"Tenanglah, Dek. Kalau kamu panik, bukankah Nayla akan semakin menangis? Daripada langsung ke rumah sakit, lebih baik di cek dulu badannya apakah ada yang memar atau tidak. Setahu, Mas. Kalau bayi jatuh dan menangis, itu malah tidak apa-apa, beda kalau jatuh malah terdiam itu malah bahaya. Tapi gak tahu juga sih. Coba liat dulu aja!" Perintah Mas Toni.
Kuambil napas banyak-banyak dan mengeluarkannya perlahan. Mencoba menenangkan diriku sendiri dulu. Ini adalah anak pertama kami, jadi wajar kalau aku panik terjadi apa-apa pada anakku.
Aku menuruti saran Mas Toni, kucek tubuh Nayla satu persatu. Walaupun dia masih menangis, untunglah tak sekencang tadi. Dan ternyata benar. Ada benjolan di kepalanya.
"Mas, ada benjolan di dahinya, mungkin ini sebabnya dia menolak menyusu, karena tak sengaja terkena tubuhku."
Kuubuah posisi menyusu Nayla agar tidak begitu menyentuh dahinya yang memar itu untunglah dia mau minum asi. Mas Toni datang membawa minyak untuk mengoles kepala Nayla.