Chereads / TRAPPED IN PAST LOVE / Chapter 3 - TIPL - Bukan Orang Baik

Chapter 3 - TIPL - Bukan Orang Baik

Gue gak yakin kalau gue harus terus sanggup berlari.

Tinn

"Ahh!

Peyvitta membuka matanya dengan perasaan kaget yang masih ada dan juga perasaan lega sebab dirinya tidak sampai tertabrak oleh mobil yang semula sedang melaju dengan kecepatan yang cukup kencang, dia begitu ceroboh sekarang.

Napasnya berhembus dengan cukup cepat, tapi dia juga tengah berusaha untuk menetralkan perasaannya. Setelah itu Peyvitta berjalan ke arah salah satu pintu mobil yang dibaliknya sudah pasti ada orang yang sedang duduk di balik kemudi

"Siapa pun, help me please ...." Sangat-sangat mengharapkan sebuah pertolongan, Peyvitta sampai langsung mengucapkan kalimat ini pada orang yang sekarang berada di dalam mobil tersebut.

Beberapa saat menungguk, ternyata tidak ada sebuah jawaban apa pun dari dalam mobil.

"Tolong saya ... saya mohon siapa pun anda yang ada di dalam sana. Saya minta tolong, saya tidak mau kalau saya harus pulang bersama dengan mereka." Peyvitta menjelaskan secara singkat apa yang sekarang tengah terjadi.

Sampai sekarang masih tetap tidak ada jawaban dari dalam mobil. Peyvitta melirik ke arah belakang, Peyvitta melihat kalau mereka semakin dekat. Di sini pikiran Peyvitta menjadi bingung, dia kebingungan harus melakukan apa sekarang.

"Saya mohon ... siapa pun anda. Saya benar-benar tidak ingin kalau saya harus ikut bersama dengan mereka," ucap Peyvitta lagi.

Tidak ada yang bisa dirinya lakukan sekarang, karena kalau terus berlari, dia tidak yakin akan sanggup berlari sampai mana dan sampai kapan. Semakin lama dirinya juga akan semakin kelelahan dan tidak mungkin terus-terusan bisa menahan rasa lelah yang dia rasakan sekarang.

"Ah, anda bukan orang baik!" ketus Peyvitta saat dirinya sampai saat ini tidak mendengar sebuah jawaban apa pun. Rasanya Peyvitta ingin marah, tapi dia nanti akan kebingungan marah sebab apa.

Mau memberikan pertolongan atau tidak memang itu hak pribadi, tapi di sini Peyvitta sudah sangat berharap kalau dirinya akan mendapatkan sebuah pertolongan, sehingga dia merasa kesal saat orang tersebut tidak memberikan sebuah jawaban, apalagi memberikan sebuah pertolongan.

Mereka semakin dekat. Peyvitta sudah tidak mempunya pilih. Peyvitta hendak lari ke arah depan mobil itu, tapi dengan seketika mobil itu bergerak. Peyvitta semula kaget akan hal ini dan membuat Peyvitta mematung.

"Hei, jangan lari. Ikut bersama dengan Pak Boss, pulang!" Mereka yang melihat Peyvitta sekarang tengah berbicara dengan orang yang ada di dalam mobil hitam yang mewah ini menjadi menduga kalau Peyvitta akan kabur.

Saat sudah ada yang memberikan jawaban, Peyvitta malah hendak lari. Sepertinya Peyvitta sudah terlanjur kesal dengan hal yang tadi. Di mana orang yang sekarang tengah berada di dalam mobil hanya mengabaikan dirinya dan sama sekali tidak ada sebuah kepedulian padanya.

"Masuk," ucap orang yang sekarang duduk di balik kursi pengemudi.

"Hah?" Peyvitta kaget mendengar suara tersebut.

"Masuk," ulang orang tersebut menggunakan nada yang masih sama dengan nada awal dia berbicara, datar.

Mendapatkan suruhan untuk masuk, Peyvitta malah menggelengkan kepalanya. "Tidak ingin, anda bukan orang baik. Saya lebih memilih untuk lari, dibandingkan dengan ikut bersama dengan anda. Kalau anda orang baik, sudah pasti dari tadi anda ingin menolong saya, tapi ternyata tidak dan itu berarti anda bu—

Ucapan Peyvitta terpotong karena orang tersebut langsung berucap, "Jangan banyak berbicara. Sekali lagi, masuk."

Peyvitta terdiam sejenak. Peyvitta melirik ke arah mereka dan Peyvitta menyadari kalau mereka semakin dekat. Peyvitta sangat tidak ingin ikut bersama dengan mereka. Peyvitta akhirnya lebih memilih untuk membuka pintu penumpang dan langsung masuk.

Selang beberapa waktu, mereka sampai di tempat di mana semula dirinya berdiri sambil berdebat dengan orang yang mengemudikan mobil yang semula hendak menabraknya. Peyvitta merasa cukup lega akan hal ini, karena itu berarti sekarang dirinya bebas dari mereka semua.

Saat merasa lega karena dirinya sudah bebas dari mereka yang merupakan orang suruhan Santosa, membuat Peyvitta teringat akan sesuatu. Peyvitta memperhatikan orang yang sekarang tengah melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sedang.

Gue bebas dari mereka semua, tapi apakah gue bisa bebas dari orang yang tengah membawa gue?

Semula Peyvitta tidak teringat kalau bisa saja dia lari menghindar dari Santosa yang diduga akan berbuat sesuatu yang tidak baik untuknya, tapi bisa saja sekarang dia malah memilih meminta tolong pada orang yang jauh lebih jahat dari Santosa.

Melihat sebagian kepala orang itu, membuat Peyvitta terdiam. Style rambut orang itu seolah mengingatkan dirinya akan kejadian beberapa tahun ke belakang, memperhatikan rambut yang sepertinya belum lama dirapikan, membuat Peyvitta begitu asyik memperhatikan orang tersebut.

"Ada yang salah?" tanya orang tersebut saat dirinya menyadari kalau sedari tadi Peyvitta memperhatikan dirinya.

Dengan penuh rasa sagu, Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Tidak ada," jawab Peyvitta.

Kenapa gue mendadak merasakan sesuatu yang berbeda dengan dia?

Pikiran Peyvitta tidak bisa diam saja. Pikirannya terus beterbangan ke berbagai arah dengan perasaan yang masih bercampur antara lelah dan juga penasaran dengan alasan yang membuat hatinya merasa tidak karuan seperti ini.

"Tidak perlu takut," ujar orang itu dengan nada bicara yang malah membuat pikiran Peyvitta curiga.

Nada bicaranya benar-benar mencurigakan. Peyvitta yang semula sempat merasa takut kalau dirinya ternyata malah memilih untuk bersama dengan orang yang jauh lebih jahat, sekarang kembali muncul dalam ingatannya.

"Kamu bukan laki-laki yang akan dengan mudah mempermainkan perempuan bukan?" tanya Peyvitta yang merasa tidak yakin akan hal ini.

Memang Peyvitta tidak yakin, tapi tetap saja ada sebuah tanda tanya yang masih bersarang di dalam pikirannya. Suasana hatinya sekarang malah menjadi tidak karuan, pikirannya menjadi tidak tenang.

"Menurutmu?"

Apakah gue benar-benar salah meminta bantuan?