santai.
Memang nada yang orang itu ucapkan santai, tapi percayalah kalau Peyvitta menolaknya, nada bicara orang tersebut akan naik dengan begitu tinggi.
"Mau apa?" Sontak Peyvitta bertanya seperti ini, karena Peyvitta merasa kebingungan dengan alasan yang membuat orang tersebut menyuruhnya untuk datang ke kediaman orang tersebut.
"Ke sini saja, jangan banyak tanya!" Benar saja, nada bicara orang itu langsung naik, padahal dirinya hanya sekedar bertanya.
"Hm, iya aku ke sana." Peyvitta sedang malas bertanya-tanya lagi dengan orang tersebut, apalagi kalau sampai dirinya harus beradu mulut.
"Ke mana?" Leo bertanya saat melihat kalau Peyvitta sudah selesai berbicara dengan orang di seberang telepon, terlebih di akhir Leo sudah mendengar kalau Peyvitta menyetujui untuk datang ke tempat tersebut.
"Ke Rumah," jawab Peyvitta yang penuh dengan kejujuran.
"Mau apa?" Leo yakin ada seseuatu yang membuat Peyvitta sekarang harus pulang ke Rumahnya.
Dengan cukup acuh, Peyvitta mengangkat kedua bahunya. "Gak tahu, disuruh ke sana."
"Jadi, sekarang ke mana?" tanya Leo yang meminta kesimpulan.
"Ke Rumah aja," jawab Peyvitta dengan enteng.
"Ya udah."
Akhirnya sekarang Leo melajukan mobil Peyvitta ke arah di mana Rumah Peyvitta berada. Ini bukan kali pertama Leo mengantarkan Peyvitta ke Rumahnya, karena memang akhir-akhir ini Peyvitta sering disuruh untuk datang ke tempat yang semula tidak diizinkan untuk didatanginya.
Sebelumnya memang kehadiran Peyvitta di Rumah orang tuanya tidak begitu diharapkan, bahkan sering kali Peyvitta diusir.
Sekarang suasananya berbeda, sebab ada sesuatu hal yang melibatkan Peyvitta sehingga mereka akan dengan santai menyuruh Peyvitta untuk datang ke Rumah.
Memang setiap orang akan berubah menjadi baik saat ada sesuatu yang dia inginkan, begitu juga dengan kedua orang tua Peyvitta.
Sekarang mereka cukup baik dalam memanggil Peyvitta, sebab mereka ingin kalau Peyvitta bisa memenuhi keinginan para laki-laki tersebut, salah satunya Santosa.
"Mobil aku bawa aja ya sama kamu?"
Leo melirik ke arah di mana Peyvitta berada. "Nanti lo pulangnya gue jemput," ujar Leo yang menunjukkan sisi tanggung jawabannya.
"Kalau aku pulang nanti aku kabarin, kalau enggak ya gak papa lah santai aja." Peyvitta tidak akan masalah kalau hanya mobilnya yang bersama dengan Leo, lagi pula dia sudah percaya pada Leo.
"Ok."
"Ya." Dengan singkat Peyvitta menjawab menggunakan ekspresi yang teramat begitu datar layaknya jalan tol, hanya saja tidak panjang.
Leo melirik ke arah Peyvitta, memperhatikan Peyvitta dengan tatapan yang begitu serius. Jawaban yang baru saja Peyvitta ucapkan cukup membuat Leo mengernyit aneh sebab Peyvitta tidak seperti itu, sehingga dia mengernyit sambil menatap Peyvitta dengan tatapan yang tanda tanya.
"Kalem liatinnya donk, aku cuma becanda."
Peyvitta mengangkat jari telunjuk dan juga jari tengahnya membentuk huruf 'V', memang Peyvitta sama sekali tidak serius dalam menjawab. Peyvitta hanya ingin tahu bagaimana reaksi pacarnya saat dia bersikap dengan begitu cuek saat menjawab.
"Hm." Leo tidak menjawab, dia hanya berdehem saja.
"Lah, ngambek?"
"Gak," elak Lio dengan ekspresi yang datar.
"Ih, jangan ngambek."
"Kenapa?" tanya Leo dengan enteng.
"Nanti cepet tua," jawab Peyvitta yang kembali tertawa di ujung kalimatnya.
Peyvitta sudah begitu nyaman dengan Leo, sehingga dia bisa dengan mudah tertawa bahagia hanya karena hal-hal yang bisa. Kebahagiaan akan dengan mudah datang, saat bersama dengan orang yang tepat.
"O."
Kedua mata Peyvitta membelalak dengan keningnya yang berkerut. "Lah kok malah makin ngambek?" Sekarang Peyvitta kebingungan sebab Leo malah ngambek, padahal sebelumnya dia hanya berniat untuk bertanya saja.
