Hari-hari Geona lewati dengan rasa optimis. Sidang pertama berjalan lancar, Daffa pun kooperatif menjawab semua pertanyaan. Dan dalam mediasi mereka sama-sama sepakat untuk berpisah. Walau tak dipungkiri hati Geona menjerit, perih.
"Ge, maaf! soal harta gono-gini..." pertanyaan Daffa menggantung, melihat tatapan datar dari wanita yang pernah menjadi primadona dihatinya itu, niatnya urung.
"Maaf ga jadi, Ge. Mas, pamit dulu, Assalamu'alaikum." Ucap Daffa tergesa, ada rasa malu yang tiba-tiba mencubit nuraninya. Sungguh tak pantas Daffa mempertanyakan harta yang sama sekali bukan hartanya.
Geona menjawab salam itu lirih. Wanita itu sama sekali tidak paham akan maksud Daffa. Baginya semua sudah jelas. Soal harta, Daffa juga paham semua yang dipegang oleh Geona memang miliknya sepenuhnya. Bukan harta gono-gini.
Geona masih termenung sendiri. Hingga sebuah tepukan mendarat dilengannya.