"Gak."
"Becanda sayang," ujar Peyvitta dengan nada yang terdengar begitu manja.
"O." Lagi-lagi Leo menjawab dengan menggunakan satu huruf yang membuat mulutnya membulat saat berucap.
"Kamu kenapa si?" Melihat Leo yang seperti ini membuat Peyvitta kebingungan dengan alasan yang membuat Leo seperti ini.
Leo menggelengkan kepalanya. "Gak." Ekspresi Leo semakin lama semakin terlihat begitu datar.
"Gak jelas," lanjut Peyvitta. Tidak mungkin kalau Leo tidak paapa, tapi responsnya begitu cuek, sehingga Peyvitta merasa akan lebih tepat kalau sekarang itu gak jelas.
"Terserah gue," acuh Leo yang sama sekali tidak peduli dengan apa yang sudah Peyvitta ucapkan tentang dirinya.
"Ih! Au ah!" ketus Peyvitta sambil mengerucutkan bibirnya dan juga menyilangkan tangannya di dada.
Semakin ke sini Peyvitta malah semakin merasakan yang namanya kekesalan yang berlebih pada Leo, terlebih Peyvitta tidak tahu apa alasan yang membuat Leo menjadi seperti ini.
Beberapa saat Leo memperhatikan Peyvitta yang mana Peyvitta masih memasang ekspresi yang kesal. Leo kemudian tersenyum kecil sambil memperhatikan ekpsresi Peyvitta yang di matanya terlihat begitu menggemaskan.
"Kenapa malah senyum?" tanya Peyvitta yang mnyadari kalau Leo sekarang tengah tersenyum kecil.
Peyvitta memang menyadari kalau Leo tengah tersenyum, tapi Peyvitta tidak sadar kalau Leo semula sudah memperhatikannya.
"Tadi marah gak boleh, senyum dipertanyakan." Dengan begitu enteng Leo berucap seperti ini, karena memang hal ini lah yang dia alami sekarang.
Peyvitta terdiam beberapa saat. "Au ah, terserah kamu!" Peyvitta sudah benar-benar lelah menghadapi sikap Leo yang seperti ini, tapi percayalah kalau tidak ada niat sedikit pun dalam diri Peyvitta untuk berakhir dengan Leo.
Memang ada alasan yang membuat kita lelah dengan sikap pasangan kita, tapi banyak hal lainnya yang tidak akan kita dapatkan kalau kita dengan begitu saja melepaskannya. Hal seperti itulah yang membuat kita lebih memilih untuk bertahan bersama dengannya.
Kebahagiaan yang didapatkan saat sedang bersama dengannya adalah kebahagiaan yang begitu diinginkan dan akan sulit didapatkan jika tidak bersama dengannya, sehingga mempertahankannya adalah sebuah hal terbaik yang bisa dilakukan, sebab kalau sampai meninggalkannya begitu saja hanya akan meninggalkan sebuah kekecewaan setelahnya.
Banyak alasan yang membuat Peyvitta sampai saat ini masih memilih untuk bertahan dengan Leo, terlebih Leo cukup mengerti dirinya dan mampu membuatnya merasakan yang namanya bahagia, sehingga dirasa tidak sebanding kalau Peyvitta melepaskan Leo begitu saja.
"Iya." leo menjawab dengan begitu singkat dan juga begitu datar.
"Kamu gitu, gak mau ngalah!" kesal Peyvitta.
Memang Peyvitta sudah tahu bagaimana karakter dari pacarnya. Leo selalu tidak ingin kalau dalam hal apa pun, termasuk kalau sedang berdebat dengannya.
"Gue emang gak mau kalah, gak ada gunanya." Bisa-bisanya Leo berucap seperti ini saat Peyvitta tengah kesal dengan sikapnya yang sama sekali tidak mau mengalah, bahkan saat bersama dengannya.
Dengan berat, Peyvitta menarik napasnya dalam-dalam. Peyvitta sadar kalau dirinya tidak akan bisa menang saat tengah berdebat dengan Leo, terlebih sekarang Leo sedang menyebalkan seperti ini, yang ada nanti Leo malah semakin menyebalkan.
Perlahan, Leo menarik tengkuk Peyvitta. Mendekatkan wajah Peyvitta ke arahnya, dengan cukup serius bercampur tanda tanya, Peyvitta menatap Leo. Peyvitta tidak tahu apa alasan yang membuat Leo menariknya seperti ini.
Cup
Leo mengecup kening Peyvitta dengan penuh kasih sayang, Peyvitta memejamkan matanyaa menikmati kecupan yang baru saja Leo berikan. Perasaan lelah dan juga kesal yang Peyvitta rasakan mendadak hilang dengan seketika.